Tingkat Pengetahuan Pengunjung dalam Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Apotek Sehati Jaya

Authors

  • Hani Amilah Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia
  • Elis Cholisah Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia

Keywords:

Antibiotik, Amoksisilin, Pengetahuan

Abstract

Background: Amoxicillin is an antibiotic used to treat various diseases related to bacterial infections, including tonsillitis, bronchitis, and ear infections. To induce the destruction of disease-causing bacteria, amoxicillin functions by preventing the production of bacterial cell walls. It is not possible to treat viral illnesses such as flu or mononucleosis with amoxicillin Objective: To determine the level of knowledge of visitors at the Apotek Sehati Jaya  regarding the use of the antibiotic drug amoxicillin. Methodology: This research collects data through the use of a questionnaire, namely a survey approach. All patients who visited the Sehati Jaya Pharmacy for treatment were included in the study population. The samples used were only patients who received the antibiotic drug Amoxicillin. Results: 28 respondents from Sehati Jaya Pharmacy were asked about their knowledge in using the antibiotic amoxicillin. Of this number, 50% were in the good knowledge level group, 32% were in the sufficient category, and 18% were in the poor category. However, of the 10 questions that the author asked, there were several respondents who could not answer 2 to 3 questions, but it is considered that the respondents still have more knowledge about the antibiotic amoxicillin. Conclusion: The level of knowledge of respondents regarding the use of the antibiotic amoxicillin at the Apotek Sehati Jaya is included in the very good category.

PENDAHULUAN

Secara sederhana antibiotik berasal dari kata “anti” yang berarti “melawan” dan “bios” yang berarti “makna hidup”. Sebaliknya terapi antimikroba menurut definisinya adalah suatu zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri (Wahyutomo R, 2019).

Antibiotik adalah zat alami atau sintetis yang dapat menghancurkan bakteri. Ada banyak jenis antibiotik yang cara kerjanya berbeda-beda dalam melawan bakteri, namun secara umum antibiotik tidak bisa bekerja secara diam-diam dalam melawan virus. Agen antimikroba yang diproduksi oleh bakteri dan organisme eukariotik lainnya, seperti tumbuhan, sering digunakan untuk melindungi tubuh dan menghancurkan bakteri lain (Amran AY, 2020).

Antibiotik adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri. Benda ini bekerja dengan cara memecah dan memverifikasi keberadaan bakteri di dalam tubuh, seperti yang ditemukan pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming. Sejak dikembangkan sebagai agen antimikroba, antibiotik diketahui memiliki beberapa efek samping, terutama bila digunakan pada Perang Dunia II. Namun, pada tahun 2013, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan bahwa dunia telah memasuki “era pasca-antibiotik,” dan pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa resistensi antibiotik telah menjadi masalah kesehatan global yang serius. masalah. ancaman (Ledingham dkk, 2019).

Resistensi terhadap antibiotik menyebabkan potensi obat menjadi berkurang atau tidak dapat digunakan. Bakteri yang resisten terhadap antibiotik tidak dapat dihilangkan, sedangkan antibiotik yang semakin banyak dan menyebar menjadi lebih toleran. Organisasi Kesehatan Dunia telah mencatat keterbatasan penggunaan antibiotik, baik pada manusia maupun hewan (Muntasir et al, 2022).

Amoksisilin merupakan zat antibakteri yang berfungsi menghancurkan bakteri dalam tubuh. Menurut data, amoksisilin tidak membunuh bakteri sepenuhnya. Fungsi amoksisilin adalah menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak lapisan luar bakteri. Lip balm ini berfungsi melindungi bakteri tubuh dan mencegah kehancurannya. Jika lapisan tersebut rusak maka bakteri akan mati (Balai Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, 2019).

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap resistensi antibiotik, seperti kurangnya pengetahuan tentang antibiotik, efek samping, dan cara pengobatan yang tidak tepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk membatasi kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang antibiotik (Maidin et al., 2021).

Menurut penelitian dampak ambang batas pengetahuan antibiotik di Apotek Tuminting Kimia Farma 396 Kota Manado, sikap masyarakat tergolong cukup dengan persentase 45% dan masih tergolong buruk dengan persentase 69%. (Victoria K dkk., 2020).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, artinya teknik deskriptif digunakan untuk mengkaji data yang dikumpulkan. Kuesioner yang telah diisi responden digunakan untuk pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan di Apotek Sehati Jaya pada bulan Maret dan April tahun 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan kuesioner sebagai alat utama pengumpulan data.

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang mengunjungi Apotek Sehati Jaya selama bulan Maret dan April 2023 untuk berobat. 28 orang yang mendapat antibiotik amoksisilin selama bulan Maret dan April 2023 dijadikan sebagai sampel penelitian.

Data demografi responden meliputi nama, usia, dan jenis kelamin. Serangkaian pertanyaan tertulis dimasukkan ke dalam kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden.

HASIL

Tabel 1 menunjukkan data demografis pasien yang menggunakan amoksisilin pada periode Maret – April 2023.

Data Responden
Jumlah Persentase (%)

Usia

20 – 25 tahun

26 – 40 tahun

40 – 45 tahun

4

19

5

14%

68%

18%

Jumlah 28 100%

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

12

16

43%

57%

Jumlah 28 100%
Table 1. Data Responden di Apotek sehati Jaya

Penelitian dilakukan kepada 28 pasien yang berusia 20 tahun hingga 45 tahun, kategori usia yang paling tinggi pada penelitian ini adalah 26-40 tahun (68%), Sebaliknya, temuan penelitian Apolina N. dan Setiawan Y. (2021) menunjukkan bahwa kelompok umur terbesar adalah 16–25 tahun (63%).

Berdasarkan temuan penelitian, perempuan (57%) lebih besar kemungkinannya dibandingkan laki-laki (43%) untuk melaporkan memiliki ciri-ciri berdasarkan gender. Hal ini berbeda dengan penelitian Safarinah (2019) yang menunjukkan bahwa 61% dari populasi pasien adalah laki-laki.

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)
1 Kurang 5 18%
2 Cukup 9 32%
3 Baik 14 50%
Jumlah 28 100%
Table 2. Persentase Tingkat Pengetahuan Dalam Penggunaan Antibiotik Amoksisilin

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas pasien dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang baik terhadap penggunaan antibiotik amoksisilin.

PEMBAHASAN

Pada survei ini, 88,5% responden memperoleh pengetahuan tentang amoksisilin dari dokter dan apoteker, sedangkan 11,5% responden memperoleh informasi dari teman atau keluarga. Derajat pemahaman seseorang terhadap sesuatu akan meningkat setelah memperoleh informasi, klaim Nursalam (2019).

Responden diketahui termasuk dalam kelompok tingkat pengetahuan sangat baik (50%) berdasarkan pemahamannya terhadap obat amoksisilin. Hal ini sesuai atau berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh xxxx (tahun) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui baik, cukup atau kurang mengenai penggunaan antibiotik amoksisilin.

Notoatmodjo (2019) menegaskan bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan atau wawasan melalui pendidikan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi seringkali memiliki informasi yang lebih luas dibandingkan orang yang berpendidikan lebih rendah. Pengetahuan seseorang tidak dipengaruhi secara langsung oleh uangnya, namun jika ia cukup kaya maka ia akan mampu membiayai atau menawarkan fasilitas sumber informasi. Sumber informasi seperti radio, televisi, majalah, surat kabar, dan buku mungkin mempunyai dampak terhadap pengetahuan seseorang. Mempelajari informasi baru dapat terjadi lebih cepat jika informasi tersebut mudah diakses. Pengetahuan, persepsi, dan sikap masyarakat terhadap suatu hal mungkin dipengaruhi oleh adat istiadat keluarga dan budaya setempat.

Karena dosis antibiotik yang tidak tepat meningkatkan kemungkinan munculnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik, pasien harus mematuhi petunjuk saat mengonsumsi antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi karena penggunaan antibiotik (penyakit yang disebabkan oleh virus) secara berlebihan, tidak mencukupi, atau tidak tepat. Hal ini disebabkan oleh prosedur yang salah, lama penggunaan, dan dosis antibiotik. Sugiyono (2020) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik sebaiknya dilakukan selama pengobatan masih berlangsung. Durasi ini berkorelasi langsung dengan dosis dan kapan harus berhenti menggunakan antibiotik. Antibiotik sebaiknya dihentikan setelah resepnya habis, bukan saat gejala klinis pasien menunjukkan perbaikan. Oleh karena itu, resep antibiotik harus menyertakan peringatan bahwa pengobatan harus dilanjutkan sampai seluruh rangkaian terapi, bahkan jika gejala klinis pasien telah menurun atau hilang. Untuk memastikan bahwa tingkat pengobatan lebih tinggi dari jumlah terendah yang dapat membunuh kuman, informasi harus diberikan secara akurat (misalnya, empat kali sehari, yang berarti setiap enam jam) (Sugiyono, 2020).

Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan masalah resistensi, dimana bakteri memperoleh kapasitas genetik untuk menjadi kurang rentan terhadap antibiotik melalui resistensi yang didapat, resistensi yang ditularkan, dan mutasi spontan. Ketika bakteri dalam keadaan dorman, resistensi mungkin tidak bersifat turun-temurun, namun jika bakteri tersebut aktif kembali, bakteri tersebut akan menjadi rentan lagi.

Proporsi jawaban menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman yang kuat mengenai antibiotik amoksisilin. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa pasien hanya perlu mengikuti petunjuk dokter sejak antibiotik telah diresepkan. Dari sepuluh pertanyaan, mayoritas responden secara akurat menyatakan bahwa amoksisilin merupakan obat antibiotik yang harus diminum bahkan setelah sembuh.

Para peneliti meninjau bagaimana antibiotik amoksisilin diberikan oleh petugas farmasi kepada pasien yang memiliki resep untuk antibiotik tersebut. Mereka menemukan bahwa instruksi tertulis, seperti label yang menjelaskan cara penggunaan obat, selalu diberikan bersama obat sehingga masyarakat dapat dengan mudah memahami cara penggunaannya. Pasien yang mampu mengikuti seluruh saran dan petunjuk dari tenaga medis, termasuk dokter dan apoteker, mengenai segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, termasuk kepatuhan pengobatan, dikatakan menunjukkan kepatuhan dalam pengobatan. Beberapa pasien bahkan mengaku mengikuti perintah dokternya agar cepat sembuh.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui tingkat pengetahuan pengunjung dalam penggunaan antibiotik amoksisilin di Apotek Sehati Jaya termasuk dalam kategori baik.

DAFTAR PUSTAKA

AMRAN, AKNUL YAKIN (2020). KARAKTERISTIK PENGGUNA ANTIBIOTIK, jenis antibiotik yang bekerja - Repository Universitas Hasanuddin. Unhas.ac.id.

Siloamhospitals.com. (2023). Rumah Sakit dengan Pelayanan Berkualitas – Siloam Hospitals.

S., Sujarweni, P. and Sugiyono, S. (2020). METODE PENELITIAN. [online] kuantitatif.

Si, Ec, Muntasir Muntasir and S Muliyadi (2021). ANTIBIOTIK DAN RESISTENSI ANTIBIOTIK

Kurniawati. 2019. Gambaran penggunaan antibiotik tanpa resep dokter oleh konsumen di apotek x wilayah Probolinggo.

Jurnalistik (2021). Antibiotik Amoxicillin penisilin. pengertian, arti, efek samping.

?

Published

2023-11-30

How to Cite

Amilah, H., & Cholisah, E. (2023). Tingkat Pengetahuan Pengunjung dalam Penggunaan Antibiotik Amoksisilin di Apotek Sehati Jaya. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(3), e1234. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1234

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check