Pengaruh Pelatihan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap Pengetahuan Kader Posyandu tentang Buku KIA dalam Kegiatan Pemantauan Status Gizi Balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang Tahun 2023
Keywords:
Knowledge, Cadres, Make a match type cooperative learning, Monitoring of nutritional problemsAbstract
Background: the problem of malnutrition is a challenge for all parties, especially health care workers. Cadres who actively support the implementation of posyandu become more active and regular, especially in monitoring growth and development activities. Given the important role of cadres in posyandu activities, the knowledge and skills of cadres must always be updated, one of which is by being given training in cooperative learning models. Research objectives: to determine the effect of training using the make a match type cooperative learning model on the knowledge of posyandu cadres about the MCH handbook in monitoring the nutritional status of toddlers in Mekar Asih Village, Banyusari District, Karawang Regency in 2023. Research methods: this type of research used quasi-experimental with a post test only design one group design. The population in this study were 54 cadres who were in Mekar Asih Village, Banyusari District, Karawang Regency. The sampling technique uses accidental sampling. The sample in this study were 30 cadres in Mekar Asih Village, Banyusari District, Karawang Regency. Data analysis used the dependent t test. Research results: the average knowledge of Posyandu cadres about Monitoring the Nutritional Status of Toddlers before being given training with the Make a match type cooperative learning model is 81.47, standard deviation is 10.102. The mean knowledge of posyandu cadres on monitoring the nutritional status of toddlers after being given training using the Make a match cooperative learning model was 92.53, standard deviation of 6.621. Conclusion: it can be concluded that there are differences in knowledge before and after being given training with the make a match type cooperative learning model about monitoring the nutritional status of toddlers in Mekar Asih Village, Banyusari District, Karawang Regency.
PENDAHULUAN
Posyandu merupakan salah satu pendekatan partisipasi masyarakat dibidang kesehatan. Posyandu dikelola oleh kader posyandu yang telahmendapatkan pelatihan dari bidan yang bertugas di puskesmas. Tugas kaderposyandu dalam kegiatan KIA adalah melakukan pendaftaran, penimbangan,mencatat pelayanan ibu dan anak dalam buku KIA, menggunakan buku KIAsebagai bahan penyuluhan dan melaporkan penggunaan buku KIA kepadapetugas kesehatan (Kurniati et al. 2021).
Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaanmasyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatannya danmendapatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang berkualitas. Buku KIAberisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibudan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan KesehatanIbu dan Anak (KIA) (Hendrawati et al., 2018).
Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu denganlengkap di buku KIA. Hal ini dimaksudkan agar ibu dan keluarga lainnyamengetahui dengan pasti keadaan kesehatan ibu dan anak. Pencatatansedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilanibu dan untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita(Geomedisains et al. 2022).
Buku KIA merupakan program kerja sama antara pemerintahan Indonesia dengan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA),JICA merupakan salah satu mitra pembangunan utama yang telah dengan giatmembantu negara-negara dalam pelaksanaan penggunakan buku KIA selamabeberapa dekade. Berdasarkan Negara yang memiliki buku KIA standarNasional adalah Afrika, Eropa, Asia, Timur Tengah dan Amerika (JICA,2016).
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2020 menunjukan bahwa secaranasional kepemilikan buku KIA yaitu ibu yang memiliki (70%) dan tidakmemiliki (30%) tetapi yang bisa menunjukkan hanya (60%), tidak bisamenunjukkan (10%). Angka ini menunjukkan penurunan dari 5 tahunsebelumnya. Dimana pada hasil penelitian Riskesdas 2015 secara nasional,ibu yang memiliki buku KIA (80,8 %) namun yang bisa menunjukkan tenagakesehatan (40,4 %) sedangkan ibu yang tidak memiliki buku KIA (19,2%)(Riskesdas, 2020).
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Jawa Barat tahun 2020menunjukan bahwa 70% mempunyai Buku KIA, namun yang bisa menunjukkanhanya 60% Ibu hamil yang membawa Buku KIA saat memeriksakan diri ketenaga kesehatan (bidan, perawat, dokter umum, dokter spesialis) danpencatatan hasil pelayanan pada Buku KIA juga belum optimal, hanya 10,5%Buku KIA yang terisi lengkap (Dinkes Jabar, 2020).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang tahun 2021 bahwa80% mempunyai Buku KIA, namun yang bisa menunjukkan hanya 55% Ibu hamilyang membawa Buku KIA saat memeriksakan diri ke tenaga kesehatan (bidan,perawat, dokter umum, dokter spesialis) dan pencatatan hasil pelayananpada Buku KIA juga belum optimal, hanya 13,5% Buku KIA yang terisilengkap (Dinkes Kabupaten Karawang, 2021).
Optimalisasi pemanfaatan Buku KIA di tingkat keluarga hanya akanterjadi bilamana tenaga kesehatan dan kader menjelaskan dan memastikanibu dan keluarga paham isi Buku KIA. Peningkatan pemahaman Buku KIA inidapat dilakukan dengan berbagai cara, pada saat memberi pelayanan, waktutunggu pelayanan, maupun pada saat kegiatan di masyarakat yang dilakukanoleh tenaga kesehatan, kader ataupun berbagai pihak yang punya minatbesar terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2016).
Peningkatan pemanfaatan buku KIA dapat dilakukan dengan berbagaicara, diantaranya adalah dengan meningkatkan peran serta kader, karenakader dapat menjadi fasilitator terhadap Ibu dan Keluarga dalammendapatkan Buku KIA serta merupakan penghubung antara masyarakat dengantenaga Kesehatan, sehingga semua program yang akan dilaksanakan olehtenaga Kesehatan dapat dengan mudah untuk bisa sampai kepada masyarakattersebut (Kemenkes RI, 2016).
Kader berperan dominan dalam keaktifan kegiatan Posyandu. Kader yangaktif mendukung pelaksanaan posyandu menjadi lebih aktif, dan teraturterutama dalam kegiatan pemantaan tumbuh kembang (Nurhidayah et al.,2019). Selain berperan dalam pengelolaan dan pelaksana posyandu, kaderjuga berperan dalam meningkatkan kesadaran ibu serta keluarga dalampemeliharan kesehatan Ibu dan Anak. Penelitian sebelumnya melaporkanbahwa kader yang aktif memberikan edukasi dengan media buku KIAmeningkatkan pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita (Wijhati et al.,2017).
Mengingat pentingnya peran kader dalam kegiatan posyandu, sehinggapengetahuan dan kemampuan kader harus selalu diupdate salah satunyadengan diberikan pelatihan (Triyanti et al., 2017). Pelatihan sebaiknyadiberikan kepada semua kader yang aktif dalam kegiatan posyandu. Selamaini pemberian pelatihan terbatas diberikan hanya pada kader koordinator/perwakilan saja hal tersebut disebabkan karena terbatasnya SDM dariPuskesmas. Hasil penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pengetahuankader sangat diperlukan dalam meningkatkan motivasi kader dalammelakukan Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang(SDIDTK) (Aticeh et al., 2016)
Dalam kegiatan KIA di Posyandu tugas kader posyandu adalah melakukanpendaftaran, penimbangan, mencatat pelayanan ibu dan anak dalam bukuKIA, menggunakan buku KIA sebagai bahan penyuluhan, melaporkanpenggunaan buku KIA kepada petugas kesehatan. Secara umum kader posyandumempunyai tiga peran yaitu pelaksana, pengelola dan pemakai ataupengguna. Kader harus membaca dan memahami buku KIA secara bertahapsetiap selesai pelayanan Posyandu sebagai evaluasi apa yang sudahdilaksanakan di posyandu. Untuk mengetahui dan memahami cara pengisiandan penggunaan buku KIA, pemerintah telah memberikan buku petunjukteknis penggunaan buku KIA (Wijhati et al., 2017).
Buku KIA dapat menggambarkan asuhan yang berkelanjutan dari masakehamilan, persalinan, nifas, Bayi baru lahir, sampai anak berusia 6tahun. Pemantauan di Buku KIA harus diisi dengan cara yang baik danbenar agar bisa menggambarkan asuhan dan status Kesehatan. Pemantauandapat dilakukan di Posyandu yang dikelola oleh kader sebagaiperpanjangan tangan dari tenaga Kesehatan. Apabila pengisian buku tidaksesuai atau tidak diisi, buku KIA tersebut tidak dapat dijadikan sebagaigambaran Kesehatan Ibu dan Anak. Peran serta Sumber Daya Kader yangterus mengalami pergantian dan Penurunan kinerja, untuk itu pelatihanperlu dilakukan sebagai sarana Peningkatan Keterampilan dalammenggunakan Buku KIA (Hendrawati et al., 2018).
Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatanpengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu. Kader yangterampil akan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu,sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan dapat dengan mudahdisampaikan kepada masyarakat. Selama ini kader telah memperolehpelatihan dasar dan penyegaran tentang kegiatan pelayanan di Posyandudengan pendekatan Konvensional, yaitu pelatihan yang diberikan secaraceramah dan tanya jawab oleh pelatih. Salah satu kelemahan dari metodekonvensional adalah hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi tidakmeningkatkan keterampilan peserta latihan (Dewi Zolekhah, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2018) menunjukanbahwa terdapat hubungan antara persepsi Ibu hamil terhadap peran kaderdengan pemanfaatan Buku KIA karena kader Sebagian dari masyarakat yangjuga dikenal baik oleh Ibu hamil. Kader merupakan kepanjangan tangandari petugas Kesehatan untuk lebih intensif melakukan pendekatan,penyuluhan kepada masyarakat khususnya Ibu hamil yang memiliki lokasitempat tinggal disekitar tempat tinggal kader, sehingga Ibu hamil yangmemiliki persepsi positif terhdap peran kader cenderung memanfaatkanBuku KIA dengan baik dalam melakukan kunjungan kehamilan (Rahmi,2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ellyda Rizki Wijhati(2022) menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadappengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan dibuktikan dengan kenaikanskor post test peserta yang mengalami kenaikan. Dibuktikan dengankemampuannya menggunakan buku KIA sebagai alat skrining dan mediapendidikan Kesehatan (Ellyda Rizki Wijhati, 2022).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laila Rahmi (2018)menunjukan bahwa ada hubungan sikap ibu hamil dengan pemanfaatan bukuKIA, dan ada hubungan persepsi ibu hamil terhadap peran kader denganpemanfaatan buku KIA. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnyabidan lebih mengefisienkan kegiatan penyuluhan tentang pemanfaatan bukuKIA pada ibu hamil dan lebih meningkatkan peran serta kader dalam upayameningkatkan kesadaran ibu hamil dalam memanfaatkan buku KIA pada setiapkali melakukan kunjungan kehamilan (Laila Rahmi, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untukmelakukan penelitian tentang “Pengaruh pelatihan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe make a match terhadappengetahuan kader posyandu tentang buku KIA dalam kegiatan pemantauanstatus gizi balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari KabupatenKarawang Tahun 2023”.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu quasi-experimental dan post test only design one group. Populasi dalam penelitian ini adalah 54 kader yang berada di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 kader yang berada di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Analisis bivariat dilakukan bertujuan melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat yang tampak pada kerangka konsep. Alasan pemeriksaan bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara dua faktor, khususnya variabel terikat dan faktor bebas. Untuk meneliti pengaruh dua variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik yaitu uji t dependen.
HASIL
Mean | Std. Deviation | Min | Max |
---|---|---|---|
81.47 | 10.102 | 56 | 96 |
Dari tabel 1. menunjukkan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sebelum diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match rerata 81.47, standar deviasi 10.102, minimum 56 dan maximum 96.
Mean | Std. Deviation | Min | Max |
---|---|---|---|
92.53 | 6.621 | 76 | 100 |
Dari tabel 2. menunjukkan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match rerata 92.53, standar deviasi 6.621, minimum 76 dan maximum 100.
Kelompok | Mean | N | Std. Deviation | Min-Max | P Value |
---|---|---|---|---|---|
Sebelum intervensi | 81.47 | 30 | 10.102 | 56-96 | 0.000 |
Sesudah intervensi | 92.53 | 30 | 6.621 | 76-100 |
Dari tabel 3. uji t dependen dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Dengan dari P Value eksperimen 0.000 yang berarti P<0.05 artinya ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match tentang pemantauan status gizi balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
PEMBAHASAN
Gambaran pengetahuan kader posyandu dalam menggunakan buku KIA sebelum diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipemake a match di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sebelum diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match rerata 81.47, standar deviasi 10.102, minimum 56 dan maximum 96.
Sebelum diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match sebagian besar pengetahuan kader sudah baik yang dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman, dan sumber informasi tetapi ada beberapa item pertanyaan yang rata-rata jawaban responden salah hal ini menunjukkan bahwa ibu belum tahu secara mendalam mengenai Pemantauan Status Gizi Balita. Tingkat pendidikan ibu sebagian besar SMA, tingkat pendidikan tersebut termasuk dalam kategori baik, dimana tingkat pendidikan baik tersebut akan mempengaruhi pengetahuan seseorang menjadi baik juga. Faktor lain dari pengetahuan adalah usia ibu yang mana rata-rata usia ibu 41 tahun dimana usia tersebut ibu dalam kelompok usia yang memiliki kematangan dalam hal rasional.
Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan sebaliknya ketika seseorang tidak memliliki sumber informasi maka tidak dapat meningkatkan pengetahuan seorang kader, informasi bisa didapatkan dari media massa akan mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif. Sehingga tidak hanya pengetahuan saja meningkat tetapi dapat membentuk sikap (Notoatmodjo, 2018).
Menurut Mubarak (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa pengetahuan kader sebelum diberikan pelatihan sudah baik, karena berdasarkan hasil penelitian rerata lama menjadi kader sudah lebih dari 3 tahun, selama menjadi kader mereka telah mendapatkan penghargaan dari Desa dan Masyarakat dalam berbagai bentuk kader juga memperoleh pendapatan diberikan perbulan. Walaupun kader yang bekerja selalu bergantian dalam tugasnya.
Gambaran pengetahuan kader posyandu dalam menggunakan buku KIA sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match rerata 92.53, standar deviasi 6.621, minimum 76 dan maximum 100.
Peningkatan pengetahuan disebabkan oleh faktor penyuluh yaitu persiapan yang matang, materi mengusai materi, bahasa yang digunakan dan kepercayaan sasaran kepada pemateri. Peningkatan pengetahuan juga berhubungan dengan minat, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu hal, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Menurut Kurniasari, Koeswanti, & Radia, (2019) bahwa model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran yang menempatkan kader dalam suasana menyenangkan dalam belajar karena belajar sambil mencari pasangan kartu yang telah diberikan yang sesuai dengan konsep atau topik pembelajaran. Menurut Berlian, Aini, dan Hikmah (2017) bahwa penerapakan model pembelajaran make a match ini menempatkan kader belajar sambil bermain, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang, kemudian siswa diberi kesempatan untuk menemukan jawaban/pasangan dari kartu yang dipegang.
Menurut Mubarak (2015), informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan karena kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Berdasarkan asumsi peneliti ada peningkatan rerata pengetahuan sesudah diberikan pelatihan pembelajaran kooperatif tipe Make a match dari yang sebelumnya rerata 81.47 menjadi 92.53, hal ini menunjukan bahwa pelatihan pembelajaran kooperatif tipe Make a match efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader berdasarkan fakta dilapangan bahwa kader tampak tidak jenuh, para kader tampak lebih responsif dan berdiskusi antar peserta lain dan hal tersebut memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pembelajaran, mengajak kader belajar sambil bermain dengan kartu atau mencocokan pasangan, membuat kader aktif dalam proses pembelajaran dan kader juga belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Pengaruh pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap pengetahuan kader posyandu tentang buku KIA dalam kegiatan pemantauan status gizi balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji t dependen dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Dengan dari P Value eksperimen 0.000 yang berarti P<0.05 artinya ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match tentang pemantauan status gizi balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Berdasarkan teori bahwa pengetahuan adalah hasil dari dan terjadi setelah seseorang mendeteksi objek tertentu.i Pengetahuani ataui kognitifi merupakani domaini yangi sangati pentingi untuki terbentuknyai tindakani seseorang.i Dalami waktui penginderaani akani menghasilkani pengetahuani tersebuti sangati dii pengaruhii olehi intensitasi perhatiani dani persepsii terhadapi objeki (Notoatmodjo,i 2018). Pengetahuani itui ialahi kesatuani subjeki yangi mengetahuii dani objeki yangi diketahui.i Satui kesatuani dalami manai objeki itui dipandangi olehi subjeki sebagaii diketahui.i Pengetahuani manusiai itui adalahi hasili darii berkontaknyai duai macami besaran,i yaitui bendai ataui yangi dii periksa,i diselidiki,i dani akhirnyai diketahuii (objek),i manusiai yangi melakukani berbagaii pemeriksaan,i penyelidikani dani akhirnyai mengetahuii (mengenal)i benda.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi. Pengetahuan sebelum intervensi adalah hal-hal yang diketahui responden tentang tata cara pemantauan status gizi balita melalui pengukuran pada balita sebelum dilakukan intervensi (pretest). Sedangkan pengetahuan sesudah intervensi adalah pengetahuan yang diukur setelah dilakukannya intervensi tentang pemantauan status gizi pada balita yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab benar pertanyaan yang sama pada kuesioner (posttest).
Pada saat proses pretest, kebanyakan responden yang menjawab salah dari soal pertanyaan pretest kebanyakan menjawab salah pada pertanyaan tentang pemantauan status gizi pada balita dengan rerata 81.47, standar deviasi 10,102. Namun, setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match pada responden yang mendapatkan perlakuan, terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Dari hasil penilaian jawaban benar pada kuesioner, diketahui bahwa kader pada kelompok intervensi memiliki rerata skor pengetahuan setelah diberikan perlakuan adalah 92.53, standar deviasi 6.621. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif make a match meningkatkan secara bermakna skor pengetahuan dalam pemantauan status gizi balita.
Metode Make a match merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan dalam penelitian terhadap kader dengan cara mengajak peserta dalam kegiatan ini yaitu kader posyandu untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan cara mencari kartu jawaban dan pertanyaan, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga materi yang disampaikan mudah di terima dan dilaksanakan (Huda, 2015). Menurut teori, alat bantu berfungsi untuk membantu proses pembelajaran yang disusun berdasarkan pengetahuan manusia kemudian diterima melalui panca indera sehingga semakin banyak indera yang digunakan dalam menerima pesan, maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan (Notoadmodjo, 2018).
Cara belajar dalam metode make a match berbeda dengan cara belajar dalam pembelajaran konvensional yang berupa ceramah dan tanya jawab. Dalam metode ceramah peserta terlalu pasif yaitu hanya mendengarkan materi dan ini akan membuat pengetahuan yang diperoleh cepat terlupakan, karena dengan mendengar ingatan yang diperoleh akan lebih sedikit dibandingkan dengan mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan (Huda, 2015)
Kemudian setelah dilakukan uji statistik pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata skor pengetahuan responden tentang pemantauan status gizi balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hal ini juga dapat menyatakan bahwa pelatihan mampu memberikan efek terhadap peningkatan pengetahuan kader tentang pemantauan status gizi balita.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zolekhah (2020) menunjukan bahwa tingkat pengetahuan kader sebelum diberikan pelatihan dalam kategori baik 1 orang (3,3%) setelah diberikan pelatihan menggunakan metode make a match meningkat menjadi 20 orang (66,7%). Pada tabel berdasarkan hasil t dependen menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna (p=0.000).
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa Peningkatan pengetahuan tentang Penggunaan KMS di Buku KIA dalam pemantauan status gizi pada balita ini tidak terlepas dari peran pelatihan yang telah diberikan dengan metode make a match yang menyebabkan kader mudah menyerap informasi yang diberikan terkait pemantauan status gizi pada balita dan kader juga belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Rerata Pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sebelum diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match 81.47, standar deviasi 10.102.
- Rerata Pengetahuan kader posyandu tentang Pemantauan Status Gizi Balita sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match 92.53, standar deviasi 6.621.
- Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match tentang pemantauan status gizi balita di Desa Mekar Asih Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Acknowledgements
Program Studi Sarjana Kebidanan STIKes Abdi Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Aticeh, Maryanah, and Sri Sukamti. Pengetahuan Kader Meningkatkan Motivasi Dalam Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jurnal Ilmudan Teknologi Kesehatan : 71–76 ; 2016
Dinkes Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barattahun 2020. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ; 2020
Geomedisains, Abdi et al. Peningkatan Kapasitas Kader Dalam Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA), 130–38 ; 2022
Hendrawati, Sri et al. Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam StimulasiDeteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Pada Anak Usia 0 –6Tahun Di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. MediaKarya Kesehatan, 39–58 ; 2018
Japan International Cooperation Agency (JICA). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu danAnak. Jakarta: Kementerian RI dan JICA ; 2016
Kementerian Kesehatan RI. Panduan Orientasi Kader Posyandu. Jakarta:Kemenkes RI ; 2019
Kurniati, Citra et al. Pemberdayaan ibu hamil dan kader kesehatan dalam pemanfaatan buku kia untuk deteksi dini penyulit persalinan.”Community service dansocial work bulletin ; 2021
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ;2014
Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu perlaku. Jakarta: PT Rineka Cipta ; 2017
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :Rineka Cipta, 2018
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2020. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI ; 2020
Wijhati ER, Suryantoro P, Rokhanawati D. Optimalisasi Peran KaderDalam Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Tegal Rejo Kota Yogyakarta. Jurnal Kebidanan ; 2017
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Ipah Hotimah, Tetin Rismayanti (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the works authorship and initial publication in this journal and able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journals published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).