Terimakasih atas kepercayaan anda kepada Penerbit Poltekkes Kemenkes Kendari. Kami menutup sementara Sistem Penerimaan Naskah (submission) hingga 03 Januari 2024. Anda dapat melakukan konsultasi penyiapan naskah anda untuk terbit pada edisi tahun 2024, melalui pos elektronik: editorial.jurnaldanhakcipta@poltekkes-kdi.ac.id.
Beralih ke bagian utama Beralih ke menu navigasi utama Beralih ke bagian footer website
Original Research
Diterbitkan: 2021-12-29

Hubungan Pengetahuan dan Pengambilan Keputusan Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device oleh Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia, Kota Kendari

Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Pengetahuan Pengambilan keputusan Pasangan usia subur Kontrasepsi Intra uterine device

Lisensi

Cara Mengutip

Sarita, S., Syahrianti, S., & Yustiari, Y. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Pengambilan Keputusan Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device oleh Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia, Kota Kendari. Health Information : Jurnal Penelitian, 13(2), 47–53. https://doi.org/10.36990/hijp.v13i2.295 (Original work published 5 Juli 2021)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD). Desain penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. Dan populasi penelitian adalah semua PUS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Poasia, penentuan sampel menggunakan metode accidental bagi PUS yang berkunjung ke Poliklinik KIA/KB Puskesmas Poasia dengan total sampel sebanyak 43 responden. Data dianalisis secara statistik menggunakan metode uji chi square. Terdapat 14 responden (32,5%) memiliki pengetahuan kurang, 13 responden (30,3%) berpengetahuan cukup dan 16 responden (37,2%) memiliki pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi IUD, pada 22 responden (51,3%) pengambilan keputusan dalam memilih alat kontrasepsi IUD melalui diskusi oleh pasangan suami-istri. Ada hubungan antara pengetahuan dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD (hasil uji statistik, nilai p 0,02). Ada hubungan antara pengambilan keputusan dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD (hasil uji statistik, nilai p 0,04).

PENDAHULUAN

Program Keluarga Berencana (KB) melalui kontrasepsi mengurangi angka aborsi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan menurunkan angka kematian dan kecacatan yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan. Dilaporkan bahwa tambahan 24 juta aborsi, 6 juta keguguran, 70.000 kematian ibu dan 500.000 kematian bayi akan dapat dicegah, jika semua wanita melakukan kontrasepsi menggunakan metode moderen di seluruh dunia (Bearak, Popinchalk, Alkema, & Sedgh, 2018).

Prevalensi global tahun 2017 pada penggunaan kontrasepsi sebesar 63 persen dan telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Amerika Utara, Amerika Latin dan Karibia, yaitu diatas 75 persen, dan terendah di Afrika Sub-Sahara, dibawah 36 persen. Secara global, prevalensi penggunaan kontrasepsi moderen atau modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) telah meningkat tidak signifikan yaitu dari 35% pada tahun 1970 menjadi 58% pada tahun 2017 (Gayatri, 2020; World Health Organization, 2017).

Cakupan KB aktif secara nasional sebesar 63,22 persen dengan jenis metode kontrasepsi suntik (62,77%), Pil (17,24%), IUD (7,15%), Implant (6,99%), MOW (2,78%), kondom (1,22%), dan MOP (0,53%) (Kementerian Kesehatan, 2015). Pemakaian alat kontrasepsi IUD dinilai jauh lebih efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan dengan alat kontrasepsi tidak jangka panjang seperti pil dan suntik (Harahap, Hairani, & Dewi, 2019; Kementerian Kesehatan, 2015; Susanti, 2015).

Pemilihan metode kontrasepsi IUD khususnya di Indonesia selama beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan peminat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik, psikologis, sosial budaya dan agama, tingkat pendidikan, pengetahuan, lingkungan, ekonomi, kebutuhan, tarif pelayanan, dan dukungan suami/keluarga (Rahmi, Andriani, & Husna, 2017). Upaya peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada setiap pemberian pelayanan KB, sehingga penggunaan IUD tidak hanya digunakan untuk membatasi kelahiran tetapi juga untuk mengatur jarak kelahiran (Harahap et al., 2019).

Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus, di samping itu pengelola program keluarga berencana perlu menfokuskan sasaran pada kategori aksebtor dengan 4 terlalu (terlalu muda; terlalu tua; terlalu sering; terlalu banyak) (Kementerian Kesehatan, 2015).

METODE

Jenis penelitian yang digunakan analitik observasional cross sectional study. Populasi penelitian adalah semua Pasangan Usia Subur tercatat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia sejumlah 250 Pasangan Usia Subur. Sampel penelitian adalah semua Pasangan Usia Subur yang menggunakan IUD yang berkunjung di Poliklinik KIA/KB Puskesmas Poasia. Tehnik pengambilan sampel dengan accidental sampling berjumlah 43 pasangan Usia Subur. Responden diberikan kuesioner, analisis data menggunakan uji statistik chi-square.

HASIL

Tabel 1. Distribusi pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD dan pengambilan keputusan yang paling dominan untuk menggunakan kontrasepsi pilihan 43 responden yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 16 orang (37,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 13 orang (30,2%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 14 orang (32,6%). Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari total 43 responden dalam pengambilan keputusan yang seluruhnya paling dominan yaitu keputusan bersama-sama antara suami dan istri yaitu 51,5%.

Tabel 2. Uji statistik Chi-square pada variabel pengetahuan, pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada kelompok aksebtor dan bukan aksebtor IUD Hasil uji statistik pada masing-masing variabel menunjukkan nilai p kurang dari 0.05. Nilai p variabel pengetahuan 0.02, dan nilai p variabel pengembilan keputusan 0.04.

PEMBAHASAN

Pengetahuan

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pengetahuan, secara keseluruhan, responden berpengetahuan baik, cukup, dan ringan terbagi rata (Tabel 1). Namun bagi aksebtor KB, pengetahuan kurang dan cukup masih mayoritas (Tabel 2). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik kontrasepsi beragam dan bervariasi, seperti faktor sosio-demografis dan ekonomi, obstetri dan media faktor paparan terkait ditemukan berkontribusi pada penggunaan kontrasepsi (Mostafa Kamal & Aynul Islam, 2010).

Kurangnya pengetahuan dan kesalahpahaman tentang program keluarga berencana sangat berkaitan dengan tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk keluarga berencana. Selanjutnya, media massa sebagai sumber informasi yang kredibel memiliki kapasitas untuk meningkatkan kesadaran, meningkatkan tingkat pengetahuan, dan mempengaruhi sikap terhadap keluarga berencana (Ajaero, Odimegwu, Ajaero, & Nwachukwu, 2016; Rahmi et al., 2017).

Para wanita yang tidak mengunakan IUD, memiliki beberapa alasan yaitu lebih dari seperempat (29,4%) tidak menggunakan IUD karena ketakutan bahwa IUD menyebabkan nyeri di daerah panggul setelah pemasangan. Terjadinya perdarahan tidak teratur selama menstruasi, risiko perforasi rahim, risiko kanker, tidak cocok dengan pekerjaan yang melelahkan, hanya ingin metode jangka pendek, ketidaksetujuan suami dan peningkatan risiko PID (infeksi) juga dilaporkan sebagai alasan untuk tidak menggunakan IUD (Dereje, Engida, & Holland, 2020).

Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengambilan keputusan dari 43 responden dalam pengambilan keputusan yang seluruhnya paling dominan yaitu keputusan bersama-sama antara suami dan istri (Tabel 1). Pengambilan keputusan, baik berupa aksi ataupun opini selalu merupakan hasil dari kompromi antara suami dan istri berupa pemilihan terhadap beberapa alternatif yang ada. Begitu pula halnya dengan pengambilan keputusan dalam pemilihan jenis kontrasepsi tertentu biasanya, istri bertindak sebagai pengambil keputusan sementara suami bertindak sebagai motivator yang mendorong istri dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan. Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa melibatkan laki-laki dalam keluarga berencana dapat meningkatkan pengunaan alat kontrasepsi (Kabagenyi et al., 2014).

Keluarga berencana berkontribusi besar dalam pencapaian tujuan Pembangunan Milenium. Keterlibatan suami mendapat perhatian yang cukup besar dalam program keluarga berencana tetapi implementasinya masih menjadi tantangan. intervensi pendidikan keluarga berencana, mencakup pasangan dan meningkatkan komunikasi pasangan, sangat berguna untuk mendorong praktik kontrasepsi di antara pasangan. Manfaat utamanya memberikan informasi praktis tentang manfaat keterlibatan suami dalam keluarga berencana sebagai cara terbaik untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi. Memberikan kesempatan untuk memperkuat pendidikan keluarga berencana, dan memperkuat sistem pemberian layanan keluarga berencana yang ada (Tilahun, Coene, Temmerman, & Degomme, 2015).

Wanita yang pasangannya mendukung penggunaan IUD sekitar tiga belas kali akan menggunakan IUD dibandingkan wanita yang suami/pasangannya menentang penggunaan IUD. Khususnya, di negara berkembang, adanya kemampuan pengambilan keputusan perempuan lebih rendah. Sangat penting untuk melibatkan suami/pasangan dalam program informasi, pendidikan dan komunikasi untuk meningkatkan pemanfaatan alat kontrasepsi tersebut (Alemayehu et al., 2012; Mohammed, Woldeyohannes, Feleke, & Megabiaw, 2014).

Keberhasilan program Keluarga Berencana tidak terlepas dari peran dan partisipasi suami dalam mendukung ataupun berperan aktif menggunakan alat atau cara kontrasepsi dalam keluarga. Berbagai peran aktif dapat memberikan kontribusi dalam program adalah partisipasi dalam keluarga berencana dan juga dukungan kepada keluarga atau istri. Program KB dapat terwujud dengan baik apabila terdapat dukungan dari pihak-pihak tertentu. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik (Fatimah, 2013).

Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan, sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami sedangkan istri hanya bersifat memberikan sumbang saran. Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran akan kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian (Fatimah, 2013; Rahmi et al., 2017).

Pentingnya intervensi pendidikan keluarga berencana, buat pasangan usia subur, suami dan istri dan meningkatkan komunikasi pasangan, sangat berguna mendorong praktik kontrasepsi di antara pasangan. Penting memberikan informasi praktis tentang manfaat keterlibatan laki-laki dalam keluarga berencana sebagai cara terbaik untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi. Pentingya Secara berkala memberikan pendidikan keluarga berencana dapat memperkuat sistem pemberian layanan keluarga berencana yang ada (Tilahun et al., 2015).

Salah satu faktor yang mendapat perhatian sebagai determinan penting penggunaan kontrasepsi adalah peran suami dalam proses pengambilan keputusan KB. Peran laki-laki dalam keluarga berencana melibatkan pengambilan keputusan tentang praktik kontrasepsi tetapi di negara-negara berkembang, temuan menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki kurang umum. Penelitian sebelumnya merekomendasikan bahwa laki-laki juga harus terlibat dalam program keluarga berencana tetapi di sebagian besar negara di seluruh dunia, program ini berfokus secara eksklusif pada perempuan sebagai kelompok sasaran (Ijadunola et al., 2010; Kabagenyi et al., 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat hubungan antara pengetahuan dan pengambilan keputusan terhadap keikutsertaan pasangan usia subur dalam menggunakan kontrasepsi IUD. Tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan perlu untuk mengedukasi peserta sehingga pengetahuannya terhadap kontrasepsi semakin baik.

Kekurangan Penelitian

Peneliti belum mengeksplorasi faktor-faktor pembentuk mengapa terjadi perbedaan pengetahuan pada responden, seperti faktor budaya.

Referensi

  1. Ajaero, C. K., Odimegwu, C., Ajaero, I. D., & Nwachukwu, C. A. (2016). Access to mass media messages, and use of family planning in Nigeria: a spatio-demographic analysis from the 2013 DHS. BMC public health, 16, 427-427. https://doi.org/10.1186/s12889-016-2979-z
  2. Alemayehu, M., Belachew, T., & Tilahun, T. (2012). Factors associated with utilization of long acting and permanent contraceptive methods among married women of reproductive age in Mekelle town, Tigray region, north Ethiopia. BMC pregnancy and childbirth, 12, 6-6. https://doi.org/10.1186/1471-2393-12-6
  3. Bearak, J., Popinchalk, A., Alkema, L., & Sedgh, G. (2018). Global, regional, and subregional trends in unintended pregnancy and its outcomes from 1990 to 2014: estimates from a Bayesian hierarchical model. The Lancet. Global health, 6(4), e380-e389. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(18)30029-9
  4. Dereje, N., Engida, B., & Holland, R. P. (2020). Factors associated with intrauterine contraceptive device use among women of reproductive age group in Addis Ababa, Ethiopia: A case control study. PLoS ONE, 15(2), e0229071-e0229071. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229071
  5. Fatimah, D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.
  6. Gayatri, M. (2020). The Utilization of Long-Acting Reversible Contraception and Associated Factors Among Women in Indonesia. Global Journal of Health Science, 12(3), 110-110.
  7. Harahap, Y. W., Hairani, N., & Dewi, S. S. S. (2019). Hubungan Dukungan Suami dan Umur Akseptor KB Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 29-36.
  8. Ijadunola, M. Y., Abiona, T. C., Ijadunola, K. T., Afolabi, O. T., Esimai, O. A., & OlaOlorun, F. M. (2010). Male involvement in family planning decision making in Ile-Ife, Osun State, Nigeria. African journal of reproductive health, 14(4).
  9. Kementerian Kesehatan. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 1-382.
  10. Kabagenyi, A., Jennings, L., Reid, A., Nalwadda, G., Ntozi, J., & Atuyambe, L. (2014). Barriers to male involvement in contraceptive uptake and reproductive health services: a qualitative study of men and women's perceptions in two rural districts in Uganda. Reproductive health, 11(1), 21-21. https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-21
  11. Mohammed, A., Woldeyohannes, D., Feleke, A., & Megabiaw, B. (2014). Determinants of modern contraceptive utilization among married women of reproductive age group in North Shoa Zone, Amhara Region, Ethiopia. Reproductive health, 11(1), 13-13. https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-13
  12. Mostafa Kamal, S., & Aynul Islam, M. (2010). Contraceptive use: socioeconomic correlates and method choices in rural Bangladesh. Asia Pacific Journal of Public Health, 22(4), 436-450.
  13. Rahmi, N., Andriani, M., & Husna, A. (2017). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Minat Akseptor KB Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Desa Keude Panga Kabupten Aceh Jaya. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 3(2), 228-236.
  14. Susanti, H. A. (2015). Strategi komunikasi badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (bkkbn). Jurnal ASPIKOM, 2(4), 243-254.
  15. Tilahun, T., Coene, G., Temmerman, M., & Degomme, O. (2015). Couple based family planning education: changes in male involvement and contraceptive use among married couples in Jimma Zone, Ethiopia. BMC public health, 15, 682-682. https://doi.org/10.1186/s12889-015-2057-y
  16. World Health Organization. (2017). Regional Meeting to Strengthen Capacity in the new WHO family planning guidelines: Towards universal reproductive health coverage in SDGs era: World Health Organization. Regional Office for South-East Asia.

UN/PBB SDGs

This output contributes to the following UN Sustainable Development Goals (SDGs)/Artikel ini berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB berikut

SDG 3 good-health-and-well-being

Endorse

Informasi Statistik Pemakaian

Abstrak viewed = 888 times