Hubungan Pengetahuan Ibu mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Balita dengan Kejadian Balita Stunting

Authors

  • Putri Erlyn Univeristas Muhammadiyah Palembang, Indonesia
  • Amaliah Indah Putri Univeristas Muhammadiyah Palembang, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36990/jspa.v2i1.825

Keywords:

stunting, pengetahuan ibu, kesehatan gigi dan mulut, balita

Abstract

Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik cross-sectional dengan menggunakan data responden primer dari hasil kuesioner pada ibu dan pemeriksaan fisik antropometri pada balita. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 6-59 bulan di wilayah Alang-Alang Lebar yang dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Alang-Alang Lebar dengan jumlah sampel sebanyak 87 sampel. Sampel penelitian diambil dengan cara total sampling. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS. Terdapat 87 responden dengan pengetahuan ibu kurang sebanyak 9 responden (10,35%), dengan balita stunting 9 responden (10,35%) dan yang tidak stunting 0 responden (0%), dan 78 responden (89,65%) dengan pengetahuan baik ibu balita stunting 6 responden (6,90%) dan yang tidak stunting 72 responden (82,78%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan (p=0,001) di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang. Keterbatasan kajian ini adalah desain cross-sectional tidak dapat secara akurat menentukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dan stunting. Terdapat kemungkinan bias dalam penilaian penelitian, hal ini dikarenakan peneliti tidak mengamati secara langsung apakah pengetahuan tersebut diterapkan dengan baik dan benar dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada balitanya dan peneliti tidak melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada balitanya. , tetapi melakukan penilaian melalui kuesioner. Responden mengetahui bahwa dirinya adalah subjek penelitian, sehingga dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan oleh responden.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Metrics

Pendahuluan

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai 1.000 HPK atau mulai dari janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kemenkes, 2016). Masalah gizi yang dikenal dengan istilah stunting ini merupakan ancaman besar bagi kualitas masyarakat Indonesia yang mengganggu pertumbuhan fisik anak dan gangguan perkembangan otak yang akan mempengaruhi pencapaiannya (Erlyn et al., 2021). Data WHO mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita stunting di seluruh dunia, dimana 56% berasal dari Asia (Kemenkes, 2016). Provinsi Sumatera Selatan, terlihat dari angka stunting di Sumatera Selatan yang tercatat cukup tinggi, tercatat 31,7 persen (Kemenkes, 2018).

Stunting yang terjadi jika tidak segera diatasi akan menimbulkan masalah dan dampak kesehatan (Hidayat & Erlyn, 2021). Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting bisa berdampak dalam jangka pendek dan jangka panjang (Alfadhila dan Lailatul, 2019). Penyebab stunting sendiri disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ada faktor langsung/utama seperti asupan makanan dan gizi yang tidak seimbang dan riwayat penyakit. Selanjutnya ada faktor tidak langsung/pendukung yang terdiri dari status sosial ekonomi rumah tangga yang rendah, pemberian ASI noneksklusif, bayi lahir prematur, pendidikan dan pengetahuan orang tua yang kurang baik, faktor sanitasi lingkungan yang tidak sehat (Abdat, 2019).

Kesehatan gigi dan mulut balita itu penting untuk dijaga karena untuk menghindarkan balita dari rasa sakit yang dapat ditimbulkan seperti penyakit organ mulut adalah sariawan, gigi berlubang, gusi berdarah, gigi abrasi, serta periodontitis dan lainnya yang dapat menyebabkan anak kesulitan makan dan tidak mau makan sehingga mempengaruhi asupan gizi anak dan mempengaruhi status gizinya yang dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang terganggu yang nantinya akan berakibat stunting (Agnes et al., 2022).

Sehingga salah satu upaya untuk mencegah terjadinya stunting itu bisa dengan cara meningkatkan pengetahuan ibu untuk mendasari terbentuknya perilaku dalam terjaganya kesehatan gigi dan mulut balitanya untuk mencegah timbulnya rasa sakit gigi dan tidak nyaman pada mulut balita yang nantinya akan berdampak balita tidak mau makan dan balita juga kesulitan makan yang berpengaruh pada gangguan nutrisi yang bisa menyebabkan stunting (Andriany, 2016).

Oleh karena itu tujuan dari penelian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat “Hubungan antara pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian balita stunting usia 6-59 bulan di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik desian cross sectional dengan menggunakan data primer responden dari hasil kuesioner pada ibu dan pemeriksaan fisik antropometri pada balita. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 6-59 bulan di daerah Alang-Alang Lebar, yang dilaksanakan pada saat posyandu wilayah kerja Puskesmas Alang-Alang Lebar dengan besar sampel sebanyak 87 sampel yang memenuhi kriteria insklusi dan eklsusi. Kriteria insklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita usia 6-59 bulan yang berada di daerah penelitian, ibu yang sehat mental dan fisiknya, ibu yang bersedia mengisi kuesioner dan dapat memberikan data yang dibutuhkan terkait penelitian secara lengkap terkait penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang memiliki kendala dalam berkomunikasi. Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling.

Uji validitas penelitian ini dilaksanakan Puskesmas 7 Ulu kecamatan Seberang Ulu I dengan jumlah 30 responden dimana pada uji validitas variabel pengetahuan ibu, pada komponen (P) 1 sampai 12 > r tabel, maka keputusannya kuesioner yang ada adalah valid. Uji reliabilitas variabel pengetahuan, penelitian ini adalah 0,896 dimana berdasarkan hasil reliabilitas instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel. Data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data primer secara formal kepada responden yang dimana menggunakan kuesioner, dan melakukan pemeriksaan fisik antropometri pada balita usia 6-59 bulan yang menjadi responden pada saat penelitian.

Instrumen yang dilakukan menggunakan kuesioner yang kemudian dilakukan penyesuaian dengan penilaian pengetahuan ibu baik jika mendapatkan nilai : 7-12, pengetahuan ibu kurang baik jika mendapatkan nilai : 1-6. Dan untuk instrumen kejadian stunting pada balita dilakukan penilaian dengan menggunakan Z-score TB/U sehingga di peroleh stunting = <-2,0 SD, tidak stunting/normal = ? -2,0 SD. Yang kemudian data akan diolah dengan cara Editing, Coding, Scoring, Tabulasi dan Cleaning. Data dianalisis secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Untuk mencari hubungan antara pengetahuan ibu mnengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan alternatif Fisher’s Exact Test bila tidak memenuhi syarat Chi Square, dan pada penelitian ini menggunakan uji alternatif Fisher’s Exact Test karena terdapat satu sel dengan nilai actual count (F0) sebesar nol dan terdapat satus el dengan nilai expected (E) sel kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat Chi Square.

Sehingga hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian balita stunting usia 6-59 bulan (p=0,001) di Kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang. Penelitian ini mendapat persetujuan dari Komite Bioetika Humaniora dan Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Hasil dan Pembahasan

Didapatkan jumlah sampel sebanyak 87 responden dengan ibu bayi laki-laki sebanyak 44 orang dan responden pada ibu bayi perempuan sebanyak 43 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi untuk dijadikan sampel penelitian. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada ibu balita dan melakukan pemeriksaan fisik antropometri pada balita usia 6-59 bulan diambil pada tanggal 9 sampai 24 Desember 2022.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang (n=87)

Karakteristik Frekuensi (n=87) Persentase (100%)
Usia Ibu
<30 Tahun 46 52,9
>30 Tahun 41 47,1
Pendidikan Ibu
SMP 22 25,3
SMA 50 57,5
SMK 4 4,6
D3 4 4,6
S1 7 8
Pekerjaan Ibu
IRT 78 89,6
PNS 4 4,6
Wiraswasta 5 5,8
Usia Balita (Bulan)
6-12 28 32,2
13-19 15 17,2
20-26 5 5,8
27-32 8 9,2
33-38 10 11,5
39-44 4 4,6
45-50 12 13,8
51-59 5 5,7
Jenis Kelamin Balita
Laki-laki 44 50,5
Perempuan 43 49,5
Tinggi Badan Balita (cm)
50-100 78 89,7
101-150 9 10,3
Berat Badan Balita (kg)
6-15 81 93,1
16-30 6 6,9
Table 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1 diatas, didapatkan bahwa responden berdasarkan usia ibu balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang, diketahui bahwa usia ibu balita menunjukan paling banyak adalah usia <30 tahun berjumlah 46 responden (52,9%) dan paling sedikit adalah di usia >30 tahun berjumlah 41 responden (47,1%).

Berdasarkan pendidikan ibu balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang menunjukan bahwa pendidikan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir ibu SMP berjumlah 22 responden (25,3%), pendidikan terakhir SMA berjumlah 50 responden (57,5%), pendidikan terakhir SMK berjumlah 4 responden (4,6%), pendidikan terakhir D3 berjumlah 4 responden (4,6%), sedangkan pendidikan ibu S1 berjumlah 7 responden (8%). Menunjukan bahwa mayoritas pendidikan terakhir ibu balita di wilayah kerja di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA.

Berdasarkan pekerjaan ibu balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang dapat diketahui bahwa pekerjaan ibu balita paling banyak adalah IRT yang berjumlah 78 responden (89,6%) dan untuk wiraswasta sebanyak 5 responden (5,8%) dan paling sedikit pada ibu dengan pekerjaan PNS yang berjumlah 4 responden (4,6%).

Berdasarkan usia balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang menunjukan bahwa balita yang berusia 6-12 bulan berjumlah 28 responden (32,2%), usia 13-19 bulan berjumlah 15 responden (17,2%), usia 20-26 bulan berjumlah 5 responden (5,8%), usia 27-32 bulan berjumlah 8 responden (9,2%), usia 33-38 bulan berjumlah 10 responden (11,5%), usia 39-44 bulan berjumlah 4 responden (4,6%), usia 45-50 bulan berjumlah 12 responden (13,8%), usia 51-59 berjumlah 5 responden (5,7%).

Berdasarkan jenis kelamin balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang menunjukkan bahwa balita dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 44 responden (50,5%), dan untuk jenis kelamin perempuan didapatkan berjumlah 43 responden (49,5%).

Berdasarkan tinggi badan balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang menunjukkan bahwa balita dengan tinggi 50-100 Cm berjumlah 78 responden (89,7%), dan untuk tinggi 101-150 Cm didapatkan berjumlah 9 responden (10,3%).

Berdasarkan berat badan balita di kecamatan Alang-Alang Lebar kota Palembang menunjukkan bahwa balita dengan berat badan 6-15 Kg berjumlah 81 responden (93,1%), dan untuk berat badan 16-20 Kg didapatkan berjumlah 6 responden (6,9%).

Pengetahuan Ibu Frekuensi (n=87) Persentase (100%)
Pengetahuan Ibu Buruk 10 11,50
Pengetahuan Ibu Baik 77 88,50
Table 2. Hasil Analisis Univariat Pengetahuan Ibu mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Balita

Berdasarkan tabel 2 diatas, menunjukan pengetahuan ibu yang buruk mengenai kesehatan gigi dan mulut balita di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang sebanyak 10 responden (11,50%), dan pengetahuan ibu baik sebanyak 77 responden (88,50%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Hasnawati, et al (2021), tentang Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 Bulan. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan orang tua terutama ibu dapat membantu pertumbuhan baik pada anaknya, kurangnya pengertian tentang kebiasaan, serta pengertian yang kurang mengenai kebiasaan balitanya dapat menentukan sikap dan perilaku ibu dalam merawat anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sesuai dengan teori Wulandari dan Muniroh (2020), pengetahuan sendiri berfungsi sebagai tindakan maupun kegiatan yang dilakukan umumnya akan memberikan manfaat pada setiap orang yang menjalaninya. Sesuai dengan teori Abdat (2019), juga penyebab tidak langsung stunting bisa disebabkan karena pengetahuan orang tua terutama ibu dimana jika pengetahuan ibu baik maka kemungkinan besar dapat mencegah terjadinya stunting pada anaknya.

Sehingga pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan individu tentang kesehatan akan sangat banyak memberikan manfaat dan membantu dalam pencegahan terjadinya suatu masalah pada gigi dan mulut balita, karena pengetahuan membentuk sikap ibu, dan akhirnya lebih mengerti dalam menjaga agar tidak terjadi masalah pada kesehatan gigi dan mulut anak balitanya yang dapat menyebabkan gigi balita sakit dan timbul rasa tidak nyaman pada mulut balitanya yang menyebabkan anak balitanya susah makan dan bisa menyebabkan balita tidak mau makan sehingga kebutuhan nutrisi dan gizi yang di butuhkan kurang yang nanti akan berpengaruh dengan kejadian stunting pada balita.

Status Gizi Balita Frekuensi (n=87) Persentase (100%)
Tidak Stunting 72 82,7
Stunting 15 17,3
Table 3. Hasil Analisis Univariat Kejadian Balita Stunting

Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukan bahwa status gizi balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang didapatkan pada balita Stunting sebanyak 15 responden (17,3%). Dan terbanyak pada balita Tidak Stunting sebanyak 72 responden (82,7%).

Sesuai dengan teori Abdat (2019), penyebab terjadinya balita stunting sendiri dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor utama yang terdiri dari asupan makanan dan gizi yang tidak seimbang, BBLR, riwayat infeksi. Dan faktor pendukung yang terdiri dari status sosial ekonomi rumah tangga yang rendah, pemberian ASI noneksklusif, bayi lahir prematur, pendidikan dan pengetahuan orang tua yang kurang baik, faktor sanitasi lingkungan yang tidak sehat akan berpengaruh pada kesehatan anak balita sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut. Anak-anak dengan keadaan rumah yang kotor, jamban yang kurang terawat dan air yang tidak bersih juga berisiko terjadinya kejadian stunting (Abdat, 2019).

Dilihat dari hasil penelitian bahwa kejadian balita stunting lebih sedikit dari pada balita yang tidak stunting karena asupan gizi seimbang yang dibutuhkan cukup, dan pola asuh ibu yang baik terutama mengenai kesehatan gigi dan mulut balitanya sehingga asupan gizi pada balita terpenuhi dengan baik (Andriany et al., 2021).

Pengetahuan Ibu Status Gizi N % P Value OR (95%)
Stunting Tidak stunting
Pengetahuan Ibu Buruk 9 (10,35%) - - 9 10,35 0,001 15.400
Pengetahuan Ibu Baik 6 (6,90%) 72 82,7 78 89,65
Total 15 (17,25%) 72 82,7 87 100
Table 4. Hasil Bivariat Hubungan pengetahuan Ibu Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Balita dengan Kejadian Balita Stunting Usia 6-59 Bulan

Tabel 4 menunjukkan hasil tabulasi silang pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang. Dari 87 responden terdapat pengetahuan ibu yang buruk sebanyak 9 responden (10,35%), dengan balita stunting 9 responden (10,35%) dan yang tidak stunting 0 responden (0%), dan 78 responden (89,65%) dengan pengetahuan ibu yang baik dengan balita stunting 6 responden (6,90%) dan yang tidak stunting 72 responden (82,78%).

Berdasarkan hasil analitis statistik uji Fisher pada penelitian data didapatkan hubungan bermakna antara variable tingkat pegetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting usia 6-59 bulan di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang didapatkan hasil dengan nilai P-Value = 0,001 (P<0,05).

Berdasarkan teori Abdat (2019), pemberian pola asupan gizi yang tepat adalah salah satu pencegahan terjadinya balita stunting. Beberapa studi menunjukkan bahwa zat gizi juga merupakan salah satu komponen penting terhadap kesehatan gigi. Konsumsi makanan tinggi kalsium dan fosfor bermanfaat untuk mencegah timbulnya masalah dalam kesehatan gigi dan mulut anak (Hendarto, 2015). Makanan sumber kalsium dan fosfor seperti produk susu akan membantu melindungi pH yang dihasilkan oleh makanan kariogenik, sehingga berpengaruh dalam kesehatan gigi dan mulut anak (Ravishankar et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian dalam penentuan pengetahuan ibu baik atau buruk mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang memiliki pengetahuan baik dari pada yang berpengetahuan buruk dan didapatkan juga lebih banyak balita yang tidak mengalami kejadian stunting dari pada balita yang mengalami stunting sehingga dapat ketahui bahwa pengetahuan ibu yang baik sangat berpengaruh terhadap salah satu pencegahan kejadian balita stunting, terutama pada kesehatan gigi dan mulut balitanya agar pemenuhan gizi dan nutrisi pada balita tetap seimbang.

Dan untuk pengetahuan ibu yang baik tetapi balita nya tetap mengalami stunting kemungkinan stunting yang terjadi pada balita tersebut bukan disebabkan oleh faktor pendukung yaitu pengetahuan, melainkan kemungkinan stunting pada balita tersebut bisa di sebabkan karena faktor utama seperti asupan makanan dan gizi yang tidak seimbang, BBLR, riwayat infeksi. Dan bisa juga di sebabkan oleh faktor pendukung lainnnya seperti status sosial ekonomi rumah tangga yang rendah, pemberian ASI noneksklusif, bayi lahir prematur, faktor sanitasi lingkungan yang tidak sehat akan berpengaruh pada kesehatan anak balita sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut sehingga balita tersebut mengalami stunting.

Sementara untuk pengetahuan ibu yang buruk berdasarkan penelitian lebih banyak menghasilkan status gizi balita yang stunting dari pada yang tidak stunting karena pengetahuan ibu yang buruk mengenai kesehatan gigi dan mulut balita nya yang membuat timbulnya gangguan pada kesehatan gigi dan mulut balitanya seperti gigi balita sakit dan rasa tidak nyaman pada mulut balita sehingga membuat balita susah atau tidak mau makan yang berpengaruh dengan asupan gizi seimbang yang akan menyebabkan stunting.

Kesimpulan

Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita dengan kejadian balita stunting usia 6-59 bulan di Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang yaitu tingkat pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita yang baik, akan sejalan dengan tidak terjadinya stunting pada balita dan pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita yang buruk sejalan dengan terjadinya stunting pada balita.

Limitasi dan studi lanjutan

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional). Pada desain potong lintang semua variabel diukur pada saat yang sama. Dengan demikian desain tidak bisa memastikan dengan tepat hubungan yang berarti antara pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita sebagai sebab dan kejadian balita stunting sebagai akibat. Adanya kemungkinan bias dalam penilaian tentang pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut balita. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak mengamati secara langsung apakah pengetahuan tersebut diterapkan dengan baik dan benar dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada balita mereka dan peneliti tidak melakukan pengecekan gigi balitanya secara langsung, melainkan melakukan penilaian melalui kuesioner. Responden mengetahui bahwa dirinya sedang menjadi subjek suatu penelitian, sehingga dapat memengaruhi jawaban yang diberikan responden. Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang mengobservasi dengan cara memperhatikan secara langsung gigi anaknya dan dengan melakukan pengambilan sampel pada gigi balita, dimana apabila banyak di temukan balita dengan kesehatan gigi dan mulut yang terganggu dalam jangka waktu lama dapat menjadi faktor penyebab timbulnya stunting pada balita.

Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada pihak puskesmas Alang-Alang Lebar Kota Palembang atas pemberian izin pengambilan data penelitian, juga kepada ibu dan balita usia 6-59 bulan pada saat penelitian di posyandu wilayah kerja puskesmas Alang-Alang Lebar Kota Palembang yang sudah bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini.

Referensi

Abdat, M. (2019) ‘Stunting Pada Balita Dipengaruhi Kesehatan Gigi Geliginya’, Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 4(2), pp. 33–37. Available at: http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/.

Abdat, M. et al. (2020) “Relationship Between Stunting With Dental and Oral Status In Toddlers”, Journal Of Dentomaxillofacial Science, 5(2), p. 114. Doi:10.15562/jdmfs.v5i2.1064.

Alfadhila Khairil Sinatrya and Lailatul Muniroh (2019) ‘Hubungan Faktor Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso ’, Amerta Nutrition, 3(3), pp. 164–170. doi: 10.2473/amnt.v3i3.2019.164-170.

Andriany, P. (2016) ‘Perbandingan Efektivitas Media Penyuluhan Poster Dan Kartun Animasi Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut’, Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 1(1), pp. 21–28.

Erlyn, P., Hidayat, B. A., Fatoni, A., & Saksono, H. (2021). Nutritional Interventions by Local Governments as an Effort to Accelerate Stunting Reduction. Jurnal Bina Praja, 13(3), 543–553.

Hasnawati., Syamsa, L., & Jumiarsih, P. AL. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 bulan. Jurnal Pendidikan Keperawatan dan Kebidanan, 01 (1), 2021, 7-12

Hendarto, A. (2016) ‘Nutrisi dan Kesehatan Gigi-Mulut pada Anak’, Sari Pediatri, 17(1), p. 71. doi: 10.14238/sp17.1.2015.71-5.

Hidayat, B. A. and Erlyn, P. (2021) ‘Strategy Handling Stunting and Poverty in Palembang City, Indonesia’, Randwick International of Social Science Journal, 2(2), pp. 86–99. doi: 10.47175/rissj.v2i2.218.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Kemenkes RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1(6), 1163–1178.

Novita, C. F. , Andriyany, P., S. I. M. (2016). [Jds] Journal of Syiah Kuala Dentistry Society. Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 1(1), 65–72

Purnama AL, J., Hasanuddin, I. and Sulaeman S (2021) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Umur 12-59 Bulan’, Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 6(1), pp. 75–85. doi: 10.37362/jkph.v6i1.528.

Ravishankar, T. L. et al. (2012) ‘Effect of consuming different dairy products on calcium, phosphorus and pH levels of human dental plaque: A comparative study’, Eur Arch Paediatr Dent, 13(3), pp. 144–148. doi: 10.1007/BF03262861. S

Sadida, Z.J., Indriyanti, R., & Setiawan, A. S. (2022) “Does Growth Stunting Correlate with Oral Health in Children?: A Systematic Review”. European Journal of Dentistry, 16 (1), pp. 32-40.doi: 10.1055/s-0041-1731887

Wulandari, R. C. and Muniroh, L. (2020) ‘Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi Badan Orangtua dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya’, Amerta Nutrition, 4(2), p. 95. doi: 10.20473/amnt.v4i2.2020.95-102.

Downloads

Published

2023-02-28

How to Cite

Erlyn, P., & Indah Putri, A. (2023). Hubungan Pengetahuan Ibu mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Balita dengan Kejadian Balita Stunting. Jurnal Stunting Pesisir Dan Aplikasinya, 2(1), 10–18. https://doi.org/10.36990/jspa.v2i1.825

Issue

Section

Original Research

Citation Check