Wound Care Education and Demonstration of Injury Management for Middle School Age Children at YBPK 1 Christian High School Surabaya

Authors

  • Caturia Sasti Sulistyana Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
  • Abdul Fauzi Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36990/jippm.v3i2.1224

Keywords:

Community service, Health education, Wound care, Injury, Adolescent, School

Abstract

Adolescence is a time of self-discovery, and too much curiosity, and the actualization is higher, so it’s more physically active and longer in school. Because it’s quite possible highest risk having injury while they are in school. Handling an inappropriate of injuries at the time can result in an infection that increases the pain and disability of adolescents. This community service aims to increase participants' knowledge regarding wound care and treatment of injuries in middle school-age children at YBPK 1 Christian High School Surabaya. This activity was held for 2 days on 13-14 January 2023 in YBPK Christian High School in Surabaya for 56 students to the number of participants, helped by 4 nursing student facilitators. The activity begins with a pre-test, providing counseling using the lecture method, showing videos, wound care demonstrations, and post-tests. Media used by PowerPoint, video, leaflet, and a hand mannequin. The result of this activity was an education may increase the participation’s level of knowledge by 60%. Audio-visual education technique greatly improves student knowledge related to wound care for injury treatment.

PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa paling aktif seseorang secara fisik dan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Selama berada di sekolah remaja menghadapi risiko tinggi terjadi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan cedera dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, dimulai saat akan berangkat ke sekolah, ketika memasuki sekolah, di kelas, di koridor, praktiukum, ekstrakurikuler, dan saat bermain di lapangan olahraga, dan ketika meninggalkan sekolah (Arinda, 2017).

Data dari Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan (2018) menyatakan angka cedera luka di Indonesia menempati peringkat kedua pada golongan proporsi jenis cedera luka dengan besar 1,3% setelah cedera lainnya dengan persentase sebesar 2,6%. Kelompok usia 15-24 tahun mempunyai angka kejadian tertinggi ketiga di Indonesia dengan persentase sebesar 1,3% dan dari status pendidikan angka tertinggi kejadian cedera luka adalah pada pendidikan tamat SMP sebesar 1,5% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018) Angka kejadian luka bakar di Jawa Timur sebesar 1,1% dan data terbanyak mengalami cedera luka nomer 3 yaitu pada golongan usia 15-24 tahun dengan besar 1,23 %, sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari pada kelompok usia yang sama sebesar 12,24%. Rentang usia tersebut adalah rentang usia remaja. Kejadian cedera di Situbondo salah satunya diakibatkan oleh cedera luka sehingga berakibat mengganggu aktivitas sehari-hari menempati peringkat tiga teratas sebesar 14,48% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dari SMA Kristen YBPK 1 Surabaya terdapat sebanyak 340 siswa untuk kelas X - XII. Hasil wawancara yang dilakukan di SMA Kristen YBPK 1 Surabaya pada bulan Desember 2022 terdapat 5 siswa mengalami luka laserasi dan 10 siswa mengalami luka abrasi karena jatuh saat di sekolah. Menurut hasil wawancara, cedera disekolah terjadi karena faktor lingkungan yang kurang baik seperti lapangan sekolah yang diaspal dan permukaan tidak rata jauh lebih beresiko untuk terjadinya cedera. Menurut Sawe et al (2023) bahwa korban cedera harus segera mendapatkan penanganan pertama yang benar dan tepat berupa rawat luka, untuk menimimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi, seperti infeksi.Pengetahuan akan dasar-dasar penanganan pertama pada cedera sangat diperlukan. Tanpa pengetahuan dasar yang memadai, sering kali setiap orang menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi kondisi darurat tersebut. Panik menyebabkan kesalahan pengambilan tindakan. Kesalahan pengambilan tindakan berakibat fatal dan memperparah keadaan korban, yaitu dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecacatan pada siswa (Wintoko & Yadika, 2020).

Aji (2019) mengatakan bahwa memiliki pengetahuan tentang penanganan pertama pada cedera diantara para siswa sangat penting sehingga mereka dapat membantu mereka sendiri atau orang lain jika terjadi cedera di lingkungan sekolah. Bukan hanya itu, pengetahuan penanganan pertama pada cedera juga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi seperti infeksi. Pertolongan pertama yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

Berdasarkan paparan diatas, maka penting dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang tindakan rawat luka sebagai penanganan pertama pada cedera di sekolah.

METODE

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung selama 2 hari pada Jumat-Sabtu, 13-14 Januari 2023 di SMA Kristen YBPK 1, Jalan Luntas No.33, Kecamatan Tambak Sari, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kegiatan dimulai dengan pre test  tentang tingkat pengetahuan perawatan luka pada siswa dan selanjutnya dilakukan post test pada hari ke-2 setelah penyampaian materi selesai. Data yang terkumpul dilakukan analisis deskripsi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi agar memudahkan dalam membandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan. Tingkat pengetahuan siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang

Edukasi Kesehatan

Penyuluhan dilakukan selama 2 hari. Kegiatan hari pertama dimulai dengan memberikan pre test terlebih dan selanjutnya memberikan edukasi berupa ceramah, penayangan video. Materi ceramah berisi tentang konsep luka, jenis-jenis luka dan perawatan luka penanganan cedera. sedangkan video berisi cara perawatan luka. Kegiatan hari ke-2 yaitu mendemonstrasikan rawat luka berdasarkan jenis luka oleh pemateri dan selanjutnya dipraktikkan kembali oleh siswa SMA Kristen YBPK 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar di aula SMA Kristen YBPK 1 Surabaya selama 2 hari dengan durasi masing-masing kegiatan 60 menit. Peserta yang hadir sebanyak 56 siswa, diarahkan untuk mengisi daftar hadir dan mengisi lembar pre test untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang rawat luka sebagai penanganan pertama pada cedera di sekolah. Setelah itu di hari yang sama peserta diberikan edukasi berupa ceramah dan penanyangan video Teknik rawat luka yang benar. Setelah diberikan edukasi, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya sebanyak 2 sesi (6 pertanyaan). Respon peserta pada kegiatan penyuluhan ini sangat antusias dan aktif. Pertanyaan yang diberikan peserta, yaitu Selain itu ada 4 pertanyaan yang diajukan dari peserta, seperti 1) Bagaimana cara mengatasi luka memar, yang benar kompres hangat atau es?, 2) Mengapa model kassa itu seperti jarring?, 3) Apa benar jika baru terjadi luka boleh langsung disiram air?, 4) Bagaimana kalua luka tidak kunjung sembuh, apa terjadi infeksi?, 5) Apakah boleh jika punya luka terbuka saat di rumah diberi daun binahong yang dihaluskan sebagai salep?, 6) Apa saja tanda luka yang mengalami infeksi dan harus bagaimana merawatnya?

Figure 1. Edukasi Rawat Luka sebagai Penanganan Pertama Cedera (hari ke 1)

Tingkat Pengetahuan Pre Test Post Test
Frekuensi % Frekuensi %
Baik 4 7,14 36 64,29
Cukup 18 32,14 14 25
Kurang 34 60,71 6 10,71
Jumlah 56 100 56 100
Table 1. Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Rawat Luka sebagai Penanganan Pertama pada Cedera di Sekolah

Pada hari ke 2 dilakukan demonstrasi cara rawat luka yang benar sebagai penanganan pertama pada cedera di sekolah. Setelah demonstrasi bersama, peserta diarahkan mencoba demonstrasi secara mandiri maupun dengan pendampingan tim. Selanjutnya di sesi akhir peserta mengisi lembar post test untuk mengevaluasi tingkat pengetahuannya.

Figure 2. Demonstrasi Rawat Luka Cedera (hari ke 2)

Hasil post test menunjukkan 64,29% pengetahuan siswa meningkat tentang rawat luka. Hasil ini sejalan dengan penellitian yang dilakukan oleh Herlianita (2020) pada anak SMA dimana didapatkan pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dan praktik pada perawatan luka.Perawatan luka sangat penting untuk menghindari komplikasi seperti infeksi dan memperlama perawatan luka. Pertolongan yang tepat dapat mencegah menghindari prognosis yang buruk untuk kedepannya (Sawe et al., 2023; Xie et al., 2023). Bentuk edukasi yang diberikan meliputi jenis luka, penyebab luka dan perawatan luka. Peningkatan kemampuan perawatan luka dilakukan dengan cara demonstrasi. Perawatan luka menggunakan prinsip steril, guna menghindari terjadinya infeksi.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dengan persentase kehadiran peserta 93,33 % dari total undangan 60 siswa. Menurut Nasution (2018) bahwa terdapat pengaruh positif dari minat siswa belajar terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penyuluhan dimana hasil post test menunjukkan secara signifikan dari peserta sebesar 60% dan sebanyak 4 dari 6 siswa dapat melakukan demonstrasi rawat luka pada kasus cedera secara mandiri (tanpa bantuan tim penyuluh). Hal tersebut menunjukkan peserta telah mengetahui cara rawat luka yang benar sebagai penanganan pertama pada kasus cedera di sekolah.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dengan persentase kehadiran peserta 93,33 % dari total undangan 60 siswa. Peserta yang tidak hadir dikarenakan 1 siswa ijin tidak masuk sekolah dan 3 siswa sakit. Nilai post test didapatkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan yang signifikan dari peserta sebesar 60% dan sebanyak 4 dari 6 siswa dapat melakukan demonstrasi rawat luka pada kasus cedera secara mandiri (tanpa bantuan tim penyuluh). Hal tersebut menunjukkan peserta telah mengetahui cara rawat luka yang benar sebagai penanganan pertama pada kasus cedera di sekolah.

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan penginderaan melalui mata (visual) dan telingan (audio) terhadap suatu objek. Informasi yang diterima akan membawa pesreta untuk berpikir. Pengetahuan merupakan dasar untuk pengambilan keputusan. Seseorang dengan pengetahuan yang baik akan mudah mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan memilih tindakan yang solutif dari masalahnya, khususnya dalam hal kesehatan (Herlianita et al., 2020; Sirait, 2016).

Remaja adalah masa seseorang mencari jati diri, rasa ingin tahu yang berlebih, dan menunjukkan aktualisasi dirinya sehingga lebih aktif secara fisik. Hal tersebut tentu akan meningkatkan resiko terjadinya cedera saat berada di sekolah dikarenakan mereka sebagian besar menghabiskan waktunya di sekolah yaitu mulai pagi hingga sore hari. Cedera dapat terjadi mulai remaja berangkat ke sekolah, saat berada di sekolah, atau saat pulang sekolah. Cedera yang dapat terjadi adalah luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), luka tusuk, luka robek (laserasi). Edukasi diberikan dengan metode ceramah, penayangan video, dan demonstrasi dengan tujuan memudahkan peserta menyerap informasi yang diterima karena melalui audio visual yang dapat diterima oleh jaras penglihatan dan pendengaran. Penanganan luka yang kurang tepat saat terjadi cedera dapat berakibat fatal, yaitu infeksi yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecacatan. Remaja adalah generasi masa depan yang harus memiliki fisik dan mental yang kuat dan sehat.

Teknik rawat luka yang diberikan pada siswa mulai dari membersihkan luka dari kotoran terlebih dahulu menggunakan air mengalir, kemudian dilakukan perawatan luka sesuai dengan cedera yang terjadi. Luka lecet (abrasi) bila sudah dibersihkan dapat dioleskan salep antibiotik. Luka memar dilakukan kompres es untuk meredakan nyeri dan pembengkakannya. Luka robek (laserasi) dibawa ke unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan penjahitan. Luka tusuk bila luka tusukan tidak terlalu dalam dapat dilakukan ekstraksi atau pengangkatan benda yang menyebabkan tusukan, lalu dilakukan rawat luka seperti pada luka abrasi atau laserasu, namun jika luka tusuk besar dan dalam segera bawa ke unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit tanpa memanipulasi atau mencabut benda yang menusuk kulit tersebut.

Meskipun demikian masih ada peserta yang belum paham, dibuktikan hasil post test sebanyak 6 siswa masih memiliki pengetahuan kurang. Peserta sudah berusaha menjawab pertanyaan saat post test namun jawabannya masih kurang tepat. Hal tersebut dapat terjadi karena saat penyuluhan berlangsung ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, ada yang berbicara dengan temannya atau bermain gadget, sementara kegiatan penyuluhan hanya dibantu 4 fasilitator mahasiswa.

Penyuluhan ini sangat bermanfaat meningkatkan pengetahuan siswa terkait rawat luka sebagai penanganan pertama pada cedera di sekolah sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik jika menjumpai teman atau diri sendiri mengalami cedera saat berada di sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Edukasi dan demonstrasi rawat luka penanganan cedera pada siswa SMA Kristen YBPK dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang jenis luka dan perawatan luka. Namun meskipun demikian, penyuluhan edukasi dan demonstrasi ini masih ada kekurangan yaitu fasilitator belum dapat menguasai peserta yang kurang kooperatif memperhatikan materi yang disampaikan narasumber, serta selain itu penyuluhan ini hanya mengevaluasi tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, tidak mengevaluasi sikap dan perilaku peserta bila mengalami cedera di sekolah.

Implikasi

Edukasi dan demonstrasi rawat luka  penanganan cedera dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang perawatan luka, sehingga hal ini dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi saat terjadi luka.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, P. . (2019). . Identifikasi Cedera Dan Penanganan Cedera Saat Pembelajaran Penjasorkes Di Sekolah Menengah Atas Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Universitas Negeri yogyakarta.

Arinda, N. . (2017). Analisis Cedera Olahraga dan Penolongan Pertama Saat Olagraga Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Herlianita, R., Ruhyanudin, F., & Wahyuningsih, I. (2020). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dan praktik pada pertolongan pertama penanganan luka bakar. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(2), 163–169. https://doi.org/DOI:10.33024/hjk.v14i2.2825

Nasution, N., Rahayu, R. F., Yazid, S. T. M., & Amalia, D. (2018). Pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 12(1), 9. https://doi.org/10.32832/jpls.v12i1.2879

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.

Sawe, H. R., Mulwafu, W., Chokotho, L., Croke, K., Chamanga, R., Mohammed, M., Bertfelt, J., Ndumwa, H. P., Mfinanga, J. A., & Milusheva, S. (2023). Fall injuries in Sub-Saharan Africa: analysis of prospective injury registry from 23 health facilities in Malawi and Tanzania. BMC Emergency Medicine, 23(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12873-023-00805-x

Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), 35–43. https://doi.org/10.30998/formatif.v6i1.750

Wintoko, R., & Yadika, A. D. N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 4, 183–189.

Xie, H. N., Chen, L. L., Wang, R., Zhu, Z. H., & Huang, H. Bin. (2023). Traumatic dislocation of the iris into the vitreous cavity with intact lens: a case report. BMC Ophthalmology, 23(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/s12886-023-03105-x

Published

2023-11-30

How to Cite

Sulistyana, C. S., & Fauzi, A. (2023). Wound Care Education and Demonstration of Injury Management for Middle School Age Children at YBPK 1 Christian High School Surabaya. Jurnal Inovasi, Pemberdayaan Dan Pengabdian Masyarakat, 3(2), e1224. https://doi.org/10.36990/jippm.v3i2.1224

Issue

Section

Articles

Citation Check