The Relationship between Competency of Medical Recorders and Health Information with Performance in Implementing Medical Record Practices and Health Information in First Level Service Facilities
DOI:
https://doi.org/10.36990/hijp.v15i3.1162Keywords:
Competension, Performance, Medical record and health informationAbstract
The goal of competency is getting a result from encouragement or motive. Meanwhile, performance is a function that describes the indicator of competency which are knowledge, skills, behavior, and experience to carry out a job or role effectively. Medical recorders and health information technicians in public health centers must comply with the competencies contained in KMK No. 312 of 2020. The study's purpose is to determine the relation of Medical recorders and health information technicians with performance in implementing medical record practices and health information in first-level health services facilities. The research uses observational and cross-sectional approach methods. The sample is all Medical recorders in the public health center in Cirebon City that 32 medical recorders and health informations technicians. The univariate test shows that medical record and health informations technician competency in 50% for the capable category. Meanwhile, the performance in 59,4% for the good category. The output of the chi-square test process shows a p-value of 1,000> 0,05. It means that there's no relationship between medical recorders and health informations technician competency with performance in implementing medical record practices and health information in first-level health services facilities. To improve medical recorder competency and performance, should have been held such as training, socialization, dissemination, and case discussion.
PENDAHULUAN
Menurut Silaen et al. (2021) kinerja ialah hasil kerja dari segi kualitas dan kuantitas individu yang dapat dicapai apabila tugas yang dilaksanakan sesuai tanggung jawabnya. Kinerja dinilai baik dan berhasil bila tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan benar. Untuk mengukur kinerja ada beberapa indikator yaitu ketepatan waktu, efisiensi, kemandirian dan komitmen dalam bekerja. Fungsi dari kinerja adalah indikator dari kompetensi yaitu knowledge, skill, dan attitude. Tingkat kinerja karyawan dapat diprediksi berdasarkan kompetensinya.
Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap dan tindakan. Kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi (Lubis, 2021). Kompotensi merupakan karakter dasar orang yang mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, yang berlaku dalam cakupan situasi yang sangat luas dan bertahan untuk waktu yang lama (Novriyanti, 2019). Kompetensi merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerja karyawan (Wardani et al., 2020).
Di fasilitas pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi bagian yang berperan penting meningkatkan mutu pelayanan. Meningkatnya mutu pelayanan di fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama salah satunya dipengaruhi oleh kinerja perekam medis. Seorang PMIK harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang merupakan bagian dari kompetensi profesional mereka. Oleh sebab itu, petugas rekam medis harus menguasai seluruh standar kompetensi yang terdapat pada KMK No. 312 Tahun 2020. Kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang PMIK adalah (1) profesional, beretika, dan legal, (2) rasa mawas diri dan pengembangan diri, (3) komunikasi efektif, (4) manajemen data dan informasi kesehatan, (5) klasifikasi dan kodifikasi penyakit dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis, (6) Aplikasi statistik, epidemiologi dasar, dan biomedis rekam medis, dan (7) manajemen pelayanan rekam medis.
Kinerja petugas rekam medis menjadi faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan rekam medis. Namun masih banyak petugas rekam medis yang kinerjanya kurang baik (Fauziah et al., 2020; Munawar et al., 2021). Tidak terlaksananya penyelenggaraan rekam medis yang baik, akan menyebabkan terhambatnya sistem pelayanan rekam medis. Sistem pelayanan rekam medis memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan mempermudah manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, dan pengendalian (Suryanto, 2020). Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kompetensi dan kinerja yang baik dari seorang PMIK. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan dengan kinerja dalam melaksanakan praktik rekam medis dan informasi kesehatan di fasilitas layanan tingkat pertama.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasional dan pendekatan cross sectional. Penelitian ini berlokasi Puskesmas Wilayah Dinas Kesehatan kota Cirebon pada bulan Juli-Desember 2022.
Populasi penelitian adalah petugas rekam medis di Puskesmas Wilayah Dinas Kesehatan kota Cirebon yang berjumlah 32 petugas rekam medis. Penelitian ini menggunakan metode total sampling.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari responden yang bersedia mengisi kuesioner dan merupakan petugas rekam medis dan informasi kesehatan yang bekerja di puskesmas kota Cirebon. Sementara itu, kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri dari responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap dan responden yang tidak hadir.
Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada para petugas rekam medis. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang mewakili tiap variabelnya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kompetensi PMIK. Sementara itu variabel terikatnya adalah kinerja dalam melaksanakan praktik RMIK.
Aspek kompetensi dikembangkan berdasarkan 7 (tujuh) kompetensi tenaga PMIK sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/312/2020 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Sedangkan kinerja dikembangkan berdasarkan standar pelayanan minimal bidang rekam medis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Item – item pertanyaan disusun secara komposit untuk menggambarkan setiap aspeknya yaitu keahlian, dorongan, pelayanan, dan tanggung jawab.
Secara keseluruhan data dari 32 responden diuji validitas dan reliabilitas instrumen untuk mendapatkan validitas keseluruhan butir instrumen yang telah disusun. Pengujian dimaksudkan untuk mendapatkan butir-butir instrumen yang benar-benar valid di setiap unsur dengan menghitung korelasi “product moment” antara skor total yang diperoleh dengan skala penilaian instrumen kinerja dengan tingkat signifikansi pada ? = 0,05 dengan df sebesar: 32 - 2 = 30 (r tabel = 0,349). Kesimpulan hasil uji dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung.
Pengolahan dan Analisis Data
Data responden yang telah didapatkan akan melalui proses editing, coding, data entry atau processing dan cleaning. Dari proses tersebut didapatkan data tiap responden yang terbagi menjadi 2 yaitu mampu dan kurang mampu untuk variabel kompetensi dan baik dan kurang baik untuk variabel kinerja
Analisis univariat untuk melihat gambaran karakteristik responden, dan nilai minimal, rerata, dan maksimal variabel kompetensi dan variable kinerja responden. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat tingkat validitas dari butir – butir pernyataan pada variabel kompetensi dan variabel kinerja, serta tingkat reliabilitas dari instrumen yang dikembangkan.
HASIL
Distribusi frekuensi umur responden yang paling banyak berada di interval umur 20-25 tahun dengan jumlah 18 responden dan persentase 56,3%. Sementara itu, disimpulkan distribusi frekuensi umur responden yang paling sedikit berada di interval umur 32–37 dan 38-43 tahun dengan jumlah masing-masing 2 responden dan persentase 6,2%. Distribusi frekuensi masa kerja responden yang paling banyak berada di interval 1-3 tahun dengan jumlah 22 responden dan persentase 68,8%. Sementara itu, disimpulkan distribusi frekuensi masa kerja responden yang paling sedikit berada di interval 7-12 tahun dengan jumlah 1 responden dan persentase 3,1%. Distribusi frekuensi jenjang pendidikan responden paling banyak adalah D-III dengan jumlah 30 responden dan persentase 93,8%. Sementara itu, distribusi frekuensi jenjang pendidikan responden paling sedikit adalah S1 dengan jumlah 2 responden dan persentase 6,2%.
Area kompetensi dengan kategori mampu berada pada area kompetensi 2 dan 4 yaitu Mawas Diri dan Pengembangan Diri dan Manajemen Data dan Informasi Kesehatan dengan masing-masing persentase 59,4%. Sementara itu, area kompetensi dengan kategori kurang mampu adalah pada area kompetensi 7 yaitu Manajemen Pelayanan RMIK dengan persentase 50%.
Kompetensi petugas rekam medis diperoleh kategori mampu sebanyak 16 petugas atau 50% dari responden.
Indikator kinerja dengan kategori baik adalah pada indikator tanggung jawab dengan persentase 65,6%. Sementara itu, indikator kinerja dengan kategori kurang baik adalah pada indikator pelayanan dengan persentase 46,9%.
Pengukuran kinerja petugas dalam melaksanakan praktik RMIK dan Informasi Kesehatan diperoleh kategori mampu sebanyak 19 petugas atau 59,4% dari responden.
Responden dengan hasil ukur kompetensi mampu dan kinerja baik sebanyak 10 responden (31,3%), responden dengan hasil ukur kompetensi mampu dan kinerja kurang baik sebanyak 6 responden (18,7%), responden dengan hasil ukur kompetensi kurang mampu dan kinerja baik sebanyak 9 responden (28,2%), dan responden dengan hasil ukur kompetensi kurang mampu dan kinerja kurang baik sebanyak 7 responden (21,8%)
Dari penelitian ini diperoleh hasil uji chi-square antara Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan Kinerja dalam Melaksanakan Praktik RMIK, diketahui p-value (signifikansi) 1,000 yang berarti bahwa p-value = 1,000 > 0,05.
PEMBAHASAN
Gambaran Kompetensi Petugas Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan di Puskesmas kota Cirebon yang memiliki kategori mampu adalah sebanyak 50%. Artinya jumlah responden yang memiliki kompetensi mampu dan kurang mampu sama yakni 16 responden. Perekam medis dan informasi kesehatan harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang merupakan kompetensi dari profesinya (Ohoiwutun & Setiatin, 2021). Seorang PMIK harus mengikuti perkembangan jaman dan harus melakukan update ilmu guna menunjang pencapaian kompetensi yang maksimal (Nuryati et al., 2018).
Hasil pengukuran tiap area kompetensi menunjukan bahwa area yang memiliki kategori mampu adalah area kompetensi 2 dan 4 yaitu Mawas Diri dan Pengembangan Diri dan Manajemen Data dan Informasi Kesehatan dengan masing-masing persentase 59,4%. Pengembangan diri merupakan kegiatan manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka memperbaiki efektivitas pelaksanaan pekerjaan agar semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan bisnis organisasi (Sutrisno et al., 2022). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.01.07/MENKES/312/2020 kompetensi inti dari area 2 dan 4 adalah lulusan rekam medis. Kompetensi inti dari Mawas Diri dan Pengembangan Diri adalah lulusan rekam medis harus mampu menyelenggarakan pelayanan RMIK dengan menyadari keterbatasan, mengatasi masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan untuk penyelenggaraan pelayanan yang optimal.
Kompetensi inti dari Manajemen Data dan Informasi Kesehatan adalah lulusan rekam medis mampu merancang dan mengelola struktur, format, dan isi data kesehatan, termasuk memahami sistem klasifikasi, dan perancangan sistem pembayaran pelayanan kesehatan, secara manual, maupun elektronik. Proses pengelolaan data dibutuhkan tenaga yang berlatar belakang pendidikan khusus karena diperlukan berbagai pengetahuan, kemampuan dan penerapan ilmu dalam melakukan pengelolaan data (Usada & Prabawa, 2021). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin ada kecenderungan untuk sukses di dalam kerjanya (Prayitno, 2019). Pernyataan tersebut selaras dengan hasil penelitian ini yang mengungkapkan bahwa 100% petugas rekam medis di puskesmas kota Cirebon merupakan lulusan pendidikan formal di bidang rekam medis.
Area kompetensi yang memiliki kategori kurang mampu adalah area kompetensi 7 yakni Manajemen Pelayanan RMIK dengan total persentase 50%. Peran rekam medis sangat dibutuhkan untuk mengelola bahan bukti pelayanan kesehatan dapat berfungsi sebaik-baiknya untuk tindakan pelayanan yang diperlukan (Andi Ritonga & Oktavia Manurung, 2019). Banyak hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan rekam medis, lamanya masa kerja tenaga kesehatan, membuat keterampilannya semakin baik, sehingga berpengaruh pada kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan (Lutfi et al., 2018). Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa kerja yang lama menghasilkan banyak pengalaman kerja sehingga kinerja akan lebih berkualitas. Sementara itu, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar masa kerja petugas rekam medis di puskesmas kota Cirebon adalah 1-3 tahun dengan total persentase 68,8%
Gambaran Kinerja Petugas dalam Melaksanakan Praktik Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa kinerja petugas dalam melaksanakan praktik RMIK di Puskesmas kota Cirebon yang memiliki kategori baik sebanyak 59,4%. Sementara itu, hasil pengukuran tiap indikator kinerja menunjukan bahwa kinerja yang memiliki kategori baik adalah tanggung jawab dengan total persentase 65,6%, dan indikator yang memiliki kategori kurang baik adalah pelayanan dengan total persentase 53,1%.
Silaen et al. (2021) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanggung jawab memberikan kontribusi yang berarti terhadap produktivitas kerja pegawai (Munawar et al., 2021). Usia tenaga kerja yang masih dalam masa produktif biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua sehingga fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas (Aprilyanti, 2017). Temuan pada penelitian ini mengungkapkan sebanyak 93,% petugas rekam medis berusia di antara 20 hingga 31 tahun.
Menurut Andini et al. (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi. Kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman (Koleangan et al., 2017). Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 100% petugas rekam medis di puskesmas kota Cirebon merupakan lulusan pendidikan di bidang rekam medis dan sebagian besar masa kerjanya 1-3 tahun.
Hubungan Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan Kinerja dalam Melaksanakan Praktik Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka H0 diterima. Hal ini dibuktikan dari nilai p-value (signifikansi) 1,000 yang berarti bahwa p-value = 1,000 > 0,05. Ada beberapa faktor yang membuat p-value tidak signifikan. Salah satunya adalah jumlah sampel penelitian. Ria Agustin & Sheilla Varadhila Peristianto (2021) mengungkapkan bahwa signifikan atau tidaknya statistik yang diuji tergantung pada jumlah sampel dan variabilitas data. Adapun penelitian lainnya, salah satu syarat uji chi square yaitu besar sampel sebaiknya lebih besar dari 40 (Halim et al., 2016). Sementara itu, sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 responden.
Nurlindah & Abdul Rahman Rahim (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hasil P = 0.488 > 0.05 dengan nilai koefisien sebesar 0,079. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi baik yang dimiliki pegawai tidak mampu meningkatkan kinerja pegawai. Pada saat pengambilan data dasar (wawancara) fakta di lokasi penelitian, ditemukan adanya pegawai pada beberapa jabatan teknis yang tidak memiliki kualifikasi, misalnya pada jabatan administrasi dan sekretariat, ditempati oleh lulusan teknik mesin dan teknik elektro. Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab hubungan kedua variabel ini tidak signifikan. Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan teori kompetensi terhadap kinerja yang banyak dikemukakan para ahli. Kompetensi hanya didefinisikan sebagai kemampuan, hal tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan tentang pemahaman tujuan kerja, pengetahuan tentang pengimplementasian dalam melakukan pekerjaan yang baik dan benar, dan pengetahuan tentang pemahaman disiplin yang sangat penting dalam lingkungan kerja ataupun organisasi agar dapat mencapai tujuan yang diimpikan (Nurlindah & Abdul Rahman Rahim, 2018).
Beranjak dari data di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa petugas rekam medis yang mempunyai tingkat kompetensi kurang mampu memperlihatkan kinerja mereka dalam kategori "baik" lebih banyak daripada kategori "kurang baik". Kesimpulan ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa kompetensi tidak dapat menjadi faktor kritis terhadap kinerja dalam melaksanakan praktik rekam medis dan informasi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Karakteristik petugas rekam medis di Puskesmas kota Cirebon sebagian besar berusia 20-31 tahun (93,8%), masa kerja sebagian besar 1-3 tahun (68,8%), tingkat pendidikan 100% lulusan RMIK, dan jenjang pendidikan sebagian besar D-III (93,8%). Kategori kompetensi berdasarkan simpangan terhadap median (420) didapatkan hasil 50% responden memiliki kategori mampu. Kategori kinerja berdasarkan simpangan terhadap median (75) didapatkan hasil 59,4% responden memiliki kategori baik. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi dengan kinerja dalam melaksanakan praktik rekam medis dan informasi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan menambahkan jumlah sampel dan variabel lain seperti motivasi kerja, lingkungan kerja dan pengalaman kerja dengan menggunakan uji statistik uji korelasi pearson.
Kekurangan Penelitian
Jumlah responden yang hanya 32 orang, tentunya masih kurang untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam proses pengambilan data, terkadang informasi yang diberikan responden melalui kuesioner tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya. Hal ini bisa terjadi karena terdapat perbedaan pemahaman tiap responden. Selain itu, terdapat juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam pengisian kuesioner.
References
Andi Ritonga, Z., & Oktavia Manurung, R. (2019). Tinjauan Kompetensi Petugas Rekam Medis Pada Mutu Pelayanan Kesehatan Di UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 4(1), 567–572. https://doi.org/10.52943/jipiki.v4i1.78
Andini, A., Arwiyah, Y., & Pangarso, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Kinerja Dosen Tetap pada Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom. Business Management Journal, 12(2). https://doi.org/10.30 813/bmj.v12i2.427
Aprilyanti, S. (2017). Pengaruh Usia dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus: PT. OASIS Water International Cabang Palembang). Jurnal Sistem dan Manajemen Industri, 1(2), 68. https://doi.org/10.30656/jsmi.v1i2.413
Fauziah, S. M., Rumana, N. A., Dewi, D. R., & Indawati, L. (2020). Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Bhakti Mulia Tahun 2019. Indonesian of Health Information Management Journal, 8(12), 54. https://doi.org/10.47007/inohim. v8i2.2051
Halim, Andreas Lukita dan Syumarti. (2016). Perbandingan Dua Proporsi Uji chi Square. Bandung: Unit Optalmologi Komunitas Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo Universitas Padjadjaran
Koleangan, J. C., Tewal, B., & Trang, I. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja,Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan Individu di Rektorat Universitas Sam Ratulangi Manado (Studi Pada Biro Akademik dan Kemahasiswaan). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi, 5(3), 4363. ht tps://doi.org/10.35794/emba.v5i3.18464
Lubis, R. P. (2021). Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 15 Medan. Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara MEDAN 2020.
Lutfi, A. F., Susilo, C., & Rohmah, N. (2018). Lama Masa Kerja Tenaga Kesehatan Dengan Kemampuan Triase Hospital Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr. Abdoer Rahem Situbondo Kabupaten Situbondo. Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Munawar, A., Yanti, S., & Asmawi, M. R. (2021). Hubungan Kualitas Kepemimpinan Dan Tanggung Jawab Dengan Produktivitas Kerja di Kecamatan Kota Tangerang. Jurnal Pemandhu, 2(1)
Novriyanti, D. (2019). Pengaruh Kompetensi dan Kemampuan Terhadap Kinerja Karyawan Bank Muamalat Harkat. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Nurlindah, dan Abdul Rahman Rahim. 2018. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perindustrian Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, 7(2), 13.. https://doi.org/10.26618/jmbc.v7i2.4438
Nuryati, N., Rokhman, N., & Andriyani, L. R. (2018). Evaluasi Pencapaian Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan di Rumah Sakit Kota Yogyakarta Berdasarkan Metode Self Assessment. Jurnal Kesehatan Vokasional, I1 7. https:/ /doi.org/10.22146/jkesvo.29594
Ohoiwutun, N., & Setiatin, S. S. (2021). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Perekam Medis Terhadap Sistem Penyimpanan Rekam Medis di RSUD Boven Digoel. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 1029–1036. https://doi.org/10.36418/c erdika.v1i8.161
Prayitno, R. (2019). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru pada Mata Pelajaran IPS di SD Se- Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Phinisi Integration Review, 2(1), 081. https://doi.org/10.26858/pir.v2i1.8095
Ria Agustin, dan Sheilla Varadhila Peristianto. 2021. Efektivitas Kognitif Behavioral therapy pada Penurunan Gejala Fobia Kecoak. Naskah Publikasi Program Studi Psikologi.
Silaen, Novia Ruth et al. 2021. Kinerja Karyawan.: Bandung: Widina Bhakti Persada
Suryanto, H. (2020). Analisis Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Unit Rekam Medis Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(2), 113. https://doi.org/10.33560/jmiki.v8i2.267
Sutrisno, J., Elisabeth, M., Sirait, T., & Prasetyo, J. R. (2022). Kesempatan Pengembangan Diri dalam Mempengaruhi Kinerja Auditor Itjen KKP dengan Motivasi Sebagai Variable Intervening. Maria Elisabeth, 2(1), 14. https://doi.or g/10.37366/master.v2i1.278
Usada, N. K., & Prabawa, A. (2021). Analisis Manajemen Pengelolaan Data Sistem Informasi Puskesmas di Tingkat Dinas Kesehatan di Kabupaten Bondowoso. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, 2(1), 16. https:// doi.org/10.51181/bikfokes.v2i1.5329
Wardani, S. I., Kusuma, W. T., & Rikatsih, N. (2020). Pengaruh Motivasi, Kompetensi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Rekam Medis di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti 8(1). DOI: 10.47794/jkhws
Downloads
Additional Files
Published
Versions
- 2023-12-31 (2)
- 2023-12-31 (1)
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Bambang Karmanto, Eri Natalia, Elfi (Author)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the works authorship and initial publication in this journal and able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journals published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).