Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka terhadap Kadar Protein dan Kadar Air Cookies

Authors

  • Ajeng Nur Nabilah Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
  • Sudrajah Warajati Kisnawaty Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Keywords:

Cookies, Kadar air, Kadar protein, Tepung biji nangka

Abstract

Cookies are a popular snack enjoyed and comsumed by various groups of people, one of which is used as a supplemnetary food for toddlers. Jackfruit seeds are a local food source with currently low utilization, making one of their uses to be procecced into flour. This is due to their high starch and protein content. The research aims to investigate the influence of substituting jackfruit seed flour on the protein content and moisture level of cookies. The study employs an experimenral research design using a completely randomized design with 4 treatments, including a control group, each repeated 2 times. The Kjeldahl method is utilized to test the protein content, while the thermogravimetric method is used to test the moisture content. The substitution of jackfruit seed flour in these cookies in this study is done at levels of 0, 10, 20, and 30%. The results of this research show the respective protein of the cookies in order 6,38; 6,51; 7,03; and 7,53%. The moisture content of cookies in order is 6.90; 4,65; 4,03; and 3.77%. This study concludes that there is a significant impact for each treatment of jacfruit seed flour substitution on the protein content and moisture level of cookies.

PENDAHULUAN

Prevalensi balita dengan gizi kurang (0-59 bulan) di Indonesiaberdasarakan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018adalah 13,8%. Sedangkan di Jawa Tengah, prevalensi balita yang mengalamigizi kurang adalah 13,7%. Prevalensi tersebut belum sesuai dengan targetmaksimal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun2020-2024 yaitu balita gizi kurang sebesar 8-1,7% (Kementrian Kesehatan,2018). Menurut Aini (2019) kejadian gizi kurang pada balita dapatterjadi karena beberapa hal, antara lain penyebab langsung yaitukebutuhan gizi tidak tercukupi dan penyakit infeksi pada balita. Adapunpenyebab tidak langsung, seperti tidak tersedianya makanan, polapengasuhan keluarga, serta sanitasi lingkungan. Konsumsi pangan yangkurang merupakan salah satu penyebab dari gizi kurang. Sedangkan,Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman pangan yang berlimpah.Hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang untuk memanfaatkan panganlokal sebagai makanan tambahan yang memiliki nilai gizi untukmenanggulangi permasalahan gizi khususnya gizi kurang.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah program pemerintah yangsasaran utamanya adalah para balita, yang dijadikan sebagai tambahanmakanan di samping makanan utama mereka untuk mengatasi masalah gizi(Kementrian Kesehatan, 2011). Biskuit yang diberikan sebagai PMT bagibalita, setiap 40 gram biscuit atau setara dengan 4 keping biskuit diformulasi dengan kandungan gizi antara lain kalori sebanyak 160 kalori,kandungan protein sebanyak 3,2-4,8 gram, dan 4-7,3 gram lemak(Kementrian Kesehatan, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diKota Semarang, status gizi balita mengalami perubahan setelahmendapatkan PMT selama 3 bulan. Persentasenya turun dari 100% menjadi40,9% untuk balita yang sangat kurus dan dari 86,4% menjadi 59,1% untukbalita dengan berat badan kurang (Rini et al., 2017). Berdasarkan datahasil Riskesdas tahun 2018, terdapat permasalahan pada pemberian makanantambahan pada balita, antara lain 59,5% balita tidak suka atau tidak mausaat diberikan biskuit,  sebanyak 33,1% biskuit dimakan oleh keluarga,dan 3,1% para ibu lupa memberikan biskuit terserbut kepada balita(Kementrian Kesehatan, 2018). Sedangkan berdasarkan penelitian Putri& Mahmudiono (2020) menjelaskan sebesar 73,7% balita merasa kurangsuka dan bosan dengan PMT yang diberikan, sehingga balita tidakmenghabiskan PMT yang dibagikan. Selain itu, untuk biskuit komersil yangberedar dipasaran memiliki kandungan gizi yang tergolong kurangseimbang. Biskuit komersil didominasi oleh kandungan karbohidrat danlemak yang tinggi, sedangkan kandungan proteinnya lebih rendah (Syofia,2016). Oleh karena itu, diperlukan inovasi biskuit dengan substitusibahan tambahan yang lebih bervariasi dan memiliki kandungan gizi yangseimbang terutama kandungan protein yang berguna untuk balita, sertadengan memanfaatkan salah satu pangan lokal sebagai bahan dasarpembuatannya.

Pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai kombinasi PMT bagi balitasalah satunya adalah biji nangka. Biji dari buah nangka ini memilikiberbentuk yang lonjong dan mempunyai lapisan diatas bijinya. Biji nangkabiasanya sering terbuang karena masih dianggap sebagai limbah dan sampahsehingga jumlahnya melimpah. Biji nangka jumlahnya sangat melimpah,namun jika dilihat dari pemanfaatannya masih sangat sedikit, karenakurangnya pengetahuan dan minat masyarakat terhadap pengolahan bijinangka (An-Najjah et al., 2021). Biji nangka sebagai salah satu panganlokal dalam 100 gram mengandung zat gizi meliputi energi sebanyak 165,0kkal; lemak 0,1 g; protein 4,2 g; karbohidrat 36,7 g, dan besi 200miligram (Sindurmata, 2012). Dalam 100 gram tepung biji nangka terdapatkadar 12,40%; kadar protein 12,19%; kadar lemak 1,12% dan karbohidratsebesar 56,21% (DKBM, 2000). Salah satu cara untuk membuat biji nangkamenjadi lebih bermanfaat adalah mengolahnya menjadi tepung. Tepung yangterbuat dari biji nangka dapat dimanfaatkan untuk substitusi produkpangan seperti cookies.

Cookies adalah cemilan diminati dan dikonsumsi oleh banyak kalangan.Menurut Muslimah et al. (2019) cookies dijadikan sebagai makanantambahan untuk anak-anak atau balita dikarenakan cookies merupakanmakanan yang banyak disukai oleh balita. Berdasarkan penelitian (Kisnawaty & Kurnia, 2017) cookies dengan substitusi tepung bijinangka yang sangat disukai panelis adalah cookies yang disubstitusidengan tepung biji nangka sebesar 30%. Salah satu penggunakan cookiesadalah sebagai makanan tambahan bagi balita. Berdasarkan penelitianCicilia et al. (2021) menyebutkan bahwa kadar protein pada 100 gram bijinangka adalah 12,19%, kadar protein yang dimiliki tepung biji nangkalebih tinggi dari kadar protein yang dimiliki oleh tepung terigu yaitusebesar 9%. Kandungan protein yang tinggi bermanfaat bagi balita yangmengalami gizi kurang dan bermanfaat pula untuk tumbuh kembangnya.Kandungan protein yang tinggi pada tepung biji nangka dapat menghasilkancookies yang memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkandengan cookies atau biskuit yang beredar dipasaran.

Sedangkan kadar air pada cookies merupakan parameter yang penting,dikarenakan jika dilihat dari segi mikrobiologis dan organoleptik padacookies, keduanya dapat dipengaruhi oleh keberadaan air yang padacookies. Rendahnya kadar air pada produk pangan dapat menjadikan umursimpan produk menjadi lebih lama (Rosalina & Silvia, 2015). Cookiesmerupakan salah satu dari produk pangan kering, sehingga lama tidaknyadaya simpan cookies dapat dipengaruhi oleh kadar air. Migrasi up airdari lingkungan pada produk pangan seperti cookies, dapat menyebabkancookies menjadi mudah rusak.  Pada bahan pangan, kadar air mampumempengaruhi waktu simpan dan mutu makanan. Jika suatu bahan panganmemiliki kadar air yang rendah maka dapat memperlambat proses pembusukanyang disebabakan oleh bakteri, kapang, dan khamir (Normilawati et al.,2019). Berdasarkan penelitian Aliyi (2020) tentang daya terima penalisterhadap cookies mendatkan hasil bahwa, cookies dengan kadar air yangrendah merupakan cookies yang paling disukai oleh panelis. Standarkandungan kadar air menurut SNI 01-2973-2011 maksimal kadar air cookiesyaitu 5%. Penelitian ini akan menguji pengaruh substitusi tepung bijinangka terhadap kadar protein dan kadar air cookies.

METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimentaldengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 4 perlakuan padapenelitian ini yaitu substitusi tepung biji nangka sebesar 0, 10, 20,dan 30%. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Labolatorium Ilmu Pangan, UniversitasMuhammadiyah Surakarta dan Laboratorium Chem-Mix Pratama, Bantul.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2023.

Alat

Berikut adalah alat yang digunakan dalam pembuatan tepung biji nangkayaitu talenan, pisau, mangkuk, grinder, sieve shaker (ayakan 80 mesh),panci kukus. Alat untuk pembuatan cookies adalah mangkuk, mixer, rollingpin, loyang, cetakan cookies, oven. Alat untuk uji kadar protein antaralain timbangan analitik, erlenmayer, labu kjeldahl, buret, komporlistrik, , statif, dan desikator kjeldahl. Alat untuk uji kadar airyaitu, desikator, spatula, timbangan, oven, mortar, botol timbang.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat tepung biji nangka adalah bijinangka yang berasal dari Kopeng, Kabupaten Semarang. Bahan yangdigunakan dalam pembuatan cookies tepung biji nangka adalah tepung bijinangka, telur, tepung terigu, soda kue, gula halus, dan mentega.Sedangkan bahan untuk pengujian kadar protein adalah cookies tepung bijinangka, asam sulfat, Na2SO4, HgO, NaOH-Na2S2O3, aquades, HCl, indikatorpp, NaOH. Bahan untuk pengujian kadar air adalah cookies tepung bijinangka.

Pembuatan Tepung Biji Nangka

Biji nangka disortasi dengan memilah biji nangka dengan keadaan yangmasih bagus dan tidak rusak, setelah itu biji nangka dikukus selama 30menit. Selanjutnya, biji nangka dikupas bagian kulit terluarnya sertakulit arinya, kemudian diiris tipis-tipis dengan ukuran ±1 mm, kemudiandijemur dibawah sinar matahari ±15 jam. Setelah biji nangka kering,dilakukan penghalusan biji nangka menggunakan grinder, kemudiandilakukan pengayakan menggunakan shieve shaker dengan ukuran 80 mesh(Kisnawaty & Kurnia, 2017). Dari berat biji nangka yang digunakandan tepung yang dihasilan dihitung rendemen tepung dengan rumus:

Figure 1.

Pembuatan Cookies Tepung Biji Nangka

Cookies dengan substitusi tepung biji nangka mengacu pada (Kisnawaty& Kurnia, 2017), cara pembuatan cookies yang pertama yaitu dimasukangula halus dan mentega kemudian di mixer selama ±3 menit, laluditambahkan telur dan kembali di mixer. Setelah semua tercampur rata,tepung terigu dan tepung biji nangka sesuai berat substitusi yang telahditentukan, serta soda kue yang sudah diayak ditambahkan, dan diaduksampai merata. Kemudian adonan dicetak sesuai bentuk yang diinginkan,kemudian dipanggang selama 25 menit dalam oven menggunakan suhu 160?.

Pengujian Kadar Protein Cookies

Metode kjeldahl digunakan untuk menguji kadar protein pada cookies,dengan langkag sebagai berikut, yaitu menimbang sampel lalu ditambahdengan asam sulfat kemudian ditambah dengan campuran Na2SO4 + HgO.Setelah itu dididihkan diruang asam, lalu dipindahkan ke labu destilasikjeldahl dan larutan NaOH-Na2S2O3 dan aquades ditambahkan. Kemudian,dilakukan destilasi pada HCl dan indikator pp yang ditampung padaerlenmeyer. Kemudian dititrasi distilat dengan NaOH (AOAC, 2005).Setelah itu, dilanjutkan dengan dihitung total N dan %kadar proteindalam cookies dengan rumus:

Figure 2.

Pengujian Kadar Air Cookies

Metode thermogravimetri digunakan dalam pengujian kadar air padacookies tepung biji nangka. Pertama, botol timbang (Bb) dikeringkandengan suhu 105? pada oven kemudian didinginkan di desikator laluditimbang. Kemudian timbang sampel cookies, dimasukan pada cookies padabotol timbang (Bb+s), lalu di oven selama 3 jam  dengan suhu 105?, laludidinginkan dan dipanaskan kembali selama 30 menit, didinginkan kemudianditimbang. Diulang hingga mencapai berat konstan (Bk) (Rauf, 2015).Penentuan kadar air menggunakan rumus:

Figure 3.

Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil uji kadar protein dan kadar air cookies tepung biji nangkadianalisis menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Data dianalisismenggunakan uji One Way Anova, dan dilakukan uji Duncan untuk mengetahuibeda nyata antar perlakuan.

HASIL

Tahapan-tahapan pada penelitian ini antara lain, pembuatan tepungbiji nangka, pembuatan cookies tepung biji nangka, pengujian kadarprotein dan pengujian kadar air. Kadar protein dilakukan pengujiandengan metode kjeldahl dan kadar air dilakukan pengujian dengan metodethermogravimetri. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 4 perlakuantermasuk satu kontrol didalamnya.

Besar substitusi Tepung Biji Nangka Rata-Rata ± SD
0% 6,38 ± 0,000a
10% 6,51 ± 0,014b
20% 7,03 ± 0,007c
30% 7,53 ± 0,028d
Nilai p 0,000
Table 1. Rata-rata uji kadar protein cookies substitusi tepung biji nangka Uji one way Anova

Berdasarkan Tabel 1 di atas, merupakan rata-rata hasil pengujiankadar protein dan hasil pengujian dari uji pengaruh menggunkana one wayanova dengan hasil nilai p= 0,000 (p<0,05), sehingga ada pengaruhpada pensubstitusian tepung pada cookies. Dapat dilihat pada hasil,cookies yang disubstitusi dengan tepung biji nangka sebesar 30%mempunyai protein tertinggi yaitu 7,53%. Berdasarkan uji Duncan,terdapat beda nyata yang signifikan antar perlakuan pada cookies yangdisubstitusi dengan tepung biji nangka terhadap kadar protein.

Besar substitusi Tepung Biji Nangka Rata-Rata ± SD
0% 5,90 ± 0,000a
10% 4,65 ± 0,014b
20% 4,03 ± 0,007c
30% 3,77 ± 0,028d
Nilai p 0,000
Table 2. Rata-rata uji kadar air cookies substitusi tepung biji nangka Uji one way Anova

Berdasarkan Tabel 2,  merupakan rata-rata hasil pengujian kadar airdan hasil pengujian dari uji pengaruh menggunkana one way anova denganhasil nilai p= 0,000(p<0,05), sehingga ada pengaruh padapensubstitusian tepung pada cookies. Dapat dilihat dari hasil cookiesyang disubstitusi dengan tepung biji sebesar 30% adalah cookies yangmemiliki kadar aie terendah yaitu 3,77%. Berdasarkan dari hasil ujiDuncan, terdapat beda nyata yang signifikan antar perlakuan pada cookiesyang disubstitusi dengan tepung biji nangka terhadap kadar air.

PEMBAHASAN

Protein adalah sumber asam amino yang didalamnya terdapat berbagaiunsur seperti C,H,O, dan N. Kandungan protein dalam bahan pangan sangatbervariasi dalam jenis maupun jumlahnya (Setyowati, 2014). Prosespemanasan pada protein dapat mengakibatkan protein mengalami denaturasi,yaitu protein berubah strukturnya menjadi bentuk yang terbuka dari yangawalnya berbentuk kuat, hal ini akan memudahkan enzim pencernaan untukmenghidrolisis dan memecahnya menjadi asam amino (Lindani, 2016).Pengujian kadar protein menunjukkan adanya pengaruh substitusi tepungbiji nangka pada cookies pada setiap perlakuan. Kadar protein tertinggiterdapat pada substitusi 30% yaitu 7,53% dan pada substitusi 0%(kontrol) memiliki kadar protein terendah yaitu 6,38%.

Peningkatakan kadar protein pada cookies tepung biji nangkadipengaruhi oleh penambahan tepung biji nangka. Semakin meningkat kadarprotein yang terkandung, hal tersebut disebabkan karena semakin besarnyatepung biji nangka yang disubstitusikan. Berdasarkan penelitian yangdilakukan Ayu (2019) tentang substitusi tepung biji nangka dan tepungwortel pada biskuit, yang menyebutkan bahwa kadar protein pada biskuitsemakin tinggi jika tepung biji nangka yang disubstitusikan semakinbanyak.

Jika melihat dari hasil kadar protein dari cookies tepung bijinangka, kadar proteinnya masih tergolong lebih rendah dibandingkandengan biskuit PMT yang dibagikan oleh pemerintah. Namun, kadar proteinyang dimiliki cookies tepung biji nangka pada penelitian ini dari setiapperlakuan sesuai dengan yang ada pada standar SNI 2978-2011 mengenaisyarat dan mutu biskuit, yang menyebutkan bahwa kadar protein minimalyang terkandung pada cookies adalah 5%. Selain itu, berdasarkanpenelitian yang dilakukan oleh Normilawati (2019) menunjukkan bahwakadar protein biskuit komersial yang beredar di pasaran dari 2 sampelyang diuji memiliki hasil dari masing-masing biskuit yaitu 5,31% dan6,89%. Sehingga kadar protein dari cookies yang disubstitusi tepung bijinangka kadarnya masih lebih tinggi. Oleh karena itu, pensubstitusiantepung biji nangka pada cookies dapat menghasilkan produk pangan yangdapat menjadi alternatif makanan tambahan untuk balita. PMT atau makanantambahan bagi balita ialah strategi yang dirancang oleh pemerintah dalamhal suplementasi untuk mengatasi masalah gizi, sehingga asupan gizi danstatus gizi balita dapat meningkat. Terpenuhinya asupan makan balitadalam sehari dapat dilakukan dengan memberikan makanan tambahan yangterdapat zat gizi didalamnya, oleh karena itu tingkat kecukupan asupanmakanan dalam sehari dapat tercukupi. Konsumsi cookies dapat membantumemenuhi kecukupan asupan makan balita, selain itu perlu diiringi dengankonsumsi pangan yang cukup, dengan kedua hal tersebut dapat meningkatkanstatus gizi balita (Hidayati, 2011). Konsumsi PMT dapat mencukupikebutuhan akan energi dan protein, apabila diberikan dengan tepat mampumemperbaiki status gizi (Adelasanti & Rakhma, 2018).

Keberadaan air pada bahan pangan sangat penting karena mempengaruhidaya simpan suatu produk. Pada produk cookies, migrasi uap air darilingkungan dapat membuat produk menjadi mudah rusak. Oleh karena itu,kadar air dapat dapat mempengaruhi mutu cookies (Normilawati et al.,2019). Pengujian kadar air menunjukkan adanya pengaruh substitusi tepungbiji nangka pada cookies pada setiap perlakuan. Cookies dengansubstitusi tepung biji nangka 0% (kontrol) merupakan cookies dengankadar air tertinggi yaitu sebesar 5,90%. Sedangkan cookies dengansubstitutusi tepung biji nangka 30% memiliki kadar air yang palingrendah yaitu sebesar 3,77%.

Cookies yang disubtitusi dengan tepung biji nangka dapat mempengaruhikadar airnya. Kandungan air pada cookies akan mengalami penurunan, jikasemakin tinggi tepung biji nangka yang ditambahkan. Hal tersebut sejalandengan Simanjorang et al. (2020) disebutkan bahwa seiring denganmeningkatkan raiso tepung biji nangka yang ditambahkan, kandungan airakan mengalami penurunan. Menurut Ocloo et al. (2010), dalam (Kisnawaty& Kurnia, 2017) menyebutkan kekuatan mengikat air yang dimiliki olehtepung biji nangka sangatlah baik. Oleh karena itu, pada saat prosesgelatinisasi air akan diikat oleh pati, maka pada saat prosespemanggangan air tersebut akan menguap, sehingga menghasilkan cookiesyang renyah. Selama terjadi gelatinisasi saat pemanggangan dapatmengakibatkan penurunan kandungan air pada cookies karena air diserapoleh pati (Kisnawaty & Kurnia, 2017).

Kadar air yang dimiliki oleh cookies tepung biji pada empat perlakuandibandingkan dengan standar SNI 2978-2011 yaitu minimal kadar air padacookies sebesar 5%. Dari standar tersebut terdapat tiga perlakuan yangsesuai dengan standar SNI yaitu pada perlakuan substitusi 10%, 20%, dan30%. Sedangkan pada perlakuan substitusi 0% belum sesuai dengan standaryang berlaku.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapatpengaruh pada perbedaan perlakuan substitusi tepung biji nangka padacookies terhadap kadar protein dan kadar air. Cookies dengan substitusitepung biji nangka sebesar 30% mempunyai kadar protein paling tinggiyaitu sebesar 7,53%. Kadar air paling rendah dimiliki oleh cookiesdengan substitusi tepung biji nangka 30% (3,77%). Saran dari hasilpenelitian ini adalah diperlukan modifikasi penggunaana alat dalamproses pengeringan, sebaiknya menggunakan cabinet dryer agar suhu danwaktu yang digunakan untuk mengeringkan biji nangka sesuai dengan yangdiinginkan peneliti.

KEKURANGAN KAJIAN

Penggunaan sinar matahari secara langsung dalam proses pengeringanbiji nangka, sehingga suhu yang digunakan pada proses pengeringan tidakdapat dikendalikan oleh peneliti, serta dengan pengeringan secaralangsung dengan sinar matahari dapat meningkatkan kontaminasi pada bahanpangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adelasanti, A. N., & Rakhma, L. R. (2018). Hubungan AntaraKepatuhan Konsumsi Pemberian Makanan Tambahan Balita dengan PerubahanStatus Gizi Balita di Puskesmas Pucangsawit Surakarta. Jurnal DuniaGizi, 1, 92–100.

Aini, N. (2019). Analisis Tingkat Konsumsi Zat Gizi terhadap GiziKurang Balita di Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Health Information?:Jurnal Penelitian, 11(2), 126–132.https://doi.org/10.36990/hijp.v11i2.140

Aliyi, F. (2020). Pengaruh Pembuatan Cookies dengan Substitusi TepungPisang Kepok Terhadap Daya Terima Organoleptik, Mutu Kimia (Kadar Air,Abu) dan Daya Simpan.

An-Najjah, I. S., Maulana, A., Fauzan, N. D., Rachman, F., &Octalyani, E. (2021). Sosialisasi dan Penelitian Pemanfaatan Limbah BijiNangka (REJIKA) di Desa Margo Mulyo, Kecamatan Mesuji Timur, Mesuji,Lampung. Abdimas Singkerru, 1(2), 111–116.

AOAC. (2005). Official Methods of Analysis of The Association ofAnalytical Chemist. Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Ayu, R. N. S. (2019). E-mail?: Kurang Energi Protein masih menjadipermasalahan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia yang masih cukuptinggi . Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) pemulihan merupakan suatubentuk intervensi gizi untuk mengatasi masalah gizi kurang pada bal.Journal Gizi Aisyah, 2(1), 42–50.

Cicilia, S., Basuki, E., Alamsyah, A., Wayan Sweca Yasa, I., GitaDwikasari, L., & Suari, R. (2021). Karakteristik Cookies Dari TepungTerigu Dan Tepung Biji Nangka Dimodifikasi Secara Enzimatis. Journal ofAgritechnology and Food Processing, 1(1), 1–15.

Hidayati, B. S. (2011). Hubungan Kepatuhan Konsumsi Biskuit yangDiperkaya Protein Tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) denganStatus Gizi dan Morbiditas Balita di Warungkiara, Bantargadung.Kabupaten Sukabumi. Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Kesehatan. (2011). Panduan Penyelenggaraan PemberianMakanan Tambahan bagi Balita Gizi Kurang (Operational Kesehatan). DitjenBina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrian Kesehatan. (2017). Petunjuk Teknis Pemberian MakananTambahan (Balita-Anak Sekolah-Ibu Hamil).

Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kisnawaty, S. W., & Kurnia, P. (2017). Pengaruh Substitusi TepungBiji Nangka pada Pembuatan Cookies Ditinjau dari Kekerasan dan DayaTerima. Seminar Nasional Gizi, 91–104.

Lindani, A. (2016). Perbandingan Pengukuran Kadar Air Metode MoistureAnalyzer dengan Metode Oven pada Produk Biskuit Sandwich Cookies di PTMendelez Indonesia Manufacturing.

Muslimah, H. Z., Judiono, Saparman, Ichwanuddin, & Diandini, A.K. (2019). Peranan Pemberian Cookies Kedelai Mocaf terhadap PeningkatanBerat Badan Balita Gizi Kurang. Jurnal Riset Kesehatan PoltekkesKemenkes Bandung, 11(2), 92–101.

Normilawati, Fadlilaturrahmah, Hadi, S., & Normaidah. (2019).Penetapan Kadar Air dan Kadar Protein pada Biskuit yang Beredar di PasarBanjarbaru. Jurnal Ilmu Farmasi, 10(2), 51–55.

Ocloo, F. C. K., Bansa, D., Boatin, R., Adom, T., & Agbemavor, W.S. (2010). Physcio-chemical, functional and pasting characteristics offlour produced from Jackfruits (Artocarpus heterophyllus) seeds.Agriculture and Biology Journal of North America, 1(5), 903–908.

Putri, A. S. R., & Mahmudiono, T. (2020). Efektivitas PemberianMakanan Tambahan (PMT) Pemulihan Pada Status Gizi Balita di WilayahKerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya. Amerta Nutr, 4(1), 58–64.https://doi.org/10.2473/amnt.v4i1.2020.58-64

Rauf, R. (2015). Kimia Pangan. Penerbit ANDI.

Rini, I., Rahayuning Pangestuti, D., Zen Rahfiludin Bagian GiziKesehatan Masyarakat, M., & Kesehatan Masyarakat, F. (2017).Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap PerubahanStatus Gizi Balita Gizi Buruk Tahun 2017 ( Studi di Rumah Gizi KotaSemarang) (Vol. 5). http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Rosalina, Y., & Silvia, E. (2015). Kajian Perubahan Mutu SelamaPenyimpanan Dan Pendugaan Umur Simpan Keripik Ikan Beledang DalamKemasan Polypropylene Rigid. Jurnal Teknologi Dan Industri PertanianIndonesia, 7(1), 1–6. https://doi.org/10.17969/jtipi.v7i1.2816

Simanjorang, T. H., Johan, V. S., & Rahmayuni. (2020).Pemanfaatan Tepung Biji Nangka dan Sale Pisang Ambon dalam PembuatanSnack Bar. Jurnal Agroindustri Halal, 6(1), 1–10.

Sindurmata, D. (2012). Awet Muda dengan Durian dan Buah-buahan KhasNusantara. Grafindo Litera Media.

Published

2023-09-20

How to Cite

Nur Nabilah, A., & Kisnawaty, S. W. (2023). Pengaruh Substitusi Tepung Biji Nangka terhadap Kadar Protein dan Kadar Air Cookies . Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1104. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1104

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check

Most read articles by the same author(s)