Uji Toksisitas Ekstrak Bunga Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) pada Hati Tikus Putih (Rattus novergicus)
Keywords:
Bilirubin, Alkalin fostafase, Turi putih, Tikus, Toksisitas akut, HatiAbstract
The abundant plants make people use them as food, clothing, building materials, and traditional medicine. Turi plant contains phenolic compounds, tannins, flavonoids, carbohydrates, proteins, alkaloids and glycosides. The aim of this study was to determine the acute toxicity of turi putih ethanol extract for toxic symptoms, macroscopic observation of the liver and measurement of bilirubin and alkaline phosphatase levels. This type of research is a laboratory experimental research using the Post Test Only Control Group Design research design. Rats were divided into 5 groups, namely normal control, doses of 10,000, 15,000 and 20,000 mg/kgBB, then observing macroscopic toxic symptoms, levels of bilirubin and alkaline phosphatase. Phytochemical test results showed that turi flowers contain alkaloids, saponins, tannins, steroids, and triterpenoids. On macroscopic observations, the liver shows normal condition. Based on the One Way ANOVA test on bilirubin and alkaline phosphatase levels, the results showed that the bilirubin level was p<0,05 (0,000) and the alkaline phosphatase level was p<0,05 (0,004). It can be concluded that the dose of ethanol extract of white turi flower with variations if 10.000mg/kgBB, 15.000 mg/kgBB and 20.000 mg/kgBB shows acute toxicity of white Turi flower extract based on the toxic symptoms it causes but it has not caused death in experimental animals but has a toxic effect on the levels of bilirubin and alkaline phosphatase in the liver of rats.
PENDAHULUAN
Dari segi geografi alam, Indonesia dilintasi oleh garis Wallace danWeber yang membuatnya kaya akan keanekaragaman hayati. Indonesiamerupakan negara megabiodiversity dengan lebih dari 80.000 spesies,dimana sekitar 40-50% merupakan tumbuhan endemi. Tumbuhan yang melimpahmembuat masyarakat memanfaatkannya sebagai bahan pangan, sandang danbahan bangunan, serta obat tradisional [1]. Tumbuhan turi(Sesbania grandiflora) memiliki kandungan senyawa kimiayang bervariasi pada setiap bagain – bagiannya. Daun turi putihmengandung senyawa kimia seperti tannin, saponin, peroksidase,glikosida, vitamin A dan vitamin B, daun turi juga mengandung senyawametabolit sekunder seperti flavonlid, steroid, alkaloid dan terpenoid.Bagian bunga turi putih mengandung gula, vitamin A, vitamin B, zat besidan kalsium. Ekstrak etanol bunga turi putih mengandung metabolitsekunder yaitu triterpenoid, flavonoid, dan saponin. Daun turiberkhasiat untuk antikoagulan, analgetik, pencahar ringan dan efekdiuretik. Bunga turi memiliki khasiat untuk pelembut kulit dan penyejuk.Selain itu, kulit batangnya dapat dimanfaatkan untuk penghilang rasanyeri, penurun demam dan pengelat [2].
Tumbuhan turi memiliki kandungan senyawa yang berpotensi memilikisifat toksik seperti senyawa alkaloid dan triterpenoid. Senyawapyrrolizidine merupakan salah satu senyawa golongan alkaloid yang toksikterhadap saluran pernafasan dan hati, hal ini dikarenakanpyrrolizidine bersifat karsinogenik,genotoksik, teratogenic, hepatotoksik, dan terkadangpneumotoksik [2]. Alkaloidpyrrolizidine diperkirakan terdapat pada semua tumbuhanberbunga pada spesies Fabaceae, Boraginaceaea,Asteraceae sekitar 3% [3]. Alkaloid golongan pyrrolizidinedapat menyebabkan adanya pembesaran organ hati(hepatomegali) dengan ditandai bertambahnya ukuran danbobot organ hati [4].
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwasuatu bahan atau zat yang diguakan sebagai pengibaan harus melalui ujipraklinik atau klinik pada manusia atau hewan. Berdasarkan peraturanyang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI Nomor 760/menkes per IX 1992,dijelaskan bahwa tanaman yang digunakan sebagai sumber obat harus diujikhasiat dan keamanannya. Pengujian yang dapat dilakukan adalah ujitoksisitas [5]. Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut,subkronik dan kronik. Uji toksisitas akut adalah uji praklinik yangdirancang untuk mengukur tingkat toksisitas suatu senyawa dalam waktutertentu setelah pemberian dosis tunggal yang dilakukan untuk menentukanLethal Dose (LD??) pada suatu bahan [6].
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak bunga turi mampumenurunkan glukosa plasma, serum insulin, glikogen hati dan hemoglobinglikosilasi dan marker enzim serum ALT, ALP dan AST pada tikus diabetesinduksi aloksan dengan dosis pemberian 150 mg/kg berat badan [7].
Penelitian lainnya menjelaskan bahwa pada uji toksisitas akut ekstraketanol bunga turi menunjukan tidak ada kematian pada mencit dengan dosispemberian 2000 mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB, sehingga perlu dilakukanpengujian ulang dengan dosis yang lebih tinggi serta penambahanparameter uji fungsi hati yaitu bilirubin dan alkalin fosfatase [8].
Menurut hasil penelitian sebelumnya tentang skrining fitkokimia danuji toksisitas ekstrak etanol dari daun turi putih (Sesbania grandiflora(L). Pers.) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun turi didapatkan LC??sebesar 119,93 ppm pada sampel segar dan 108,16 pada sampel kering.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat komponen yang toksikpada ekstrak daun turi [9].
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian mengenai pengukuran LD?? dan uji toksisitas ekstrak etanolbunga turi putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.)terhadap fungsi hati tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur wistarpada parameter bilirubin dan ALP.
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorikmenggunakan rancangan penelitian Post Test Only Control GroupDesign. Tujuan Post Test Only Control GroupDesign adalah untuk memahami perbedaan antara kelompok kontrolsebelum dilakukan perlakuan dengan kelompok kontrol sesudah dilakukanperlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih Jantan(Rattus novergicus) galur Wistar yang didapatkan dariKebun Tikus Sidoarjo. Tikus yang dipilih adalah tikus yang memenuhikriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan untuk kriteriainklusi adalah tikus harus sehat, berat badan 100-200 gram dan harusberjenis kelamin Jantan sedangkan untuk kriteria eksklusinya adalahtikus cacat, tikus tampak sakit, tikus betina. iiPenelitian inidilakukan di Laboratorium Program Studi Teknologi Laboratorium MedisFakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada bulanoiMei-Juni 2023. Uji fitokimia dan uji evaporasi dilakukan diLaboratoriumio MIPA Kimia Organik Universitas Negeri Surabaya.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat alat ekstraksimmaserasi, kandang tikus, separangkat alat gelas, neraca analitik,almari pendingin, cawan porselen, hot plate, rotaryop vacuum evaporator,pisau bedah, gunting bedah, pinset, sonde oral, spuit 3 ccee, tipmikropipet, mikropipet, sentrifus dan fotometer. Bahan-bahn yangdiperlukan pada penelitian ini adalah etanol 70%, bunga turi putihes,natriumio CMC (Carboxy Methyl Cellulose), reagen uji fitokimia,kloroform, reagen bilirubin, reagen alkalin fosfatase (ALP),aquades, dan tikus dengan berat 100-200 gram.
Populasi dan Sampel
Pembagian kelompok perlakuan yaitu hewan uji dipilih sebanyak 30 ekorTikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) galur wistar.Kelompok perlakuan berjumlah 4 yang dihitung menggunakan rumus Federerdiantaranya 1 kelompok kontrol (kontrol normal) dan 3 kelompok perlakuan(P1 dosis 10.000 mg/kgBB, P2 dosis 15.000 mg/kgBB dan P3 dosis 20.000mg/kgBB). Jumlah sampel yang diperlukan adalah 5 tikus putih jantan daritiap kelompok perlakuan. Sehingga besar sampel yang dibutuhkan dalampenelitian ini adalah 25 ekor tikus putih jantan untuk 5 kelompokperlakuan percobaan. Dengan penambahan tikus putih jantan cadangansebanyak 1 ekor tiap perlakuan.
Pembuatan Ekkstrak Bunga Tari
Pembuatan Simplisia dimulai dengan sampel basah bunga turi putihsebanyak 3500 gram disortir dari kotoran dan dicuci bersih. Dipotongkecil – kecil dan dikeringkan pada suhu kamar selama tujuh hari. Bungakering dijadikan bubuk dan disaring menggunakan saringan. Serbukdisimpan dalam wadah kedap udara untuk persiapan ekstraksi etanol [7].Tahap awal ekstraksi maserasi yaitu serbuk simplisia turi putihditimbang 550 gr lalu direndam dengan 1100 ml etanol 70% (1:2) pada suhuruang selama 24 jam dan sesekali dilakukan pengadukan. Hasil maserasidisaring. Residu yang diperoleh diremaserasi dan diulang sebanyak 3 kaliselama 3 hari. Selanjutnya ekstrak encer yang diperoleh dipekatkanmenggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu pemanasan dibawah 55°Cdan diperoleh ekstrak pekat.
Uji Fitokimia
Masing – masing pengujian fitokimia memiliki pereaksi dan hasilreaksi yang berbeda sebagai petunjuk bahwa hasil pengujian positif. Padapengujian alkaloid yang dilakukan adalah mereaksikan ekstrak yang telahdiencerkan dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Reaksi positifditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih pada uji alkaloid denganpereaksi Mayer, terbentuknya endapan coklat pada uji alkaloid denganpereaksi Wagner dan terbentuknya endapan jingga pada uji alkaloid denganpereaksi Dragendorf. Dari ketiga pereaksi tersebut, ekstrak bunga turiputih mengandung alkaloid [10].
Begitu pula pada pengujian steroid juga menunjukkan hasil positifapabila terjadi perubahan warna ungu kebiruan atau hijau setelahdilakukan penambahan pereaksi Libermann-Burchand [11]. Sedangkan padapengujian triterpenoid digunakan pereaksi Kloroform dan H?SO? pekatuntuk menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warnamerah kecoklatan. Selanjutnya pada pengujian tannin didapatkan hasilpositif dengan terjadinya perubahan warna menjadi coklat kehitaman ataubiru kehitaman. Berbeda dengan uji yang lainnya uji saponin tidakmemiliki pereaksi khusus karena uji saponin hanya dimaksudkan untukmelihat adakan busa stabil yang terbentuk setelah sample dicampur denganaquades dan dilakukan pengocokan [12].
Perlakuan Hewan Uji
Uji toksisitas akut melibatkan sekelompok subjek uji yang diberiberbagai tingkat dosis. Sebagai kelompok kontrol, subjek uji diberikanmakanan standar dan aquades secara oral, sementara tiga kelompokperlakukan lainnya menerima sediaan uji bunga turi putih dengan dosisberbeda: kelompok perlakuan 1 menerima 10.000 mg/kgBB, kelompokperlakuan 2 menerima 15.000 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan 3 menerima20.000 mg/kgBB, semuanya diberikan secara oral. Tikus subjek uji diberiakses ke palet makanan dan air sesuai kebutuhan selama periodepenelitian. Pemberian ekstrak bunga turi putih dilakukan setiap hariselama 14 hari. Pengamatan dilakukan dalam tiga jam pertama setelahpemberian sediaan uji, dan prosedur ini diulang setiap hari selamaperiode 7-21 hari. Parameter pengamatan mencakup perubahan berat badan,tingkat mortalitas subjek uji, aktivitas motorik, kejang otot, dangejala muntah. Jumlah kasus kematian dalam setiap kelompok dosisdigunakan untuk menentukan nilai LD50.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pengambilan darah hewan uji untukselanjutnya diperiksa kadar bilirubin dan alkalin fosfatase. Pengambilandarah pada tikus adalah dengan cara tikus dipingsankan menggunakan kapanyang telah dibasahi kloroform. Kemudian darah tikus diambil melaluiintracardial (jantung) dengan cara menusukkan jarum suntik langsung kejantung dan pendorong spuit ditarik untuk menghisap darah secara pelan.Selanjutnya proses pemeriksaan kadar bilirubin dan alkalin fosfatasedilakukan menggunakan fotometer. Kemudian dilakukan pembedahan padatikus dengan cara dieutanasia dengan dislokasi cervicalis¸kemudiandiambil organ hati dari masing-masing kelompok untuk selanjutnyadilakukan pengamatan makroskopis organ hati [13].
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan uji statistika SPSIBM 22. Pengujian statistik meliputi uji normalitas dengan Shapiro-wilkkemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika pada uji normalitasdan homogenitas diperoleh hasil p>0,05 maka dilakukan uji statistikaparamterik dengan uji one way anova, akan tetapi apabila data tidakterdistribusi normal maupun homogen maka dilanjutkan dengan ujinonparametric Kruskal-wallis untuk mengetahui perbedaan yang detailantar variable. Selain itu, juga dilakukan uji analisis regresi probituntuk menentukan lethal dose yaitu konsentrasi yang diperlukan untukmembunuh 50% pada tikus putih. Pada penelitian ini menggunakan EthicalClearance untuk penanganan sampel dengan menggunakan sampel hewan berupadarah dan organ dari tikus sesuai kriteria inklusi yang diperoleh dariStikes Ngudia Husada Madura dan telah dinyatakan layak etik denganiinomor 1673/KEPK/STIKES-NHM/EC/V/2023.
HASIL
Proses pembuatan simplisia bunga turi putih (Sesbania grandiflora(L.) Pers.) diawai dengan proses pengumpulan sampel, sortasi, pencucian,pengeringan dan penyerbukan sampel. Pada tahap ini diperoleh hasil beratsampel basah, sampel kering dan berat simplisia bunga turi putih yangdapat dilihat pada Tabel 1.
Parameter | Berat sampel (gram) |
---|---|
Berat basah | 4000 |
Berat kering | 1100 |
Berat simplisia | 550 |
Berdasarkan data dalam Tabel 1, sampel basah memiliki berat sebesar 4000 gram sementara sampel kering beratnya mencapai 1100 gram. Penurunan berat sampel ini terjadi karena kehilangan kadar air selama proses pengeringan bunga turi putih. Selanjutnya, sampel tersebut diubah menjadi bentuk serbuk untuk memperluas permukaannya, yang berguna untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi. Ekstraksi dengan metode maserasi menghasilkan 3000 mL ekstrak, yang kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu di bawah 55oC. Hasilnya adalah ekstrak pekat seberat 181 gram dengan warna coklat dan aroma yang mencampurkan bau bunga turi putih dan etanol. Pemilihan etanol sebagai pelarut dalam proses ekstraksi didasarkan pada tingkat polaritas tinggi yang dimilikinya. Selain itu, etanol 70% juga terbukti efektif dalam meningkatkan hasil rendemen ekstraksi. Data hasil rendemen secara keseluruhan menunjukkan tren peningkatan persentase rendemen seiring dengan peningkatan konsentrasi pelarut etanol [14]. Persentase rendemen dari ekstrak pekat hasil ekstraksi maserasi dapat dilihat dalam Tabel 2.
Parameter | Berat Sampel Ekstrak |
---|---|
Hasil ekstraksi | 3000 |
Hasil ekstraksi pekat | 181 |
Rendemen | 32,9 % |
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil nilai % rendemen sebesar 32,9%,yang berarti nilai ekstrak dihasilkan semakin banyak atau tergolongtinggi. Rendemen merupakan perbandingan antara ekstrak yang diperolehdengan simplisia awal. Rendemen menggunakan satuan persen (%), semakinoktinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yangdihasilkan semakin banyak Selanjutnya ekstrak pekat yang diperolehdilakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit yangterkandung di dalamnya.
Uji fitokimia adalah uji pendahuluan yang diapaki untuk mengetahuikandungan senyawa aktif atau senyawa metabolit yang terdapat pada suatubahan. Pada uji fitokimia diharuskan memakai pereaksi uji yang sinkrondengan golongan senyawa yang diuji atau diidentifikasikan. Hasil ujifitokimia berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak bunga turi putihmengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, saponin, steroid,triterpenoid dan tanin.
Sampel | Uji Fitokimia | Pereaksi | Hasil (terbentuknya) | Kesimpulan (+)/(-) |
---|---|---|---|---|
Bunga Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) |
Mayer | Endapan putih | + | |
Alkaloid | Wagner | Endapan coklat | + | |
Dragendorf | Endapan jingga | + | ||
Flavonoid | Mg + HCl pekat + etanol | Warna merah | - | |
Saponin | - | Adanya busa stabil | + | |
Steroid | Libermann-Burchand | Ungu kebiruan/hijau | + | |
Triterpenoid | Kloroform + H2SO4 pekat | Merah kecoklatan | + | |
Fenolik | NaCl 10% + Gelatin 1% | Endapan putih | - | |
Tanin | FeCl3 1% | Coklat kehijauan | + |
Pada pengujian alkaloid yang dilakukan adalah mereaksikan ekstrak yang telah diencerkan dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, terbentuknya endapan coklat pada uji alkaloid dengan pereaksi Wagner dan terbentuknya endapan jingga pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorf. Dari ketiga pereaksi tersebut, ekstrak bunga turi menunjukkan hasil positif yaitu terbentuknya endapan putih, coklat dan jingga. Pembentukan endapan terjadi disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks dari reaksi senyawa alkaloid dengan ion logam K? pada masing – masing pereaksi [10].
Uji steroid dan triterpenoid menggunakan metode Libermann-Burchand dimana ekstrak diencerkan dengan kloroform dan ditambahkan pereaksi Libermann-Burchand (asam asetat anhidrat-H?SO?). Hasil positif ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna menjadi ungu kebiruan untuk steroid dan warna merah kecoklatan untuk triterpenoid. Perubahan warna yang terbentuk pada steroid dan triterpenoid didasrkan pada H?SO? dalam pelarut asam asetat anhidrat. Perbedaan warna yang dihasilkan oleh steroid dan triterpenoid disebabkan oleh perbedaan gugus pada atom C-4. Dari hasil ekstrak bunga turi putih menunjukkan hasil postif mengandung steroid dan triterpenoid [15].
Uji tannin menunjukkan bahwa ekstrak bunga turi utih mengandung tannin karena terbentuk senyawa berwarna coklat kehijauan setelah ditambahkan FeCI? 1%. Perubahan warna coklat kehijauan setelah penambahan FeCI? 1% disebabka oleh terbentuknya senyawa kompleks antara tannin dengan ion Fe³?. Pada uji saponin menunjukkan bahwa ekstrak bunga turi putih mengandung saponin karena terbentuknya busa stabil. Uji saponin dilakukan dengan metode Forth yakni hidrolisis saponin dalam air, dimana timbulnya busa dikarenakan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air [10].
Dapat diketahui bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol bunga turi putih yaitu alkaloid, saponin, steroid, tanin serta triterpenoid. Tannin berperan sebagai pengendap protein dan penghelat logam, oleh karena itu tannin dipercaya dapat berperan sebagai antioksidan secara biologis [16]. Kandungan alkaloid yang berada pada gara dapat mudah larut dalam air sedangkan alkaloid dalam bentuk bebas atau basa mudah larut dalam pelarut organik [17]. Alkaloid dibedakan berdasarkan sistem cincinnya contohnya yaitu seperti piridina, piperidina, indol dan tropana. Senyawa steroid dalam tumbuhan biasanya berbentuk sterol, yang mana sterol itu sendiri memiliki kegunaan untuk menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik. Efek dari antikarsinogenik ini diduga melibatkan senyawa antikanker senyawa ni adalah turunan dari hidrokarbon 1,2-siklopentenoperhidrofenantrena [18]. Ada beberapa kandungan senyawa pada tanaman turi yang yang bersifat racun atau toksik yaitu senyawa alkaloid dan triterpenoid. Contoh senyawa alkaloid yang berpotensi toksik adalah pirolizidin.
Pada uji flavonoid dan uji fenolik didapatkan hasil negatif yang disebabkan karena berbedanya zat hara yang terkandung dalam tanah tanaman turi tersebut tumbuh. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang mengenai uji toksisitas ekstrak kulit batang turi putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) dengan penetuan kadar LD?? terhadap ginjal mencit (Mus Muculus) menggunakan tumbuhan turi yang berada du pulau Madura hasil uji fitokimia didapatkan senyawa yang terkandung di dalam daun turi adalah flavonoid, fenolik, tanon, steroid, alkaloid dan saponin yang artinya di dalam tumbuhan turi mengandun semua unsur senyawa metabolit sekunder [19]. Sedangkan pada penelitian lain yang berjudul uji fitokimia senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak methanol bunga turi merah (Sesbani grandiflora (L.) Pers.) yang didapatkan dari Gunungkidul didapatkan hasil positif pada kandungan alkaloid, tannin, flavonoid dan triterpenoid sedangkan untuk saponin dan steroid didapat hasil negatif [20].
Kelompok Perlakuan | Varian Dosis | Tikus | Gejala toksik |
---|---|---|---|
Kontrol Normal (Kn) | Makanan dan Minum |
1 2 3 4 5 |
Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik |
P1 | 10.000 mg/kgBB |
1 2 3 4 5 |
Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik Tikus aktif seperti biasa dan tidak menunjukkan gejala toksik |
P2 | 15.000 mg/kgBB |
1 2 3 4 5 |
Buluu nampakk tidako sehat jikao dibandingkann dengan kelompok kontrolo Buluu nampakk tidako sehati jikao dibandingkann dengan kelompok kontrolo Buluu nampakk tidako sehati jikaodibandingkanndengan kelompok kontrolo Buluu nampakk tidak sehati jikao dibandingkann dengan kelompok kontrolo Buluu nampakk tidakosehatt jikao dibandingkann dengan kelompok kontrolo |
P3 | 20.000 mg/kgBB |
1 2 3 4 5 |
Lemas, bulu rontok, dan terjadi penurunan aktivitas Lemas, bulu rontok, dan terjadi penurunan aktivitas Lemas, bulu rontok, dan terjadi penurunan aktivitas Lemas, bulu rontok, dan terjadi penurunan aktivitas Lemas, bulu rontok, dan terjadi penurunan aktivitas |
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bunga turi putih secara oral pada tikus kelompok 1 dengan dosis 10.000 mg/kgBB, tidak menyebabkan kematian dan gejala toksik dimana tikus beraktivitas seperti biasa. Pada kelompok 2 dosis 15.000 mg/kgBB tidak ditemukan tikus yang mati dan gejala toksik diperoleh hasil pengamatan bulu nampaker tidak sehat jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun tidak ada efek pada sistem pernafasan maupun perubahan aktivitas. Sedangkan Kelompok 3 dosis 20.000 mg/kgBB tidak menimbulkan kematian pada tikus, dan gejala toksik meliputi penurunan aktivitas,lemas dan bulu rontok. Namun 3 jam pemberian ekstrak etanol bunga turi tikus kembali beraktivitas seperti biasa. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tanda-tanda toksik pada tikus ditandai dengan terjadinya detak jantung yang cepat, kaki lumpuh, lemas, keluar air mata, kesulitan bernafas, tremor dan kematian [5].
Perlakuan | Jumlah tikus | Jumlah kematian |
---|---|---|
Kontrol Normal | 5 ekor | 0 ekor |
P1 Dosis 10.000 | 5 ekor | 0 ekor |
P2 Dosis 15.000 | 5 ekor | 0 ekor |
P3 Dosis 20.000 | 5 ekor | 0 ekor |
Tingkatan | LD?? | Klasifikasi |
---|---|---|
1 | <1 mg/kg berat badan | Luar biasa toksik |
2 | 1-50 mg/kg berat badan | Sangat toksik |
3 | 50-500 mg/kg berat badan | Toksik sedang |
4 | 500-5000 mg/kg berat badan | Toksik ringan |
5 | 5-15 ig/kg berat badan | Praktis tidak toksik |
6 | >15 og/kg berat badan | Relatif tidak membahayakan |
Hasil pengamatan kematian tikus pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kematian tikus setelah pemberian ekstrak etanol bunga turi setelah 24 jam maupun setelah 14 hari. Dengan tidak adanya kematian hewan coba pada dosis tertinggi, menunjukkan bahwa nilai LD?? tidak dapat dihitung. Pemberian ekstrak etanol bunga turi putih secara peroral pada dosis 10.000, 15.000 hingga dosis maksimal yaitu dosis 20.000 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian pada hewan coba. Jika toksisitasnya rendah maka nilai LD?? tidak perlu ditentukan secara tepat dan suatu angka perkiraan dapat memberikan manfaat [9], sehinggga dapat disimpulkan bahwa nilai LD?? ekstrak etanol bunga turi putih lebih dari 20.000 mg/kgBB yang menurut [10] kriteria klasifikasi derajat toksisitas, dosis tersebut termasuk dalam kategori 6 yaituuu relatif tidak berbahaya.
Pengamatan berat badan hewan coba dilakukan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak etanol bunga turi putih. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak terhadap perubahan berat badan yang terjadi selama 14 hari. Kondisi penurunan berat badan mengindikasikan bahwa hewan coba mengalami sakit setelah pemberian ekstrak. Hasil pengamatan berat badan tikus sebelum dan sesudah pemberian ekstrak etanol bunga turi dapat dilihat pada Tabel 7.
Figure 1. Pengamatan Mikroskopis Organ Hati Organ Hati (a) Kontrol Normal; (b) Kontrol Negatif; (c) P1 Dosis 10.000 mg/kgBB; (d) P2 Dosis 15.000 mg/kgBB; (e) P3 Dosis 20.000 mg/kgBB
Perlakuan | Rerata ± SD berat badan | |
---|---|---|
Sebelum perlakuan | Sesudah perlakuan | |
Kontrol Normal | 114.6 ± 7.96 | 139.8 ± 18.86 |
P1 Dosis 10.000 | 155.4 ± 12.82 | 168.4 ± 14.50 |
P2 Dosis 15.000 P3 Dosis 20.000 |
131.0 ± 20.26 123.2 ± 12.70 |
150.0 ± 28.97 135.2 ± 19.70 |
Berdasarkan Tabel 7, hasil pengamatan berat badan tikus menunjukkanbahwa pada setiap kelompok perlakuan diperoleh rata – rata berat badantikus mengalami peningkatan berat badan setelah pemberian ekstrak etanolbunga turi putih. Sehingga bisa dikatakan bahwa hewan coba tidakmengalami sakit setelah pemberian ekstrak. Hal tersebut menyatakan bahwatidak adanya hubungan antara gejala toksik pada berat badan tikus karenaselama pemberian ekstrak selama 14 hari tikus tidak mengalami penurunberat badan. Perubahan berat badan dapat dipengaruhi oleh beberapafaktor seperti makanan, dimana apabila asupan makanan yang dikonsumsisemakin banyak maka berat badan semakin meningkat.
Pengamatan makroskopis dilihat dari konsistensi, berat dan perubahanwarna organ hati untuk mengetahui perubahan makroskopis organ hatisetelah pemberian ekstrak etanol bunga turi putih. Data hasil pengamatanmakroskopis bisa dilihat pada Tabel 8.
Perlakuan | Warna Organ Hati | Kosistensi |
---|---|---|
Kontrol Normal | Merah Kecoklatan | Kenyal |
P1 Dosis 10.000 | Merah Kecoklatan | Kenyal |
P2 Dosis 15.000 | Merah Kecoklatan | Kenyal |
P3 Dosis 20.000 | Merah Kecoklatan | Kenyal |
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa hati tikus berwarna merahkecoklatan pada kelompok kontrolii dan perlakuan yang menunjukkan bahwapemberian ekstrak etanol bunga turi putih tidak memberikan perbedaanpada warna organ hati tikus. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnyabahwa hati yang normal memiliki permukaan rata dan halus serta berwarnamerah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaanberbintik – bitnik, terdapat kista dan perubahan warna [9].
Perlakuan | Rerata ± SD berat organ hati tikus |
---|---|
Kontrol Normal | 4.93 ± 0.57 |
P1 Dosis 10.000 | 5.56 ± 0.42 |
P2 Dosis 15.000 | 4.87 ± 0,74 |
P3 Dosis 20.000 | 5.43 ± 0.90 |
Pada Tabel 9 memberikan gambaran berat rata-rata organ hati tikus antar kelompok yang diberikan ekstrak etanol bunga turi putih dosis 10.000, 15.000 dan 20.000 mg/kgBB relatif tidak menujukkan adanya pengaruh yang berarti. Rasio berat organ hati tidak berubah secara signifika, artinya hewan yang diberi dosis berbeda memiliki rasio berat organ hati yang sama dengan kelompok kontrol (tanpa dosis). Jadi pemberian ekstrak etanol bunga turi putih tidak memiliki pengaruh ataupun efek toksik pada berat organ hati.
Perlakuan | Rerata ± SD Hasil Pengukuran | |
---|---|---|
Bilirubin (mg/dL) | ALP (U/L) | |
Kontrol Normal | 0.17 ± 0.06 | 906.4 ± 115.4 |
P1 Dosis 10.000 | 0.17 ± 0.07 | 611.6 ± 87.29 |
P2 Dosis 15.000 | 0.22 ± 0.05 | 888.8 ± 49.35 |
P3 Dosis 20.000 | 0.34 ± 0.05 | 1010.4 ± 103.9 |
Salah satu cara mengukur fungsi organ hati adalah dengan mengamati kadar bilirubin serum dan alkalin fosfatase [21]. Pada pemeriksaan fungsi ekstraksi diukur kadar bilirubin, sedangkan alkalin fosfatase pemeriksaan yang mengarah ke penyakit kolestasis. Peningkatan kadar bilirubin dan alkalin fosfatase merupakan indikator kuat disfungsi hati [22]. Nilai normal bilirubin total pada tikus wistar adalah <0,1-0,2 mg/dl [23]. Meningkatnya kadar bilirubin menunjukkan kemungkinan hilangnya fungsi organ hati yang dapat menyebabkan terjadinya gagal hati. Sebagian dari bilirubin total dimetabolisme dan bagian ini disebut bilirubin langsung (direct). Jika bilirubin langsung (direct) menurun sementara bilirubin total meningkat, ini menandakan adanya kerusakan pada organ hati atau saluran empedu [24]. Selain meningkatnya kadar bilirubin, terjadinya kerusakan pada hati juga ditandai dengan meningkatnya enzim alkalin fosfatase. Kadar alkali fosfatase normal pada tikus putih sebesar 174-589 U/L [25]. Aktivitas alkali fosfatase lebih dari 4 kali batas atas nilai rujukan mengindikasikan adanya kelainan ke arah hepatobilier dibandingkan hepatoseluler. Peningkatan ALP terjadi pada keadaan kolestasis intrahepatik dan ikterus obstruktif [22]. Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hepar, sedangkan anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat [26]. Penurunan kadar alkalin fosfatase dapat terjadi karena proses regenerasi sel hati yang sudah berlangsung dengan sendirinya tetapi kemampuannya terbatas karena sel hati merupakan sel labil, yaitu sel yang dapat meregenerasi sel-selnya yang rusak tetapi tidak bisa sempurna [27].
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa kadar bilirubin dan ALP mengalami peningkatan kadar pada masing – masing perlakuan dosis (dosis 10.000, 15.000 dan 20.000 mg/kgBB) jika dibandingkan dengan kontrol normal. Kadar bilirubin dan ALP yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan Levene’s Test untuk mengetahui data terdistribusi nomal dan homogen sesuai syarat uji One Way Annova. Hasil uji normalitas data bilirubin dan alkalin fosfatase diperoleh signifikan (p>0,05) sehingga dapat dilajutkan dengan uji One Way Annova. Hasil uji One Way Annova pada kadar bilirubin dan alkalin fosfatase menunjukkan hasil kadar bilirubin p<0,05 (0,000) dan kadar ALP p<0,05 (0,004) sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada setiap kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar bilirubin dan kadar alkalin fosfatase sejajar dengan peningkatan dosis yang diberikan.
Selanjutnya dilakukan uji lanjut yaitu Post Hoc Tukey untuk kadar Bilirubin diperoleh hasil bahwa perlakuan 3 memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol normal (p=0,002), perlakuan 1 (p=0,002) dan perlakuan 2 (p=0,027). Sedangkan untuk kadar alkalin fosfatase diperoleh hasil bahwa perlakuan 1 memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol normal (p=0,028), perlakuan 2 (p=0,042) dan perlakuan 3 (p=0,002).
Kandungan ekstrak bunga turi putih terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar bilirubin dan ALP. Ini dikarenakan ekstrak bunga turi putih mengandung salah satu senyawa metabolit yang bersifat toksik seperti alkaloid pirolizidin [28]. Alkaloid pirolizidin yang tersebar luas ditemukan dalam makanan dan fitomedisin sangat bervariasi dalam potensi toksiknya. Kira-kira setengah dari pirolizidin yang dikarakterisasi sejauh ini bersifat toksik jika tertelan, dengan efek hepatoktoksik, genotoksik, tumorigenik dan teratogenik [29]. Pada penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa oral ekstrak etanol daun turi (Sesbania grandiflora) dengan dosis 200 mg/kgBB selama 15 hari menghasilkan hepatoproteksi terhadap hepatotoksisitas pada tikus yang diinduksi eritromisin estotat 800 mg/kgBB, serta peningkatan kadar enzim serum alkalin fosfatase dan bilirubin [30].
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini,dapat disimpulkan bahwa dosis penggunaan ekstrak etanol bunga turi putih(Sesbania grandiflora (L.) Pers.) dengan variasi 10.000 mg/kgBB, 15.000mg/kgBB dan 20.000 mg/kgBB menunjukkan adanya toksisitas akut ekstrakbunga turi putih berdasarkan gejala toksik yang ditimbulkan namun belumsampai menimbulkan kematian pada hewan coba tetapi menimbulkan efektoksik terhadap kadar bilirubin dan alkalin fosfatase pada organlo hatihati tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur wistar. Nilai LD??yang diperoleh dari hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol bunga turiputih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) terhadap fungsi organ hati tikusputih jantan (Rattus norvegicus) galur wistar merupakan LD?? semu karenapada dosis tertinggi 20.000 mg/kgBB tidak ada kematian.
PERNYATAAN
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu hingga akhir penelitian. Terimakasih kepada dosen pebimbingyang telah sabar membimbing saya dalam penyusunan artikel. Terimakasihkepada Laboratorium Hematologi dan Laboratorium Farmakologi KlinikUMSIDA serta Laboratorium Kimiaaa Organik MIPA UNESA.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Rohmah, J., Saidi, I. A., Rofidah, L., Novitasari, F., &Margareta, F. A. (2021). Phytochemical screening of white turi(Sesbania grandiflora (L.) Pers.) leaves extract invarious extraction methods. Medicra (Journal of MedicalLaboratory Science/Technology), 4(1), 22–29.Retrieved from : https://doi.org/10.21070/medicra.v4i1.1395
[2] Sumayya. (2019). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Daun Turi(Sesbania grandiflora, (L). Pers.) pada Embrio IkanZebra (Danio rerio) . (Skripsi).Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Retrieved from :https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/17000?show=full
- [3] H. Wiedenfeld, “Plants Containing Pyrrolizidine Alkaloids: Toxicity and Problems”. Journal Food Additives and Contaminants, vol. 28, no.3, pp. 282–292, Februari 2011. [Online]. Doi: https://doi.org/10.1080/19440049.2010.541288.
[4] H. S. Wicaksono, I. Narayani and I. Setyawati, “Struktur HatiMencit (Mus musculus L.) setelah Pemberian Ekstrak Daun Kaliandra Merah(Calliandra calothyrsus Meissn.)”. Jurnal Simbiosis III, 1, pp 258-268,Maret 2015. [Online] Available:https://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis/article/download/14405/9901.
[5] Mustapa, M. A. (2018). Uji toksisitas akut yang diukur denganpenentuan Ld50 ekstrak tanol bunga cengkeh (SyzygiumAromaticum L.) terhadap mencit (Mus Musculus)menggunakan metode thompson-weil. Frontiers: Jurnal Sains DanTeknologi, 1(April), 105–117. Retrieved from :https://doi.org/10.36412/frontiers/001035e1/april201801.10
[6] Siswanto, E., Sari, D. N. I., & Supomo, S. (2017). Ujitoksisitas akut ekstrak etanol daun kerehau (Callicarpalongifolia Lam.) terhadap mencit putih. Jurnal IlmiahManuntung, 1(2), 127. Retrieved from :https://doi.org/10.51352/jim.v1i2.24
[7] Kumar, R., Janadri, S., Kumar, S., Dhanajaya, D. R., & Swamy,S. (2015). Evaluation of antidiabetic activity of alcoholic extract ofSesbania grandiflora flower in alloxan induced diabetic rats.Asian Journal of Pharmacy and Pharmacology,1(1), 21–26. Retrieved from :https://www.researchgate.net/publication/284848179
[8] Arunabha, M., & Satish, N. (2014). Evaluation ofimmunomodulatory activity of Sesbania Grandiflora flowers extract inmice. Indonesian Journal of Pharmacy,25(4), 277. Retrieved from :https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm25iss4pp277
[9] Makalalag, A. K., Sangi, M., & Kumaunang, M. (2011). Skriningfitokimia dan uji toksisitas ekstrak etanol dari daun turi(Sesbania grandiflora Pers). Jurnal Kimia FKIPUniversitas Sam Ratulangi, 5(47), 40–42.Retrieved from :https://doi.org/10.35799/cp.8.1.2015.9442
[10] D. E. P. Prayoga, K. A. Nocianitri and N. N. Puspawati,“Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak KasarDaun Pepe (Gymnema reticulatum Br) pada Berbagai Jenis Pelarut”. JurnalIlmu Dan Teknologi Pangan, vol. 8, no. 2, pp. 11-121, Juni 2019.[Online] Doi: https://doi.org/10.24843/itepa.2019.v08.i02.p01.
[11] R. Prastiwi, M. Si, V. Ladeska, M. Farm, V. Anggia, and M. Farm,“PENUNTUN PRAKTIKUM FITOKIMIA,” 2018.
- [12] K. Khotimah, “Skrining fitokimia dan identifikasi metabolit sekunder senyawa karpain pada ekstrak metanol daun Carica Pubescens Lenne & K. Koch dengan LC/MS (Liquid Chromatograph-tandem Mass Spectrometry),” undergraduate, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2016. Accessed: Jul. 07, 2023. [Online]. Available: http://etheses.uin-malang.ac.id/3263/
[13] Orno, T. G. (2023). Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen(Muntingia calabura) Terhadap Profil Histologi Hepar TikusDiabetes. Meditory: The Journal of MedicalLaboratory, 11(1), 17-24.
[14] Solikah, W. Y., Fatmawati, A., Gunawan, A., & Defri, A. Y.(2023). Uji Kualitatif Dan Penetapan Kadar Flavonoid Total EkstrakEtanol Herba Pegagan (Centella asiatica) Dengan Variasi KonsentrasiPelarut. Journal of Pharmaceutical andSciences, 6(2), 673-680.
[15] A. I. Habibi, R. A. Firmansyah and S. M. Setyawati, “SkriningFitokimia Ekstrak n-Heksana Kosteks Batang Salam (Syzgium poluanthum)”.Indo. J. Chem. Sci, vol. 7,no. 1, pp. 1-4, Mei 2018. [Online] Doi:10.15294/ijcs.v7i1.23370.
[16] Noer, S., Pratiwi, R. D & Gresinta, E. (2018). Penetapankadar senyawa fitokimia (Tanin, saponin dan flavonoid sebagai Kuerserin)pada ekstrak daun inggu (Ruta angustifolia). Jurnal-jurnal MIPA. DOI :10.20885/eksakta.Vol18.iss1.art3
[17] Ishak, A. (2018). Analisis fitokimia dan uji aktivitasantioksidan biskuit biji labu kuning (Curcubita sp.) sebagai snacksehat. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Retrieved from:http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZmUxYTM0Yzk2NzRjMzk0ODE0MzkxYjYxMzA4NGU3ONmMyMGY yNw==.pdf
[18] Wulandari, H. P. (2020). Aktivitas antioksidan ekstark etanolbatang turi putih (Sesbania grandiflora, L) Pers) dengan metode DPPH(1,1-Diphenyl-2- Picryhydrazyl). Skripsi. Program studi D-IV TeknologiLaboratorium Medis Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Retrieved from: http://eprints.umsida.ac.id/10862/
[19] A.S. Amalia. "Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang turiputih (Sesbania grandiflora (L.) pers.) dengan penentuan kadar LD50terhadap ginjal mencit (Mus musculus. Program Studi TeknologiLaboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Retrieved from:http://ais.umsida.ac.id/eskripsi/?h=abstrak&id=7219. 2020
[20] Asmara, A. P. 2017. Uji fitokimia senyawa metabolit sekunderdalam ekstrak metanol bunga turi merah (Sesbania grandiflora (L.) Pers).Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas IslamNegeri Ar-Raniry. DOI:http://dx.doi.org/10.24252/al-kimia.v5i1.2856
[21] Hamoud, A. R., Weaver, L., Stec, D. E., & Hinds, T. D.(2018). Bilirubin in the liver–gut signaling axis. Trends inEndocrinology and Metabolism, 29(3), 140–150.Retrieved from :https://doi.org/10.1016/j.tem.2018.01.002
[22] Rosida, A. (2016). Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati.Berkala Kedokteran, Vol. 12 No. 1, Hal. 123-131.Retrieved fromhttp://dx.doi.org/10.20527/jbk.v12i1.364
[23] Boorman G, Suttie A, Leininger J, Eustis S, Elwell M, Bradley A,MacKenzie W. (2017). Boorman's Pathology of the Rat. 2nd edition.Academic Press.
[24] Rosita., Widarti., & Basri, M. (2017). Pemeriksaan BilirubinPada Penderita Tuberkulosis Paru Yang Dalam Masa Pengobatan Rumah SakitUmum Daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal MediaLaboran, Vol 7 No. 2. Retrieved fromhttps://uit.e.journal.id/MedLAb/article/view/513
[25] Wulandari, M. A., Solikhah, L. I., & Wulan, S. N. (2017).Uji Toksisitas Subkronis Serbuk, Ekstrak Air, dan Ekstrak Pekat SuplemenKalsium Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) pada Fungsi Hepar dan GinjalTikus Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal Pangan danAgroindustri, 5(4).
[26] Nindy, N. M. T. (2014). Uji Efektivitas Protein Biji Melinjo(Gnetum gnemon Linn.) Terhidrolisis Sebagai Hepatoprotektor TerhadapRadikal Bebas Dalam Mencegah Peningkatan Kadar Alkali Fosfatase TikusWistar Yang Diinduksi Ccl4.
[27] Mutiarawati, C., Palupi, D. H. S., & Mustikawati, V. (2008).Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pare (Momordica Charantia L.)Terhadap Kadar Alkali Fosfatase Tikus Putih Jantan Galur Wistar YangTerpapar Parasetamol. Media Farmasi Indonesia, 3(1), 149540.
[28] Schrenk D, Gao L, Lin G, Mahony C, Mulder PPJ, Peijnenburg A,Pfuhler S, Rietjens IMCM, Rutz L, B, “These A. Pyrrolizidine alkaloidsin food and phytomedicine: Occurrence, exposure, toxicity, mechanisms,and risk assessment - A review. Food Chem Toxicol. 2020 Feb;136:111107.doi: 10.1016/j.fct.2019.111107.
[29] Neuman MG, Cohen LB, Steenkamp V. Pyrrolizidine alkaloidsenhance alcohol-induced hepatocytotoxicity in vitro in normal humanhepatocytes. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2017. (1 Suppl):53-68. PMID:28379594.
[30] Wagh, V. D., Wagh, K. V., Tandale, Y. N., & Salve, S. A.(2009). Phytochemical, pharmacological and phytopharmaceutics aspects ofSesbania grandiflora (Hadga): A review. Journal of PharmacyResearch, 2(5), 889-892.
Mathieu, D., Marroni, A., & Kot, J. (2017). Tenth EuropeanConsensus Conference on Hyperbaric Medicine: recommendations foraccepted and non-accepted clinical indications and practice ofhyperbaric oxygen treatment. Diving and hyperbaric medicine,47(1), 24-32. doi:10.28920/dhm47.1.24-32.
Mortensen, C. R. (2008). Hyperbaric oxygen therapy. CurrentAnaesthesia & Critical Care, 19(5-6), 333-337.
Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M. T., Mazur, M., &Telser, J. (2007). Free radicals and antioxidants in normalphysiological functions and human disease. The internationaljournal of biochemistry & cell biology, 39(1), 44-84.functional imaging, 23(5), 237-246.
Zhou, Q., Huang, G., Yu, X., & Xu, W. (2018). A NovelApproach to Estimate ROS Origination by Hyperbaric Oxygen Exposure,Targeted Probes and Specific Inhibitors. Cellular Physiology andBiochemistry, 47(5), 1800-1808.doi:10.1159/000491061.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Salsabila Widya Kirana, Jamilatur Rohmah (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the works authorship and initial publication in this journal and able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journals published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).