Analisis Kadar Serat Pangan dan Lemak pada Cookies dengan Substitusi Tepung Biji Nangka

Authors

  • Fadhilla Fatwa Cintia Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
  • Sudrajah Warajati Kisnawaty Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
  • Dwi Sarbini Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Keywords:

Tepung biji nangka, Cookies, Serat pangan, Lemak

Abstract

Introduction: Jackfruit seed flour contains a significantly higher percentage of dietary fiber than wheat flour, with 9.87% compared to wheat flour's 2.4%. Dietary fiber is useful slowing down gastric emptying, and altering the stomach's peristaltic movement, which can lead to a longer-lasting feeling of fullness. Additionally, jackfruit seed flour has a lower fat content, with only 1.34% compared to wheat flour's 1.67%, making it an ideal choice for those looking for a healthy diet snack. Objective: This study aimed to determine the effect of jackfruit seed flour substitution on the levels of dietary fiber and fat in jackfruit seed cookies. Research Method: The research was conducted using an experimental method with a completely randomized design (CRD) with two repetitions of four substitution treatments seed flour substitution treatments of - 0%, 10%, 20%, 30% -  Sample were checked with a a fiber test using the OAOC method and fat test using the Soxhlet method. The collected data was tested statistically using One Way Anova and continued with the Post Hoc Tukey test. Results: The cookies made with 30% jackfruit seed flour had the highest dietary fiber content at 8.8%, while some cookies had no dietary fiber content at all, with the lowest being 0% at 5.88%.  The cookies substituted with jackfruit seed flour had the highest fat content, reaching 30% and 21.68%, whereas the fiber content was the lowest at 0% and 8.11%, respectively. Conclusion: Based on the results, it can be concluded that there is no significant effect of jackfruit seed flour substitution on dietary fiber and fat levels in jackfruit seed cookies.

Fadhilla Fatwa Cintia1, Sudrajah WarajatiKisnawaty2*, Dwi Sarbini3

2swk329@ums.ac.id

PENDAHULUAN

Buah nangka banyak dimanfaatkan dalam pembuatan aneka makanan sebagai salah satu potensi pangan lokal, sedangkan bijinangka sampai saat ini masih merupakan bahan non-ekonomis dikarenakan tidak diperjualbelikan dan hanya menjadi limbah(Adelina & Tiwow, 2020). Produksi biji nangka yang melimpah menyebabkan banyak biji nangka yang terbuang, karena bijinangka memiliki umur simpan yang pendek dan pemanfaatan biji nangka masih terbatas yaitu pada umumnya hanya dimakandengan direbus atau dibakar (Butool, 2015). Buah nangka tumbuh pada bulan Juli hingga bulan Agustus dan  salah satu pemanfaatan limbah biji nangka adalah dengan dimanfaatkan menjadi tepung biji nangka menjadi tepung merupakan pengolahan produk setengah jadi, serta upaya memperpanjang daya simpan produk dari hasil panen sehingga dapat menguntungkan, misalnyaaman dalam distribusi, hemat ruang dan biaya penyimpanan. Pengolahan tepung adalah salah satu cara alternatif produk setengahjadi karena mudah dibentuk, daya simpan lebih lama, kaya akan zat gizi, dan praktis (Indah, et al., 2023).

Tepung biji nangka mengandung nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan tepung terigu. Nilai gizi tepung biji nangkadalam setiap 100 g mengandung lemak 1,34%, protein 18,26%, abu 2,70%, dan serat 9,87%, sedangkan  pada  setiap  100  g tepung  terigu  lemak  1,67%,  protein 11,98%, abu 14,5%, dan serat 2,4% (Wulandari, 2018). Berdasarkan data kandungan gizi tersebut kandungan protein dan seratnya 7% lebih unggul pada tepung biji nangka sehingga dapat menjadi alternatif pengganti tepung terigu   dalam pembuatan Cookies.

Cookies sebagai salah satu jenis jajanan yang disukai oleh semua jenis  kalangan,  mulai  dari  anak  kecil  hingga  orang tua.   Cookies merupakan   jenis biskuit (kue kering) yang dibuat dari adonan lunak, renyah, dan apabila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Siska, et al., 2021). Cookies yang renyah dimana air yang terikat oleh pati saat gelatinisasi akan hilang saat pengovenan sehingga menyebabkan tekstur renyah tersebut (Kisnawaty, et al., 2017). Cookies biasanya dibuat daritepung terigu sehingga ketergantungan terhadap impor terigu sangat besar. Pemanfaatan tepung biji nangka sebagai bahan substitusitepung terigu dalam  pembuatan  cookies  akan mengurangi  impor  tepung  terigu  dan mendayagunakan bahan pangan lokal(Merkuria & Linda, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kisnawaty (2017) substitusi tepung biji nangka yang semakin tinggi pada cookiesakan semakin meningkat  kekerasan  pada  cookies.  Nilai  kekerasan  cookies  salah satunya dapat dipengaruhi oleh suhupengeringan. Hasil kadar serat semakin tinggi apabila saat proses pengeringan berada pada suhu tinggi dan rentan waktupengeringan yang lama sehingga kandungan air pada biji nangka rendah. Kandungan air rendah menyebabkan menurunnya sifat elastis, hal tersebut membuat tekstur cookies menjadi keras setelah dipanggang.

Serat  pangan  atau dietary  fiber  merupakan bagian dari tumbuhan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan ataubersifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi di usus  besar  seperti  hemiselulosa,  selulosa,  lignin,  oligosakarida, pectin dan  gum.  Komponen  dalam  serat  pangan terbanyak ditemukanpada dinding sel tanaman (Warajati, 2018).

Lemak  merupakan  salah  satu  kelompok  yang  termasuk pada golongan lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagaitrigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat (Agroindustry laboratory,  2020).  Lemak  merupakangolongan lipid, yaitu senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, seperti dietil-eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, heksana dan hidrokarbon lainnya. Lemak memiliki fase padat pada suhu ruang, karena kandungan asam  lemak  yang  tinggi dan  tidak  memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebihtinggi (Nugraha & Ni, 2021).

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah eskperimental. Serangkaian penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Pangan Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk pembuatan cookies  subtitusi  tepung biji nangka.  Pengujian  kadar  serat  pangan  dankadar lemak dilakukan dilaboratorium Chem-Mix Pratama, Bantul, Yogyakarta. Sampel pada penelitian ini adalah tepung biji nangka yang digunakan untuk mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan cookies.

Pengumpulan data

Penelitian ini terdapat empat perlakuan yaitu substitusi tepung biji nangka 0%, 10%, 20% dan 30% pada pembuatan cookies. Prosedur pembuatan tepung biji nangka dan cookies dari tepung biji nangka mengacu pada Kisnawaty dan Kurnia (2017). Selanjutnya, cookies tepung biji nangka diperiksa kadar serat pangan dan kadar lemak. Pemeriksaan kadar serat pangan menggunakan metode OAOC dan kadar lemak menggunakan metode soxhlet

Pengolahan data dan analisis data

Apabila data terdistribusi normal (p>0.05) dilakukan uji One Way Anova dengan tingkat kemaknaan 95% apabila nilaip<0,05 dilanjutkan dengan uji Post  Hoc  Tukey menggunakan software SPSS versi 25.

HASIL

Pemeriksaan

Tepung Biji Nangka 

(mean ± SD) 

Kadar Serat Pangan (%) 16,62± 0,40
Kadar Lemak (%) 8,12± 0,13
Table 1. Kadar Serat Pangan pada Tepung Biji Nangka

Hasil dari pengujian kadar serat pada sampel tepung biji nangka mendapatkan hasil rata-rata 16,62% dan kadar lemak 8,12%.

Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka

Kadar Serat Pangan

(mean ± SD)

p Value
0% 5,88± 0,09a 0,001
10% 6,50± 0,02ab
20% 7,66± 0,03bc
30% 8,80± 0,08c
Table 2. Kadar Serat Pangan pada Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka Keterangan: a.b.c = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf uji Tukey memiliki nilai 5%.

Berdasarkan Tabel hasil Uji Anova menunjukan nilai p=0,001 (p<0,05), maka H0 ditolak sehingga ada perbedaan nyata perlakuan (0%, 10%, 20%, 30%, dan 100%) terhadap serat pangan tak larut dengan substitusi tepung biji nangka. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui lebih lanjut formula yang signifikan.

Figure 1. Grafik Kadar Serat Pangan Pada Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka

Berdasarkan Gambar hasil dari uji Deskriptif menunjukkan adanya peningkatan kadar serat pangan tak larut pada cookies. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak penambahan tepung biji nangka maka sekain tinggi kandungan dari serat pangan pada cookies.

Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka

Kadar Lemak

(mean ± SD)

p Value
0% 23,91± 0,10a 0,001
10% 22,36± 0,07b
20% 21,94± 0,05bc
30% 21,67± 0,23c
Table 3. Kadar Lemak Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka Keterangan: a.b.c = notasi huruf serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada taraf uji Tukey memiliki nilai 5%.

Figure 2. Grafik Kadar Lemak Pada Cookies Substitusi Tepung Biji Nangka

Berdasarkan Gambar hasil dari uji Deskriptif menunjukkan adanya penurunan kadar lemak dalam cookies substitusi biji nangka. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak penambahan tepung biji nangka maka semakin rendah kandungan dari lemak pada cookies.

PEMBAHASAN

Tepung Biji Nangka

Pemanfaatan tepung biji nangka ini perlu ditingkatkan dalam kehidupan masyarakat karena kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Hal ini menjadi dasar utama dalam upaya pengolahan biji nangka menjadi tepung biji nangka. Tepung biji nangka yang dihasilkan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk dan meningkatkan nilai ekonomis serta memudahkan penggunaan aplikasi produk (Hidayati , 2017)

Tepung biji nangka diketahui memiliki kandungan karbohidrat lebih rendah dibandingkan tepung terigu, yaitu berturut-turut 56.78 % dan 77.30 %. Namun, tepung biji nangka memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan tepung terigu. Oleh karena itu, tepung biji nangka dapat dimanfaatkan sebagai pensubstitusi tepung terigu pada pembuatan cookies (Adiliah et al., 2023).

Tepung biji nangka dapat digunakan sebagai alternatif pengganti tepung terigu atau sebagai bahan pengganti gandum. Nilai gizi kalsium dan fosfor pada biji nangka lebih tinggi dibandingkan pada gandum, sehingga membantu peningkatan variasi konsumsi gizi masyarakat. Setiap 100g biji nangka mengandung kalsium (33 mg) dan fosfor (200 mg) yang tinggi. Kalsium dan fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi pada tubuh manusia (Santosa et al., 2015). Kandungan gizi suatu bahan pangan atau produk pangan sangat penting untuk diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan uji kimia terhadap produk pangan. Penelitian yang dilakukan Departemen Perindustrian Republik Indonesia (2000) terhadap kadar abu biji nangka menghasilkan nilai sebesar 3,24%. Penelitian yang dilaporkan oleh (Hidayati, 2017) terhadap kandungan lemak biji nangka menghasilkan nilai sebesar 1,12%.

Rendemen

Rata-rata produksi tepung biji nangka menghasilkan rendemen sebesar 65%, yang berarti dari 100 g biji nangka akan dihasilkan 65 g tepung.  Tepung juga dapat berfungsi untuk menjaga kelembaban pada makanan panggang, sebagai zat anticaking pada baking powder, dan media pembentuk pada permen. Namun, sifat fisik dan kimia tepung alami masih kurang sesuai untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, dilakukan proses modifikasi untuk mendapatkan tepung dengan sifat-sifat yang diinginkan dan lebih tahan terhadap air (Amalia et al., 2016)

Penurunan rendemen tepung biji nangka dapat diamati ketika konsentrasi natrium bisulfit berkurang dan suhu pengeringan meningkat. Hal ini disebabkan oleh penguapan air yang semakin banyak akibat peningkatan suhu pengeringan. (Rizal et al., 2013) menjelaskan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, semakin rendah rendemen tepung biji nangka.

Pembahasan Hasil Uji Serat

Berdasarkan Tabel hasil dari uji Tukey menunjukkan bahwa kadar serat pangan pada formula substitusi tepung biji nangka 0% tidak beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 10%, dibuktikan dengan notasi yang sama yaitu a. Sedangkan pada formula substitusi tepung biji nangka 10% tidak beda nyata  dengan formula substitusi tepung biji nangka 20%, dibuktikan dengan notasi yang sama yaitu b. sedangkan pada formula substitusi tepung biji nangka 20% tidak beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 30%, dibuktikan dengan notasi huruf yang sama yaitu c. Sedangkan formula substitusi tepung biji nangka 100% beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 0%, 10%, 20%, dan 30%.

Hasil dari uji serat pangan cookies substitusi tepung biji nangka sebesar 5,88% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 0%, 6,5% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 10%, 7,65% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 20% dan 8,8% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 30% sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2011 cookies maksimum 5% sehingga kadar serat pangan cookies substitusi tepung biji nangka tidak sesuai dengan SNI.

Pembahasan Hasil Uji Lemak

Berdasarkan Tabel hasil Uji Anova menunjukan nilai p=0,001 (p<0,05), maka H0 ditolak sehingga ada perbedaan nyata perlakuan (0%, 10%, 20%, 30%, dan 100%) terhadap lemak dengan substitusi tepung biji nangka. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui lebih lanjut formula yang signifikan.

Berdasarkan Tabel hasil dari uji Tukey menunjukkan bahwa kadar serat pangan tak larut pada formula substitusi tepung biji nangka 0% beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 10%, 20%, 30%, dan 100%, dibuktikan dengan notasi a. Sedangkan pada formula substitusi tepung biji nangka 10% tidak beda nyata  dengan formula substitusi tepung biji nangka 20%, dibuktikan dengan notasi yang sama yaitu b. Sedangkan pada formula substitusi tepung biji nangka 20% tidak beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 30%, dibuktikan dengan notasi huruf yang sama yaitu c. Sedangkan formula substitusi tepung biji nangka 100% beda nyata dengan formula substitusi tepung biji nangka 0%, 10%, 20%, dan 30%.

Hasil dari uji lemak cookies substitusi tepung biji nangka sebanyak 23,91% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 0%, 22,35% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 10%, 21,93% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 20% dan 21,68% pada perlakuan substitusi tepung biji nangka 30% sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2011 cookies minimum 9,5% sehingga kadar lemak cookies substitusi tepung biji nangka seudah memenuhi syarat minimum kadar lemak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tidak ada perbedaan signifikan kandungan serat dan lemaknya pada setiap substitusi tepung biji nangka pada cookiessubstitusi tepung biji nangka. Mengkonsumsi cookies dengan 30% substitusi tepung biji nangka dapat memenuhi serat harian sebanyak 8,8% dan 21,68% lemak setiap 100 gram cookies.

KEKUARANGAN KAJIAN

Kekurangan pada penelitian ini adalah saat proses pengeringan hanya menggunakan energi matahari saja sehingga sangat bergantung dengan cuaca saat itu.

PERNYATAAN

Pendanaan

Sumber dana yang dikeluarkan selama proses penelitian hingga selesai merupakan dana pribadi yang didapatkan dari orang tua.

Konstribusi Penulis

Keseluruhan dari tulisan ini merupakan hasil kerja keras dan jerih payah dari saya pribadi selaku peneliti, ibu Sudrajah Warajati Kisnawaty, S.Gz., M.Gz selaku dosen pembimbing dan ibu Dr. Dwi Sarbini, SST., M.Kes selaku dosen penguji.

Daftar Pustaka

Adam, M Dan Arbie, Fy. 2018. Uji Daya Terima Konsumen Terhadap Cookies Yang Disubstitusi Tepung Biji Nangka. Health AndNutritions Journal. 4(2):60-65.

Adelina, E., & Tiwow, V. M. A. 2020. Aplilkasi Teknologi Budidaya Dan Diversifikasi Olahan Buah Nangka Unggul Kota Palu.Mosintuvu: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat.Https://Doi.Org/10.22487/Monsituvu.V1i1.444.

Adiliah. 2023. Karakteristik Organoleptik dan Fisikokimia Biskuit dengan Berbagai Substitusi Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam). Communication in Food Science and Technology, vol. 2(1), pp 30-44, 2023 DOI: 10.35472/cfst.v2i1.1275

Amalia, Rizka., dan Andri Cahyo Kumoro, 2016, Analisa Sifat Fisikokimia dan Uji Korelasi Regresi Antara Nilai Derajat Substitusi dengan Swelling Power dan Solubility pada Tepung Gadung (Dioscorea hispida Dennst) Terasetilasi, Jurnal Inovasi Teknik Kimia, Vol.1, No.1, April 2016, Hal.17-26, Semarang Agroindustry Laboratory. 2020. Analisis Kadar Lemak.

Butool, S. Dan Butool, M. 2015. Nutritional Quality On Value Addition To Jack Fruit Seed Flour. International Journal Of Science And Research (Ijsr). Volume 4 Issue 4, April 2015.

Ciudad-Mulero, M., Fernández-Ruiz, V., Matallana-González, M. C., & Morales, P. (2019). Dietary fiber sources and humanbenefits: The case study of cereal and pseudocereals. In Advances in food and nutrition research (Vol. 90, pp. 83-134).Academic Press.

Daeng, R. A. 2019. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor UntukMeningkatkan      Nilai       Gizi      Biskuit.      Jurnal      Biosainstek. Https://Doi.Org/10.52046/Biosainstek.V1i01.209.

Deisy.  2021.  Karakteristik  Kimia  Dan  Organoleptik Snack Bar Berbasis Tepung Ampas Kelapa (Cocos Nucifera l.) Dan TepungKacang Hijau (Vigna Radiata). Journal of Food Research. Volume 1 Nomor 1

Utami. 2019. Analisis Kadar Serat Pangan Pada Cookies Dengan Substitusi Tepung Ubi Jalar Ungu Dan Tepung Kedelai SebagaiAlternatif Makanan Selingan Diabetisi.

Erma  Yuliaty,  Rochmaniar  Wityaningtyas,  Ratna  Agung  Irene.  2019. Pelatihan Olahan Makanan Sehat Dari Biji Nangka (Donju). Jurnal Abdikarya : Jurnal Karya Pengabdian Dosen Dan Mahasiswa. Januari 2019 Vol 03 No 1.

Faridah, Anni, dkk. 2008. Patiserri jilid I. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Gultom. 2020. Pengaruh Subsitusi Tepung Biji Nangka Dan Tepung Ikan Lemuru Terhadap Mutu Fisik Dan Analisis Kandungan Zat Gizi (Protein, Kalsium, Zinc, Fe) Cookies. Skripsi. Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi.

Hidayati, L dan Andyarini, E.N. 2017. Analisis Proksimat pada Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk.). Klorofil. 1(1): 32-37

Indah. 2023. Edukasi “Homemade Healthy Food” Pada Ibu Tentang Pemanfaatan Biskuit Dari Tepung Biji Nangka UntukMengatasi Masalah  Gizi  Pada  Anak  Usia  Dini  Di  Paud  Terpadu  Aisyiyah Bustanul Athfal-27. Ekalaya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia. Vol. 2, No. 1, Januari, 2023 Hal. 1-240.

Islam, Md. Sahriful, Begum, R., Khatun, M., Dan Dey, K. C. 2015. A Study On Nutritional And Funchtional Properties Analysis OfJackfruit Seed Flour  And Value Addition To Biscuits.  University Of  Bedfordshire, United Kingdom. InternationalJournal Of Engineering Research & Technology (Ijert), Issn: 2278-0181, Vol. 4 Issue 12, December 2015.

Kisnawaty,  S. W.,  & Kurnia,  P. 2017.  Pengaruh Substitusi Tepung  Biji Nangka Pada. 91–104.

Masturoh, Imas & Anggita, Nauri, T. 2018. Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK) Metodologi PenelitianKesehatan. Kemenkes RI.

Mulyani & Agus. 2018. Lemak Dan Minyak. Metro: Lembaga Penelitian Um.

Novi April Sintia. 2018. Pengaruh Subtitusi Tepung Beras Merah dan Proporsi  Lemak  (Margarin  dan  Mentega)  Terhadap  Mutu Organoleptik Rich Biscuit. Jurnal Tata Boga

Nugraha Yuwana Dan Ni Ketut Leseni. 2021. Validasi Hasil Analisis Kadar Lemak Metode Ekstraktor Dan Soxhlet DenganVariasi Kemurnian Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela). Volume.4 No.1, Mei 2021.

Nila    Handayani.    2016.    Pemanfaatan    Limbah    Nangka    Sebagai Penganekaragaman Makanan. Jurnal Warta Edisi : 47.

Prasetya, A. 2018. Fortifikasi Biji Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Tulang Ikan Pepetek Sebagai Bahan Olahan MieBasah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Rizal. 2013. Pengaruh Konsentrasi Natrium Bisulfit Dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis

Sandy Gustiawan, Netti Herawati, Dewi Fortuna Ayu. 2018. Pemanfaatan Tepung Biji Nangka Dan Tepung Ampas Tahu DalamPembuatan Mi Basah. Sagu, Maret 2018 Vol. 17 No. 1 : 40-49.

Safitri Damayanti. 2020. Pengaruh Penambahan Tepung Komposit Terigu, Bekatul dan Kacang Merah Terhadap Sifat FisikCookies. Journal of Nutrition College, Volume 9, Nomor 3.

Sari Y.K. dan Adi A.C. Daya Terima, Kadar Protein, dan Zat Besi Cookies Substitusi Tepung Daun Kelor dan Tepung KecambahKedelai. Media Gizi Indonesia, 2017, 12 (1): 27-33.

Santoso, H., Handayani, N.A., Bastian, H.A dan Kusuma, I.M.. 2015. Modifikasi Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas l. Poir) dengan Metode Heat Moisture Treatment (HMT) sebagai Bahan Baku Pembuatan Mi Instan. Metana. 11(01): 37-46

Selvi Yulianti, Ratman, Dan Solfarina. 2015. Pengaruh Waktu Perebusan Biji Nangka (Artocapus Heterophyllus Lamk) TerhadapKadar Karbohidrat, Protein, Dan Lemak. J. Akademika Kim. 4(4): 210-216, November 2015.

Siska Cicilia, Eko Basuki, Ahmad Alamsyah, I Wayan Sweca Yasa, Lingga Gita  Dwikasari,  Rafika  Suari.  2021.  Karakteristik  Cookies  Dari Tepung Terigu Dan Tepung Biji Nangka Dimodifikasi Secara Enzimatis. Journal Of Agritechnology AndFood Processing Volume 1, No. 1, 2021.

SNI. (2011). Syarat Mutu Cookies. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Sunarti, 2018. Serat Pangan Dalam Penanganan Sindrom Metabolik, Ugm Press, Yogyakarta, Hal. 1-150.

Tasya. 2020. Karakteristik Kimia Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Berdasarkan Level Suhu Pengeringan. Skripsi.Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Kisnawaty, S.W Dan Kurnia. 2017. Pengaruh Substitusi Tepung   Biji   Nangka   Pada   Pembuatan   Cookies   Ditinjau   Dari Kekerasan Dan Daya Terima. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wulandari  2018.  Pemanfaatan  Limbah  Biji  (Beton)  Nangka  Sebagai Tepung dan Keripik Jurnal Argoteknologi

Published

2023-11-15

How to Cite

Cintia, F. F., Kisnawaty, S. W., & Sarbini, D. (2023). Analisis Kadar Serat Pangan dan Lemak pada Cookies dengan Substitusi Tepung Biji Nangka. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1247. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1247

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check