Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Penggunaan Obat Amlodipine di Apotek K-24 Batujajar

Authors

  • Rina Febilya Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia
  • Elis Cholisah Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia

Keywords:

Hipertensi, Tingkat pengetahuan pasien, Amlodipine

Abstract

Background: Hypertension is a condition when a person's systolic or diastolic blood pressure is greater than normal (more than 140 mm Hg or 90 mm Hg, respectively). Understanding how to treat hypertension is necessary for successful therapy. Objective: to comprehend how patients with hypertension at Bandung's K-24 Batujajar Pharmacy perceive the usage of amlodipine. Methodology: Research of this kind is descriptive. 50 respondents who complied with the inclusion and exclusion requirements made up the purposive sample. Amlodipine is purchased by hypertension patients at Apotek K-24 Batujajar Bandung. The Guttman scale is employed in this survey, and just one test is used to examine the results. Good knowledge received a score between 76% and 100%, fair knowledge between 56% and 75%, and poor knowledge received a score under 56%. Result: Thirteen (26%) of the 50 respondents who were hypertension patients had an excellent comprehension score, 33 (66%) had a sufficient knowledge score, and 4 (8%) had a bad understanding score. Conclusion: Patients with hypertension at Apotek K-24 Batujajar Bandung are sufficiently aware of how to take amlodipine.

PENDAHULUAN

Penderita hipertensi mempunyai tekanan darah lebih tinggi dari normal. Karena penyakit ini tidak memiliki gejala, penderitanya mengalami masalah pada organ penting yang bahkan tidak mereka sadari (Mathavan dan Pinatih, 2019). Menurut Joint National Committee (JNC) VIII, hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah istirahat lebih dari 140/90 mmHg. Seni. dalam dua penelitian dengan jarak lima menit (Virahmi; Novitasari, 2021).

Penyebab hipertensi dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup seperti pola makan yang buruk, kurang olahraga dan minum minuman beralkohol, serta kondisi medis lain seperti penyakit ginjal, tiroid, dan paratiroid. Tanda-tanda hipertensi antara lain sakit kepala, pusing, migrain, insomnia, sesak napas, mudah tersinggung, telinga berdenging, kepala terasa berat, dan gejala lainnya (Novitri dkk., 2021).

Secara global, 1,28 miliar orang dewasa berusia 30 hingga 79 tahun menderita hipertensi, dan dua pertiga dari pasien tersebut tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. 46% orang dewasa dengan hipertensi tidak menyadari diagnosisnya. Kurang dari separuh orang dewasa penderita hipertensi (42%) menerima pengobatan. Sekitar 25% penderita hipertensi dewasa dapat mengendalikannya. Secara global, penyebab utama kematian dini adalah hipertensi. Mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030 merupakan target global untuk penyakit tidak menular.

Menurut Riskesdas (Kementerian Kesehatan RI, 2022), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat Riskesdas tahun 2013 sebesar 25,8%. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka hipertensi di Provinsi Jawa Barat meningkat dari 34,5% menjadi 39,6% pada tahun 2022 (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2022).

Menurut WHO (2018), sekitar 972 juta orang, atau 26,4 persen populasi, menderita hipertensi di seluruh dunia, dan angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 persen pada tahun 2021 (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2019). Diperkirakan 9,4 juta orang meninggal setiap tahun akibat hipertensi dan komplikasinya. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta tinggal di negara maju dan sisanya tinggal di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang tersebut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Pada tahun 2016, terdapat 790.382 kasus hipertensi di Jawa Barat atau mewakili 2,46% penduduk berusia di atas 18 tahun. 8.029.245 orang telah diperiksa di 26 kabupaten dan kota di seluruh tanah air (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2019).

Sebanyak 34,1% penderita hipertensi terdiagnosis hipertensi, 13,3% tidak mengonsumsi obat, dan 32,3% tidak rutin mengonsumsi obat. Sekitar 58% penderita hipertensi tidak meminum obat karena merasa merasa sehat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari diagnosisnya sehingga tidak mendapat pengobatan.

Penderita hipertensi harus menyadari pentingnya hipertensi dan penyebabnya. Mereka juga harus mengetahui pentingnya pengobatan yang teratur dan berkelanjutan dalam jangka panjang, serta risiko yang timbul jika mereka tidak meminum obatnya (Pramestuti; Silviana, 2019).

METODE

Pekerjaan penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang diberikan kepada responden. Data pertama yang dikumpulkan dari survei pasien hipertensi adalah pengetahuan tentang penggunaan amlodipine.

Penelitian ini melibatkan seluruh pasien hipertensi yang mengunjungi Apotek K-24 Batujajar di Bandung pada bulan Maret hingga Mei 2023. Penelitian ini merekrut pasien hipertensi berusia 26 hingga 65 tahun yang membeli obat amlodipine dari Apotek K-24 Batujajar di Bandung. Responden ini sehat, berkomunikasi dengan baik, dan tidak memiliki komplikasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Indikator yang dimasukkan dalam kuesioner antara lain tujuan pengobatan amlodipine, petunjuk penggunaan, dosis, efek samping dan cara penyimpanan. Skala Guttmann menawarkan dua pilihan jawaban: yang satu berarti jawaban yang benar dan yang lainnya berarti jawaban yang salah. Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis data.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 partisipan di Apotek K-24 Batujahar Bandung, tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang cara mengonsumsi amlodipine. Informasi awal mengenai responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan tertinggi, dan pekerjaan. Sebuah penelitian dilakukan di Apotek K-24 Batujahar Bandung terhadap 50 pasien berusia 26 hingga 65 tahun. Semua data diperiksa kelengkapannya dan kemudian skor dibagi menjadi persentase dan ditabulasi.

Data Karakteristik Responden

Figure 1. Data Karakteristik Responden di Apotek K-24 Batujajar Bandung

Pada penelitian ini, lebih dari setengah responden adalah perempuan (56%), mayoritas berusia 56-65 tahun (44%). Sebagian besar pendidikan responden adalah SMP (32%), sementara itu mayoritas responden berkerja sebagai buruh/karyawan (36%).

Pengetahuan

Pasien dengan hipertensi mengetahui penggunaan amlodipine, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Data dikumpulkan dari survei yang diselesaikan oleh peserta meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang penggunaan obat hipertensi amlodipine di Apotek K-24 Batujajar Bandung.

Figure 2. Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Penggunaan Obat Amlodipine di Apotek K-24 Batuajajar Bandung

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data; tujuannya adalah untuk memberikan gambaran singkat mengenai masing-masing variabel yang diteliti serta mengidentifikasi distribusi frekuensi dan persentasenya (Notoatmodjo, 2019). Variabelnya adalah tingkat pengetahuan penderita hipertensi. Pengetahuan dikatakan baik jika memperoleh persentase skor antara 76 hingga 100 persen, cukup jika memperoleh skor persentase antara 56 hingga 75 persen, dan buruk jika memperoleh persentase skor di bawah 56 persen.

Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas peserta penelitian mengetahui cara mengonsumsi amlodipine.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar pasien adalah perempuan. Hasil tersebut sejalan dengan Riskesdas (2019) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan laki-laki, yaitu 68,7 persen perempuan dan 31,3 persen laki-laki. Jenis kelamin mempengaruhi risiko terkena hipertensi. Karena gaya hidup pria berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi, pria memiliki risiko tekanan darah sistolik sekitar 2,3 kali lipat dibandingkan wanita. Namun kejadian hipertensi pada wanita meningkat setelah menopause. Hipertensi arteri lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria, bahkan setelah usia 65 tahun, karena perubahan hormonal.

Mayoritas responden berusia antara 56 dan 65 tahun. Menurut penelitian (Afandi R., 2021), mayoritas penderita hipertensi di apotek Kimiya Pharma Slavi berusia antara 56 hingga 65 tahun. Pembuluh darah menjadi kaku ketika arteri menebal dan menyempit di usia 40-an sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi (Indriana; Swandari, 2021).

Responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi adalah sekolah menengah. Menurut Kementerian Kesehatan (2019), masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah lebih besar kemungkinannya menderita hipertensi. Pengaruh pendidikan terhadap gaya hidup seseorang antara lain kebiasaan seperti merokok, minum minuman beralkohol dan mengikuti latihan fisik. Menurut studi risiko Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2013, hipertensi (tekanan darah tinggi) cenderung tinggi pada orang dengan tingkat pendidikan lebih rendah dan lebih rendah pada orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Kurangnya kesadaran akan kesehatan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan kesulitan atau lambatnya memperoleh informasi (konseling) tentang cara mempengaruhi perilaku atau gaya hidup sehat merupakan dua faktor yang dapat menyebabkan tingginya risiko terjadinya hipertensi pada seseorang. dengan tingkat pendidikan rendah.pendidikan. Angara dan Praitno, 2019.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini bekerja pada pekerjaan kasar atau kerah biru. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fatmawati dkk (2022) yang menemukan bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dan masyarakat tidak bekerja. Ibu rumah tangga yang bekerja memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi karena aktivitas fisik yang kurang. Selain itu, ada kemungkinan faktor risiko lain, seperti stres, meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah secara terus-menerus (Indriana; Swandari, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Apotek K-24 Batujahar, Bandung, dari 50 orang yang menjawab, mayoritas memiliki pengetahuan cukup tentang penggunaan amlodipine (66%). Hal ini dikarenakan petugas di Apotek K-24 Batujahar selalu memberikan rekomendasi dan informasi tentang cara pengobatan hipertensi. Menurut penelitian Afandi R. (2021), apotek Kimia Farma Slawi mempunyai informasi yang cukup untuk pasien hipertensi (52%).

Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penderita hipertensi memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara mengobati penyakit tersebut. Artinya responden memahami apa itu hipertensi, gejalanya, faktor risikonya, pilihan gaya hidup dan pentingnya minum obat secara konsisten dalam jangka waktu lama. Mereka juga sadar akan bahaya yang timbul jika tidak mengonsumsi obat (Riskeses, 2019).

Ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan: secara formal dan melalui pengalaman. Selain itu, Anda dapat memperoleh informasi dengan menggunakan sumber informasi yang tersedia di rumah, seperti radio dan televisi. Karena mata dan telinga bertanggung jawab atas sebagian besar pengetahuan manusia, penggunaan panca indera sangatlah penting. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pemantauan tekanan darah secara teratur. Sebab, mengetahui akibat hipertensi, serta cara minum obat atau memantau tekanan darah secara rutin, dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, masyarakat meluangkan waktu untuk memantau tekanan darah dan tekanan darahnya.

Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan pasien cukup, namun 8% pasien memerlukan perhatian agar terhindar dari stroke, penyakit jantung, gangguan penglihatan dan gagal ginjal.

Karena merupakan penyedia layanan kesehatan terakhir yang berinteraksi langsung dengan pasien, maka apoteker berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi tentang pengobatan. Apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien hipertensi tentang cara minum obat dan pengobatan non-obat (gaya hidup). Apoteker membantu pasien mempelajari lebih lanjut tentang obat-obatan dan produk non-obat, serta penyakit dan komplikasi yang mungkin mereka hadapi jika mereka tidak meminum obat secara teratur. Ketika apoteker memberikan informasi gaya hidup (obat-obatan dan obat-obatan non-obat), diharapkan lebih banyak penderita hipertensi akan mengetahui obat-obatan dan lebih patuh terhadap pengobatan mereka. Pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi dapat dicapai dengan pengetahuan yang cukup tentang pengobatan dan kondisinya (Pramestuti; Silviana, 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 responden mengenai penggunaan obat amlodipine di Apotek K-24 Batujahar Bandung, tingkat pengetahuan tentang hipertensi termasuk dalam kategori pengetahuan cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2019. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Dipiro, 2019 Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada penyakit Kardiovaskular, Edisi I, Jakarta: Indonesia Heart Association.

Fauziah, 2020. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Alfa Beta.

Hananditia R. Pramestutie, Nina Silviana, 2019, Tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang penggunaan obat di puskesmas kota Malang (ISSN: 2252-6218 Vol .5 No.1)

Santoso, 2021. Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan Diabetes. Yogyakarta: CV Andi.

Triyanto, Endang. 2019. Pelayanan Keperawatan bagi penderita Hipetensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wirakhmi, I. N., & Novitasari, D. (2021). Pemberdayaan Kader Pengendalian Hipertensi. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(3), 240–248.

Suryani, I., Isdiany, N., & Kusumayanti, G. . D. (2021). Dietetik Penyakit tidak Menular. Indo.Kemkes.BPPSDM.

Notoatmodjo, 2019. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ISBN: 979-518-869-0

Dinas Kesehatan Kota Bandung (2023) Penyakit Terbanyak. Available at: https://dinkes.bandung.go.id/penyakit-terbanyak/

Open Data Jabar (2021) Jumlah Penderita Hipertensi Berusia >= 15 Tahun Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Available at: https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penderita-hipertensi-berusia--15-tahun-berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat

Mubin, M. (2020). Karakteristik dan pengetahuan pasien dengan motivasi melakukan kontrol tekanan darah di wilayah kerja puskesmas sragi pekalongan. Jurnal Gizi Kerja dan Produktivitas (ISSN: 2745-6404  Vol.3 No. 2)

Published

2023-12-20

How to Cite

Febilya, R., & Cholisah, E. (2023). Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Penggunaan Obat Amlodipine di Apotek K-24 Batujajar. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(3), e1205. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1205

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check