Servicios
Servicios
Buscar
Idiomas
P. Completa
Paparan Pornografi melalui Televisi dan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Kendari
Yustiari Yustiari; Syahrianti Syahrianti
Yustiari Yustiari; Syahrianti Syahrianti
Paparan Pornografi melalui Televisi dan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Kendari
Exposure of Pornography through Television and Sexual Behavior of Adolescents in SMA Negeri 2 Kendari
Health Information: Jurnal Penelitian, vol. 10, no. 2, 2018
Poltekkes Kemenkes Kendari
resúmenes
secciones
referencias
imágenes

Ringkasan: Penggunaan teknologi dewasa ini semakin memudahkan komunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Saat ini media cetak dan elektronik merupakan lingkungan yang dekat dengan remaja. Televisi merupakan media elektronik yang mudah diakses oleh remaja karena banyaknya informasi dan siaran berita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paparan konten pornografi melalui televisi dan perilaku seksual remaja di SMAN 2 Kendari. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Sampel penelitian sebanyak 69 remaja di SMAN 2 Kendari. Sebagian besar responden (53.1%) secara rendah terpapar pornografi dari media televisi. Perilaku seksual ringan pada 60 responden (86.96%). Mayoritas perilaku seksual yang sering dilakukan adalah berpegangan tangan (57.9%). Sebanyak 5 responden (7,2%) melakukan ciuman dengan lidah saat berpacaran. Sebagian besar responden memiliki perilaku teman sebaya yang rendah (57,9%).

Kata kunci: Perilaku seksual,Remaja,Konten pornografi,Televisi.

Abstract: The use of technology nowadays increasingly facilitates communication without being limited by space and time. At present print and electronic media is an environment that is close to teenagers. Television is an electronic media that is easily accessible to teenagers because of the large amount of information and news broadcast. This study aimed asses the exposure of pornography content through television and adolescents sexual behavior of SMAN 2 Kendari. The research designed to cross sectional study. The samples were 69 adolescents of SMAN 2 Kendari. There were 36 respondents (53.1%) had low exposure to pornography content from the television. Almost all respondents (86.96%) had mild sexual behavior. The majority of sexual behavior characteristics were holding hands (57.9%), and kisses involving the tongue during dating. Most respondents' peer had low behavior (57.9%).

Keywords: Sexual behavior, Adolescent, Pornography content, Television.

Carátula del artículo

Original Research

Paparan Pornografi melalui Televisi dan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 2 Kendari

Exposure of Pornography through Television and Sexual Behavior of Adolescents in SMA Negeri 2 Kendari

Yustiari Yustiari
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Syahrianti Syahrianti
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Health Information: Jurnal Penelitian
Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
ISSN: 2085-0840
ISSN-e: 2622-5905
Periodicity: Bianual
vol. 10, no. 2, 2018

Published: 30 December 2018


Funding
Funding source: Poltekkes Kemenkes Kendari
Contract number: DL.11.02/1/1097/2018

Corresponding author: yustiariyusti@gmail.com

PENDAHULUAN

Memasuki era teknologi yang semakin maju tak dapat dipungkiri mempengaruhi kehidupan. Teknologi yang semakin canggih membuat berbagai hal menjadi sangat mudah. Pemakaian jejaring sosial saat ini sudah dikenali oleh berbagai kalangan dan memberikan kemudahan sehingga setiap orang dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal ini memang memiliki berbagai aspek positif dan negatif.

Saat ini media, baik cetak maupun elektronik merupakan lingkungan yang dekat dengan remaja. Hal ini mungkin terjadi karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kemungkinan yang positif tentang seks, dibandingkan permasalahan dan konsekuensinya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa media memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual remaja (Brown, 2002). Ketertarikan remaja terhadap materi porno di media berkaitan dengan masa transisi yang sedang dialami remaja.

Remaja sedang mengalami berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik, seksual, emosional, religi, moral, sosial, maupun intelektual (Hurlock & Elizabeth, 1993). Remaja menjadi semakin sadar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seks dan berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, termasuk informasi tentang seks yang begitu mudah di dapat di internet. Oleh karena itu, remaja menjadi salah satu segmen yang rentan terhadap keberadaan pornografi, terutama situs porno. Hurlock & Elizabeth (1993) menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan.

Menurut Sarwono (2010), kecenderungan pelanggaran seksual yang dilakukan remaja semakin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (televisi, satelit, VCD, telepon genggam, internet dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu, ingin mencoba dan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tua.

Perkembangan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi banyak faktor di dalam kehidupan mereka. Dalam pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, teman sekolah, agama dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Selain itu adanya norma-norma, ekonomi, media dan tetangga yang juga mempengaruhi perkembangan kehidupan remaja (Paquette & Ryan, 2001). Beberapa penelitian menyatakan bahwa media memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual remaja (Brown & Keller, 2000).

Data BKKBN tahun 2013, jumlah remaja yang melakukan seks tanpa nikah mengalami peningkatan. Sebesar 46% remaja Indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks dan 48-51% perempuan hamil adalah remaja. Sebanyak 3.2 juta remaja siswa sekolah menengah sedang memasuki masa remaja yang penuh tantangan. Berbagai tantangan ini bisa berdampak positif maupun negatif terhadap pelaksanaan tugas belajar siswa. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memanfaatkan teknologi informasi untuk optimalisasi belajar, namun penggunaan teknologi yang tidak bijak juga dapat memberi efek buruk terhadap siswa, salah satunya adalah keterpaparan siswa dengan pornografi yang dapat diperoleh melalui media televisi. SMA Negeri 2 Kendari merupakan SMA pilihan yang memiliki fasilitas lebih dibandingkan SMA yang lain khususnya di wilayah Anduonohu Kendari. SMA Negeri 2 Kendari juga merupakan daerah yang dekat dengan ketersediaan dan akses terhadap media televisi yang cukup besar.

Dari hasil survei awal yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara singkat pada sepuluh remaja siswa SMA Negeri 2 Kendari yang menonton acara televisi di rumahnya menyatakan bahwa acara terbanyak yang ditonton adalah film, musik dan sinetron.

METODE
Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik, yaitu jenis penelitian untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakit. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu rancangan penelitian yang dilakukan pada satu waktu bersamaan antara variavel bebas dan terikat.

Lokasi, Waktu, Populasi, dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Kendari pada tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa siswi di SMAN 2 Kendari yang berjumlah 1.196 siswa. Sampel dalam penelitian adalah remaja di SMAN 2 Kendari. Penentuan jumlah sampel sebagai responden dilakukan menggunakan stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kelas (tingkat). Responden dari kelas X sebanyak 25 siswa, kelas XI sebanyak 22 orang, kelas XII sebanyak 22 orang.

Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data meliputi data primer mengenai umur, pendidikan orang tua. Analisis data dilakukan secara deskritif dan analitik. Secara deskriptif data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam bentuk angka disertai penjelasan dan persentase. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square untuk menguji hubungan antara 2 variabel.

HASIL

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Kendari ini dimulai tanggal 01 September sampai dengan tanggal 30 Oktober 2018. Total responden yang bersedia untuk mengikuti penelitian adalah 69 orang.

Tabel 1
Karakteristik dan perilaku seksual responden

Sebagian besar responden (57.97%) berjenis kelamin perempuan. 53.1% terpapar konten pornografi dari media televisi dalam kategori yang rendah. 86.96% berperilaku seksual ringan. Mayoritas perilaku seksual yang sering responden lakukan pada saat pacaran adalah bergandengan tangan 57.9%. 7.2% responden melakukan ciuman yang melibatkan lidah pada saat berpacaran. Sebagian besar responden (57.9%) memiliki perilaku teman sebaya adalah rendah.

URI: https://purl.org/10.36990/hijp.v10i2.125.t001

Tabel 2
Distribusi penggunaan televisi

keseluruhan responden menggunakan rumah sebagai tempat untuk menonton televisi. 68.1% menghabiskan waktu sekitar 1-3 jam untuk menonton televisi dan 18.8 % menghabiskan waktu lebih dari 5 jam untuk menonton televisi dalam sehari. Acara yang paling sering ditonton responden adalah acara komedi, musik dan gelar wicara.

URI: https://purl.org/10.36990/hijp.v10i2.125.t002

PEMBAHASAN

Keterpaparan pornografi dari media merupakan suatu kondisi dimana remaja baik sengaja maupun tidak sengaja mencari dan mendapatkan sesuatu berupa sajian seksual, baik dalam bentuk tulisan, gambar ataupun adegan yang akan memberikan suatu perubahan pola pikir dan sikap bagi remaja atas objek seksual yang telah didengar, dibaca atau dilihat yang dapat diperoleh dari media televisi dan internet. Apalagi apabila media tersebut ditayangkan tanpa sensor yang tegas, mengakibatkan remaja yang melihat dan mendengar akan menganggap bahwa objek seksual yang ditampilkan adalah sesuatu hal yang wajar.

Menurut Kunkel et al (1999) bahwa paparan pornografi adalah semua penggambaran tentang aktivitas, perilaku, atau obrolan tentang seks. Paparan berarti jumlah waktu per hari yang diisi oleh berbagai jenis media dan konteks sosial dari penggunaan media. Dialog seks atau apa yang disebut sebagai obrolan tentang seks mencakup berbagai macam percakapan mulai dari diskusi tentang ketertarikan dan topik seks. Agar dapat dikatakan sebagai tingkah laku seksual, suatu tindakan harus memperlihatkan rasa kedekatan secara seksual (Tabel 1). Sebagai contoh, ciuman sambutan antara dua orang saudara tidak dikatagorikan sebagai tingkah laku seks, sedangkan ciuman penuh gairah antara dua orang dengan ketertarikan romantik dikatagorikan sebagai tingkah laku seks (Kunkel et al., 1999).

Menurut Strasburger & Donnerstein (1999) bahwa setiap tahun, remaja menyaksikan sekitar 150.000 tayangan berupa gurauan dan candaan yang mengarah ke perilaku seksual (berpegang, berciuman dan berpelukan). Jam tayang yang disebut sebagai waktu keluarga (jam 8-9 malam) ternyata mengandung lebih dari delapan adegan seksual perjam. Hampir sepertiga jam tayangan keluarga mengandung tayangan yang mengarah pada seksualitas, dan tayangan dengan bahasa yang vulgar (Tabel 2).

Berdasarkan teori pembelajaran sosial Bandura (dalam (Strasburger & Donnerstein, 1999)) remaja belajar melalui meniru, teori ini menduga bahwa tingkah laku dapat dipelajari dan dipengaruhi oleh konteks sosial. Escobar-Chaves et al (2005) mengatakan bahwa aktivitas seksual yang termotivasi tidak lama setelah remaja melihat media. Paparan pornografi dalam media juga merupakan suatu motivasi bagi remaja untuk berperilaku seksual. Ketika perilaku itu dirasa sebagai hal yang menarik, maka perilaku itu menjadi suatu hal yang biasa terjadi (Brown & Keller, 2000).

Ketika remaja mulai memahami tentang seksual, paparan pornografi yang ada di media merupakan hal yang lebih menarik (Tabel 2). Sebagaimana hasil dari penelitian Collins et al (2003) bahwa remaja yang menonton tayangan TV dengan muatan seks yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan hubungan seks dari pada mereka yang menonton TV dengan muatan seks yang rendah dan remaja yang mempunyai pengalaman seks lebih cenderung mencari muatan seks di TV dari pada remaja yang tidak mempunyai pengalaman seks.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sekolah disarankan memberikan informasi lebih banyak kepada siswa tentang pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebagai pedoman untuk tidak berperilaku seksual sebelum waktunya melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan ataupun kegiatan lain untuk mencegah perilaku seks remaja.

Supplementary material
Mengakui

Penelitian ini didanai oleh Poltekkes Kemenkes Kendari tahun 2018.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, J. D. (2002). Mass media influences on sexuality. The Journal of Sex Research, 39(1), 42–45.
Brown, J. D., & Keller, S. N. (2000). Can the mass media be healthy sex educators? Family Planning Perspectives, 32(5), 255–256.
Collins, R. L., Elliott, M. N., Berry, S. H., Kanouse, D. E., & Hunter, S. B. (2003). Entertainment television as a healthy sex educator: The impact of condom-efficacy information in an episode of friends. Pediatrics, 112(5), 1115–1121. https://doi.org/10.1542/peds.112.5.1115
Escobar-Chaves, S. L., Tortolero, S. R., Markham, C. M., Low, B. J., Eitel, P., & Thickstun, P. (2005). Impact of the media on adolescent sexual attitudes and behaviors. Pediatrics, 116(1), 303–326.
Hurlock, C., Elizabeth B. (1993). Perkembangan Anak (6th ed.). Erlangga.
Kunkel, D., Cope, K. M., Farinola, W. J. M., Biely, E., Rollin, E., & Donnerstein, E. (1999). Sex on TV: A Biennial Report to the Kaiser Family Foundation. Executive Summary. Kaiser Family Foundation, 2400 Sand Hill Road, Menlo Park, CA 94025 (Free Publication #1457). https://eric.ed.gov/?id=ED445371
Paquette, D., & Ryan, J. (2001). Bronfenbrenner’s Ecological Systems Theory.
Sarwono, S. W. (2010). Psikolog Remaja (Edisi Revisi). RajaGrafindo Persada.
Strasburger, V. C., & Donnerstein, E. (1999). Children, adolescents, and the media: Issues and solutions. Pediatrics, 103(1), 129–139. https://doi.org/10.1542/peds.103.1.129
Notes
Catatan kaki
Catatan Penerbit Poltekkes Kemenkes Kendari menyatakan tetap netral sehubungan dengan klaim dari perspektif atau buah pikiran yang diterbitkan dan dari afiliasi institusional manapun.
Author notes

yustiariyusti@gmail.com

Tabel 1
Karakteristik dan perilaku seksual responden

Sebagian besar responden (57.97%) berjenis kelamin perempuan. 53.1% terpapar konten pornografi dari media televisi dalam kategori yang rendah. 86.96% berperilaku seksual ringan. Mayoritas perilaku seksual yang sering responden lakukan pada saat pacaran adalah bergandengan tangan 57.9%. 7.2% responden melakukan ciuman yang melibatkan lidah pada saat berpacaran. Sebagian besar responden (57.9%) memiliki perilaku teman sebaya adalah rendah.

URI: https://purl.org/10.36990/hijp.v10i2.125.t001
Tabel 2
Distribusi penggunaan televisi

keseluruhan responden menggunakan rumah sebagai tempat untuk menonton televisi. 68.1% menghabiskan waktu sekitar 1-3 jam untuk menonton televisi dan 18.8 % menghabiskan waktu lebih dari 5 jam untuk menonton televisi dalam sehari. Acara yang paling sering ditonton responden adalah acara komedi, musik dan gelar wicara.

URI: https://purl.org/10.36990/hijp.v10i2.125.t002
Buscar:
Contexto
Descargar
Todas
Imágenes
Non-profit publishing model to preserve the academic and open nature of scientific communication
Scientific article viewer generated from XML JATS4R