Gastroesophageal Regurgitation is not A Factor Influencing Weight Gain in Infants Aged 0 to 6 Months: An Observational Study
DOI:
https://doi.org/10.36990/jspa.v1i2.653Keywords:
Gastroesophageal reflux, Baby 0-6 months, Body weightAbstract
Regurgitation after breastfeeding, if it occurs excessively for a long time can cause nutritional disorders in infants which prolonged inhibit the growth process. This study aims to identify the incidence of gastroesophageal regurgitation on weight gain in infants aged 0-6 months. The implementation of the study used an observational design, and was located at Puskesmas Lepo-Lepo in September-December 2020. The population was 150 infants, and a total sample of 60 infants as respondents. 88.11% of infants who had regurgitation <3 times per day experienced weight gain, as well as 11.6% who experienced regurgitation 3-5 times per day. The incidence of regurgitation did not affect the baby's weight gain.
Downloads
Article Metrics
Pendahuluan
Bayi sering kali mengalami regurgitasi setelah menyusui, regurgitasi secara berlebihan dengan frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah yang dapat mengakibatkan gangguan nutrisi pada bayi [1]. Gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang disebabkan asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi, apalagi kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan disertai muntah [2].
Kekurangan gizi pada anak bayi disebabkan karena tidak tercukupinya jumlah zat gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh seorang bayi atau anak, gangguan nutrisi pada anak seperti pola makan anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis makanan yang seimbang, dan adanya penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu mencerna dan menyerap makanan secara sempurna, hal ini bayi mudah mengalami sembelit atau kontipasi, muntah, dan lain sebagainya [3].
Pendapat dari sebagian orang tua bahwa regurgitasi merupakan hal yang biasa terjadi pada bayi dan masih dalam rentang yang normal, sehingga tidak ada upaya khusus dari orang tua atau keluarga untuk menanggulangi regurgitasi tersebut. Frekuensi regurgitasi yang berlebih setiap harinya dan terjadi tidak hanya setelah minum atau makan saja tetapi selagi tidur meskipun aktivitas makan atau minum lebih dari 3 jam, maka akan berdampak tidak baik serta dapat mengganggu pertumbuhan bayi, regurgitasi yang berlebih serta dalam waktu yang lama dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan karena asupan gizi yang diperoleh oleh bayi sebagian keluar kembali. Asam lambung yang ikut keluar juga dapat mengiritasi dan merusak dinding kerongkongan [4]
Regurgitasi yang berlebih dapat menjadi keadaan yang patologis disebut dengan Penyakit Refluks Gastroesofagus (PRGE). PRGE muncul tidak hanya setelah bayi diberi makan, melainkan berlangsung secara berulang dengan durasi yang lebih lama. PRGE menyebabkan asam lambung mengalir ke esofagus minimbulkan cedera dengan akibat asupan diet bayi terganggu, yang berdampak pada gangguan laju pertumbuhan berat badan bayi. Gejala klinis pada PRGE seperti cedera mukosa, gagal tumbuh, hematemesis, melena, anemia defisiensi besi, apnea, sianosis, gangguan tidur, dan penyakit saluran napas salsabill [5,6].
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui riwayat regurgitasi gastroesofageal terhadap peningkatan berat badan bayi usia 0-6 bulan.
Metode
Penelitian ini merupakan kajian observasional retrospektif pada bayi usia 0-6 bulan yang berada di 18 Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo, Kota Kendari. Waktu pelaksanaan mulai bulan September-Desember tahun 2020.
Bayi Usia 0-6 Bulan
Populasi penelitian dari seluruh wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo berjumlah 150 bayi, dengan penentuan jumlah sampel menggunakan metode proportional cluster random sampling. Kriteria inklusi adalah bayi berusia 0-6 bulan, dan bayi lahir dengan prematur dan bayi yang mengalami hidrosefalus sebagai kriteria esklusi. Sehingga total sampel berjumlah 60 responden.
Data Regurgitasi
Riwayat kejadian regurgitasi dikumpulkan dengan lembar observasional kejadian regurgitasi, dan pengukuran berat badan bayi pada saat pengambilan data.
Konsen Aspek Etika
Penelitian bersifat sukarela kepada ibu responden, peneliti tidak memberikan penekanan kepada ibu responden untuk mengikutkan bayinya sebagai responden. Terdapat persetujuan yang ditandatangani oleh ibu responden pada lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent). Dalam hal data penelitian, peneliti menjaga aspek anonimitas atas identitas responden, dan memberikan kode/simbol dalam sebagai pengganti identitasnya.
Analisis Data
Karakteristik responden yang dikategorikan dalam usia bayi, berat lahir, dan riwayat kejadian regurgitasi dianalisis dengan uji statistik Pearson correlation coefficient. Data disajikan dalam tabel.
Hasil dan Pembahasan
Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mulut akibat gerakan antiperistaltik esophagus dimana terjadi kembalinya isi lambung ke dalam esofagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esofagus dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat [1,4,7].
Pada bayi, sendawa disebabkan karena masuknya udara ke dalam lambung. Dan ini harus segera dikeluarkan. Bila tidak, akan menyebabkan bayi kembung, muntah, rewel, bahkan kolik (nyeri perut) [2].
Riwayat kejadian regurgitasi yang didapatkan kurang dari 3 (tiga) kali sehari (Figure 1). Keadaan dimana bayi sering regurgitasi atau regurgitasi karena ketidak tepatan saat menyendawakan dapat menimbulkan kekurangan intake nutrisi [8], ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi, yaitu posisi saat menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi sudah kenyang tetapi tetap diberi minum [3,9].
kejadian regurgitasi tidak mempengaruhi kenaikan berat badan bayi (Figure 2). Berdasarkan penelitian lain [10] bahwa faktor utama yang mempengaruhi status nutrisi dan berat badan bayi adalah ASI eksklusif, pemberian susu formula, keragaman konsumsi makanan, makanan pendamping ASI, dan riwayat diare. Kendatipun kejadian regurgitasi gastroesofageal berkepanjangan mempengaruhi penyerapan nutrisi, hal ini perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui hubungannya dengan berat badan bayi.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa regurgitasi 3-5 kali perhari bukanlah merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan bayi khususnya usia 0-6 bulan. Untuk itu saran pada peneliti selanjutnya dapat menjadikan hal yang dapat menjadi bahan kajian.
Peneliti tidak mengeksplorasi detail waktu kejadian regurgitasi dan lamanya bayi mengalami hal tersebut. Uji statistik perlu dilakukan pendalaman pada usia dengan berat badan pada bayi yang pernah mengalami regurgitasi.
References
Friedman C, Sarantos G, Katz S, Geisler S. Understanding gastroesophageal reflux disease in children. Journal of the American Academy of Physician Assistants. 2021;34: 12–18. doi:10.1097/01.JAA.0000731488.99461.39
Sulisdiana S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Muji Winarnik Mojokerto. Hospital Majapahit: Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Mojokerto. 2011;3. Available: https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2492950
Czinn SJ, Blanchard S. Gastroesophageal Reflux Disease in Neonates and Infants: When and How to Treat. Pediatr Drugs. 2013;15: 19–27. doi:10.1007/s40272-012-0004-2
Leung AK, Hon KL. Gastroesophageal reflux in children: an updated review. DIC. 2019;8: 1–12. doi:10.7573/dic.212591
Salsabillah MSR, Salwan H, Kurniati AM. Hubungan Skoring Refluks Gastroesofagus IDAI Dengan Laju Pertumbuhan Pada Bayi Usia 1 Sampai 4 Bulan. Undergraduate Thesis. 2018. Available: https://rama.kemdikbud.go.id/document/detail/oai:repository.unsri.ac.id:4355-24
Chen P-L, Soto-Ramírez N, Zhang H, Karmaus W. Association Between Infant Feeding Modes and Gastroesophageal Reflux: A Repeated Measurement Analysis of the Infant Feeding Practices Study II. J Hum Lact. 2017;33: 267–277. doi:10.1177/0890334416664711
Omari TI. Mechanisms of gastro-oesophageal reflux in preterm and term infants with reflux disease. Gut. 2002;51: 475–479. doi:10.1136/gut.51.4.475
Shin KH, Kim KW, Lee SM, Kim SY, Kim MJ, Sohn MH, et al. Nutritional Intervention of a Pediatric Patient with Congenital Bronchomalacia and Gastroesophageal Reflux Disease: a Case Report. Clin Nutr Res. 2019;8: 329. doi:10.7762/cnr.2019.8.4.329
Ferguson TD. Gastroesophageal Reflux. Critical Care Nursing Clinics of North America. 2018;30: 167–177. doi:10.1016/j.cnc.2017.10.015
Fekadu Y, Mesfin A, Haile D, Stoecker BJ. Factors associated with nutritional status of infants and young children in Somali Region, Ethiopia: a cross- sectional study. BMC Public Health. 2015;15: 846. doi:10.1186/s12889-015-2190-7
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2022 Dwi Yanthi, Samsuddin, Nurjannah, Rundu
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Funding data
-
Poltekkes Kemenkes Kendari
Grant numbers 2020