Increasing Knowledge and Attitudes about Self-medication through the Media of Self-medication Pocket Books based on Problem-Based Learning at the Community of GKI Emmaus Makorem 181/PVT Sorong

Authors

  • Aprilia Grace Anthonetha Maay Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Indonesia https://orcid.org/0000-0003-2371-6434
  • Baktianita Ratna Etnis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36990/hijp.v15i1.791

Keywords:

Self-medication, Problem-based learning, Pocket book, Knowledge, Attitudes

Abstract

Self-medication is the community's choice as the first response to complaints of illness before seeking treatment to health services. However, self-medication poses a risk to polypharmacy. The purpose of this study was to determine the effect of problem-based learning self-medication pocket books on increasing knowledge and attitudes of the community in the GKI Emmaus Makorem 181 / PVT Sorong Church in conducting rational self-medication. This study used a quasi-experimental design with pre-posttest control group design in February-April 2020. The population in this study was the entire GKI Emmaus Makorem 181/PVT Sorong congregation and the samples used were samples that met the inclusion criteria. As many as 60 respondents were willing to sign the informed consent and participate in the study, taken as a whole and not sampled, and divided into two groups, namely 30 respondents in the intervention group and 30 respondents in the control group. Data were taken from respondents' questionnaire sheets, assessed and statistically analyzed. PBL-based self-medication pocketbooks have an effect on increasing respondents' knowledge, namely the difference in increasing knowledge between the control group and the intervention p value 0.000 < 0.05. Meanwhile, the pocketbook had no effect on improving respondents' attitudes, namely the difference in attitude improvement between the control group and the intervention with a p value of 0.334 > 0.05. Further research is needed to explore the factors that influence the effectiveness of pocketbooks in improving respondents' attitudes in order to improve their use strategies in the context of self-medication education.

PENDAHULUAN

Swamedikasi menjadi pilihan yang banyak dilakukan oleh individu dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan mereka sebelum mencari bantuan medis profesional. Praktik ini melibatkan penggunaan obat tanpa resep atau over the counter (OTC) untuk meredakan gejala tanpa panduan tenaga kesehatan profesional. Penelitian yang dilakukan oleh Ayalew (2017) bahwa sebagian besar obat yang digunakan berasal dari toko obat. Lebih lanjut, jenis obat yang paling sering digunakan adalah obat analgesik (Lukovic et al., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa akses yang mudah pada obat tanpa resep memerlukan tindak lanjut untuk meminimalkan risiko yang dapat timbul.

Swamedikasi perlu dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang sedang dialami, dengan implementasi pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bahwa harus mematuhi standar penggunaan obat yang rasional, termasuk pemilihan obat yang tepat, dosis obat yang sesuai, penilaian terhadap kemungkinan efek samping, memastikan tidak adanya kontraindikasi, menghindari interaksi obat, serta meminimalkan risiko polifarmasi. Penelitian yang dilakukan oleh Jabbar et al. (2017) bahwa swamedikasi golongan obat bebas sebanyak 31%, obat bebas terbatas sebanyak 26%, obat keras sebanyak 18%, obat herbal sebanyak 18%, dan kategori lainnya sebanyak 7%. Secara klasifikasi berdasarkan penyakit, obat-espektoran/antitusif mencapai 17,5%, analgetik/antipiretik sebesar 18,7%, antiemetik sebanyak 7,5%, antiinflamasi sebanyak 14,7%, obat untuk gastritis mencapai 14%, antihistamin sebanyak 12,3%, antidiare sebanyak 12,3%, dan kategori lainnya mencapai 3%.

Implikasi dari swamedikasi yang tidak tekontrol mengarah pada terjadinya polifarmasi. Kajian ilmiah terdahulu menunjukkan bahwa swamedikasi dapat berkontribusi terhadap peningkatan polifarmasi, dengan adanya penggunaan obat yang tidak perlu, konsumsi yang berkepanjangan, dan potensi interaksi obat (Eticha & Mesfin, 2014; Tesfaye et al., 2020). Selain itu, faktor-faktor seperti demografi, keadaan sosial ekonomi, dan persepsi Kesehatan pribadi dihubungkan sebagai factor independen dengan polifarmasi (Khezrian et al., 2020). Selain itu, penggunaan berbagai obat diketahui memengaruhi persepsi diri pasien, dan berpotensi menyebabkan efek samping dan perubahan sikap terhadap pengobatan (Eriksen et al., 2020). Dan polifarmasi polifarmasi berdampak terhadap kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan, trauma, dan kesejahteraan psikologis (Aljeaidi et al., 2022; Evans et al., 2011; Rasool et al., 2022).

Implikasi terhadap swamedikasi dan risiko yang ada memerlukan manajemen lebih lanjut sebagai bagian dari elemen preventif dalam meminimalkan faktor yang tidak diinginkan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan berperan penting dalam mendiskusikan pemecahan masalah (problem solving) melalui dorongan untuk berpikir kritis, dan mengekspresikan pendapat secara bebas. Penelitian menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan berpikir kritis sangat penting, terutama dalam konteks pendidikan kesehatan untuk mendekatkan konsep kesehatan yang akurat terutama kepada masyarakat umum seperti dalam kasus mahasiswa keperawatan (Fero et al., 2010; Indriani et al., 2022).

Penting untuk mempertimbangkan peran media dalam mendukung pendidikan kesehatan. Penggunaan media, seperti buku saku, dapat menjadi sarana yang efektif dalam menyebarkan informasi kesehatan dan mempengaruhi opini publik tentang isu-isu kesehatan (Kim et al., 2018). Namun, penting untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan melalui media tersebut akurat dan dapat dipercaya, mengingat dampaknya terhadap pengambilan keputusan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengujicobakan media buku saku yang berisi informasi tentang penggolongan obat dan hal-hal penting yang berkaitan dengan pengobatan swamedikasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental dengan pre-post test control group design. Penelitian dilaksanakan di lingkungan GKI Emaus Makorem 181/PVT Sorong pada bulan Febuari-April 2020. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Jemaat GKI Emaus Makorem 181/PVT Sorong dan sampel yang digunakan adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, 1) wanita dan pria yang sehat berusia lebih dari 18 tahun, 2) dapat membaca dan menulis, dan 3) bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai. Kriteria Eksklusi adalah 1) wanita dan pria yang sakit dan 2) tidak dapat membaca dan menulis menjadi responden. Responden sebanyak 60 orang bersedia menandatangani inform consent dan mengikuti penelitian, diambil secara utuh dan tidak dilakukan sampling. Responden dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 30 responden di kelompok intervensi dan 30 responden di kelompok kontrol.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan sebelum dan sesudah intervensi, yaitu pretest dilakukan sebelum intervensi, posttest 1 dilakukan setelah intervensi, posttest 2 dilakukan 2 minggu setelah posttest 1 dan posttest 3 dilakukan 2 minggu setelah posttest 2.

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner penelitian tentang pengobatan sendiri (Maay, 2017) dan dimodifikasi serta disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap dalam melakukan pengobatan sendiri. Penyusunan kuesioner dilakukan melalui dua tahap yaitu uji coba kuesioner pada responden dan uji validitas kuesioner. Cara interpretasi skor pengetahuan dan sikap dengan mengevaluasi skor yang diperoleh. Skor minimal dari hasil pengisian kuesioner adalah 0 dan maksimal adalah 100. Skor yang lebih tinggi mempresentasikan level pengetahuan dan sikap yang lebih baik.

Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan aplikasi SPSS. Data yang didapat dari lembar kuesioner, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya dengan menggunakan uji Shapiro Wilk-Test. Kemudian data diuji menggunakan uji Wilcoxon signed rank-test untuk melihat nilai pengetahuan dan sikap meningkat secara bermakna atau tidak pada pretest, posttest-1, posttest-2 dan posttest-3. Dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney untuk menganalisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

HASIL

Pada tahap ini dihasilkan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden diambil secara utuh dari komunitas jemaat di GKI Emaus Makorem 181/PVT Sorong sebanyak 60 responden. Responden dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Setiap responden yang bersedia mengikuti penelitian kemudian menandatangani lembar inform consent. Responden yang mengikuti hingga akhir penelitian adalah 58 responden dimana kelompok intervensi 30 responden dan kelompok kontrol 28 responden.

Pretest dilakukan untuk menilai pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah intervensi. Pretest dilakukan selama kurang lebih 15 menit. Setiap responden diberikan 3 lembar soal yang terdiri dari: lembar biodata responden, kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap.

Gambar 1. Grafik Nilai Pretest pada Kelompok Intervensi

Dari Gambar 1 diketahui bahwa pretest pengetahuan responden dengan nilai 20-40 adalah sebanyak 53,3 % dan responden dengan nilai 50-70 adalah sebanyak 46,7 %. Sebaliknya, pretest nilai sikap lebih tinggi yaitu 86,6% responden berada pada range nilai 50-70 dan sekitar 13,4% responden berada pada range nilai 20-40.

Setelah Intervensi, responden kemudian diberikan soal yang sama seperti soal pretest dan dikerjakan selama kurang lebih 15 menit. Hal ini dilakukan untuk melihat terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap responden melalui intervensi yang dilakukan. Posttest dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2 minggu.

Gambar 2. Grafik Nilai Pengetahuan Posttest 1, Posttest 2 dan Posttest 3

Dari Gambar 2 bahwa adanya peningkatan pengetahuan responden setelah intervensi. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai yang signifikan pada nilai posttest 2 dan posttest 3. Nilai posttest 2 dan posttest 3 menunjukkan bahwa sekitar 50% responden memiliki nilai 50-70, sekitar 25 % pada range nilai 20-40 dan 25% pada range nilai 80-100.

Gambar 3. Grafik nilai Sikap Posttest 1, Posttest 2 dan Posttest 3

Dari Gambar 3 bahwa sikap responden sangat baik dimulai dari nilai posttest 1, posttest 2 dan posttest 3. Sebagian besar responden yaitu lebih dari 80% responden memiliki nilai rata-rata diatas 70.

Tabel 1. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Nilai Pengetahuan dan Nilai Sikap

Berdasarkan hasil analisis data yang terdokumentasi dalam Tabel 1, perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum dan setelah uji posttest 1, 2, dan 3. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p value yang lebih kecil dari nilai alpha yang telah ditetapkan sebelumnya (0,05), yaitu 0,002 untuk posttest 1, 0,001 untuk posttest 2, dan 0,000 untuk posttest 3. Sebaliknya, perbedaan antara pengetahuan sebelum dan setelah uji posttest 1 tidak signifikan, dengan nilai p value sebesar 0,798 yang lebih besar dari nilai alpha. Sementara itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan setelah uji posttest 1, 2, dan 3, seperti yang ditunjukkan dengan nilai p value yang sama-sama kurang dari 0,05 (0,000). Ini menandakan adanya perubahan yang signifikan dalam sikap peserta penelitian setelah mengikuti intervensi yang diberikan.

Setelah melakukan uji beda pretest, posttest 1, posttest 2 dan posttest 3 pada kelompok intervensi, maka selanjutnya dilakukan uji untuk menilai signifikansi perbedaan pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah Uji Mann Whitney. Hal ini dilakukan untuk menilai kemanfaatan dari buku saku swamedikasi berbasis problem based learning dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden.

Tabel 2. Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap

Berdasarkan analisis dalam Tabel 2, perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan dari posttest 1 ke posttest 2 antara kelompok kontrol dan intervensi, dengan nilai p value 0,000 yang memenuhi kriteria signifikansi (p < 0,05). Namun, perbedaan dalam peningkatan pengetahuan dari posttest 1 ke posttest 3 tidak terbukti signifikan antara kedua kelompok, dengan nilai p value 0,111 yang lebih besar dari alpha yang ditetapkan. Sementara itu, perbedaan dalam peningkatan sikap dari posttest 1 ke posttest 2 maupun 3 antara kedua kelompok tidak signifikan, dengan nilai p value 0,334 dan 0,738 berturut-turut, yang keduanya lebih besar dari alpha. Bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam peningkatan pengetahuan antara kelompok kontrol dan intervensi, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam peningkatan sikap di antara keduanya dalam periode waktu yang sama.

PEMBAHASAN

Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu media buku saku berbasis Problem based-learning yang lebih berfokus kepada peningkatan pengetahuan responden. Buku saku yang digunakan dalam penelitian ini dibuat semenarik mungkin, agar responden tertarik untuk membaca dan lebih mudah memahami informasi yang ada. Informasi yang disampaikan merupakan informasi-informasi penting terkait pengobatan sendiri (Swamedikasi) yang meliputi definisi, penggolongan obat, kriteria swamedikasi, dan lain-lain. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran, yang meliputi buku saku swamedikasi, penggunaan leaflet obat dan metode diskusi. Ketiga tahapan ini merupakan simulasi dari penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan pengobatan sendiri oleh responden dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kajian literatur, terdapat dukungan terhadap efektivitas PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan hasil belajar di berbagai bidang studi, termasuk pendidikan kesehatan, matematika, dan studi lingkungan. Oleh karena itu, penerapan PBL dalam pendidikan kesehatan untuk menyampaikan informasi kesehatan yang akurat kepada masyarakat umum (Yew & Goh, 2016).

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Maryati, 2016). Model Problem Based Learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang didalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memilki keterampilan dalam memecahkan masalah (Nurhayati & Angraeni, 2017).

Buku saku merupakan media yang mampu menyampaikan pesan kesehatan berisi tulisan maupun gambar. Berdasarkan kajian terdahulu, buku saku efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa (Hidayat, 2015). Penggunaan buku saku didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian lain menjelaskan bahwa buku saku yang telah dikembangkan layak untuk peserta didik dan memiliki kriteria sangat baik bila ditinjau dari aspek materi, isi, bahasa serta minat baca peserta didik, dengan adanya produk buku saku yang telah dikembangkan, peserta didik dapat lebih memahami materi dengan baik serta aktif dalam pembelajaran (Widianti, 2014). Menurut Suharman gambar dapat meningkatkan minat baca karena membantu pembaca berimajinasi untuk meningkatkan kinerja ingatannya.

Perbedaan peningkatan pengetahuan posttest 1 ke posttest 2 antara kelompok kontrol dengan intervensi berbeda secara signifikan atau bermakna. Hal ini berarti intervensi yang dilakukan memberikan hasil positif terhadap peningkatan pengetahuan responden. Dimana responden mengetahui dan memahami tentang pengobatan sendiri yang rasional. Buku saku swamedikasi disadur dari beberapa sumber referensi yang memuat informasi dan materi terkait pengobatan sendiri (swamedikasi). Materi- materi yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan responden, yaitu pengenalan tentang swamedikasi, informasi umum tentang obat, klasifikasi obat-obat OTC (over the counter), jenis-jenis penyakit dan obat yang digunakan dalam swamedikasi dan cara pemilihan obat dan penggunaan obat.

Untuk nilai sikap tidak terjadi peningkatan, dapat dikarenakan responden telah memiliki nilai sikap yang baik dalam melakukan pengobatan sendiri yang rasional. Hal ini menjadi temuan bagi peneliti, bahwa tidak ada korelasi atau hubungan antara sikap dan pengetahuan responden dalam penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sikap dan perilaku masyarakat dalam melakukan self-medication.

KESIMPULAN DAN SARAN

Buku saku swamedikasi yang menggunakan pendekatan problem-based learning memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden, sebagaimana dibuktikan dengan perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan antara kelompok kontrol dan intervensi (p value 0,000 < 0,05). Namun, tidak terdapat dampak yang signifikan terhadap peningkatan sikap responden dengan penggunaan buku saku tersebut, karena perbedaan peningkatan sikap antara kelompok kontrol dan intervensi tidak terbukti signifikan (p value 0,334 > 0,05). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas buku saku dalam meningkatkan sikap responden guna memperbaiki strategi penggunaannya dalam konteks pendidikan swamedikasi.

Kekurangan Penelitian

Kekurangan penelitian ini adalah kurangnya variasi dalam metode pengukuran sikap responden sehingga tidak cukup untuk menggambarkan secara komprehensif perubahan sikap yang mungkin terjadi setelah intervensi dengan buku saku swamedikasi.

References

Aljeaidi, M. S., Haaksma, M. L., & Tan, E. C. K. (2022). Polypharmacy and Trajectories of Health-Related Quality of Life in Older Adults: An Australian Cohort Study. Quality of Life Research. https://doi.org/10.1007/s11136-022-03136-9

Ayalew, M. B. (2017). Self-Medication Practice in Ethiopia: A Systematic Review. Patient Preference and Adherence. https://doi.org/10.2147/ppa.s131496

Eriksen, C. U., Kyriakidis, S., Christensen, L. D., Jacobsen, R., Laursen, J., Christensen, M. B., & Frølich, A. (2020). Medication-Related Experiences of Patients With Polypharmacy: A Systematic Review of Qualitative Studies. BMJ Open. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-036158

Eticha, T., & Mesfin, K. (2014). Self-Medication Practices in Mekelle, Ethiopia. Plos One. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0097464

Evans, D. C., Gerlach, A. T., Christy, J. M., Jarvis, A., Lindsey, D. E., Whitmill, M. L., Eiferman, D., Murphy, C. V., Cook, C. H., Beery, P. R., Steinberg, S. M., & Stawicki, S. P. (2011). Pre-Injury Polypharmacy as a Predictor of Outcomes in Trauma Patients. International Journal of Critical Illness and Injury Science. https://doi.org/10.4103/2229-5151.84793

Fero, L. J., O’Donnell, J. M., Zullo, T. G., Dabbs, A. D., Kitutu, J., Samosky, J. T., & Hoffman, L. A. (2010). Critical Thinking Skills in Nursing Students: Comparison of Simulation?based Performance With Metrics. Journal of Advanced Nursing. https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2010.05385.x

Hidayat, A. M. (2015). Pengaruh Metode Problem Based Introduction (PBI) dan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi Kompetensi Dasar Elastisitas Permintaan dan Penawaran di Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015) [Master’s thesis, Universitas Pendidikan Indonesia]. http://repository.upi.edu/

Indriani, S. S., Limilia, P., & Alam, P. W. (2022). Opinion Leaders and Health Information: A Systematic Literature Review in Indonesia. Proceedings of International Conference on Communication Science. https://doi.org/10.29303/iccsproceeding.v2i1.110

Jabbar, A., Nurjannah, & Ifayah, M. (2017). STUDI PELAKSANAAN PELAYANAN SWAMEDIKASI BEBERAPA APOTEK KOTA KENDARI. Warta Farmasi, 6(1), 28–36.

Khezrian, M., McNeil, C. J., Murray, A., & Myint, P. K. (2020). An Overview of Prevalence, Determinants and Health Outcomes of Polypharmacy. Therapeutic Advances in Drug Safety. https://doi.org/10.1177/2042098620933741

Kim, S. C., Namkoong, K., F. Fung, T. K., Heo, K., & L. Günther, A. C. (2018). Understanding Public Opinion Change of HPV Vaccination Controversy. Health Education. https://doi.org/10.1108/he-01-2018-0006

Lukovic, J. A., Miletic, V., Pekmezovic, T., Trajkovic, G., Ratkovic, N., Aleksic, D., & Grgurevic, A. (2014). Self-Medication Practices and Risk Factors for Self-Medication Among Medical Students in Belgrade, Serbia. Plos One. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0114644

Maay, A. G. A. (2017). PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MANOKWARI DALAM MELAKUKAN PENGOBATAN SENDIRI YANG RASIONAL MELALUI METODE CARA BELAJAR INSAN AKTIF (CBIA) [Master’s thesis, Universitas Gadjah Mada]. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/127678

Maryati, E. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS [Other, FKIP UNPAS]. http://repository.unpas.ac.id/12839/

Nurhayati, N., & Angraeni, L. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa (Higher Order Thinking) dalam Menyelesaikan Soal Konsep Optika melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2), Article 2. https://doi.org/10.21009/1.03201

Rasool, B. Q., Amen, S. O., Amin, R., Noori, G., Ferra, O., Kamel, S., Othman, E., Fattah, H., Maaroof, P., & Lucero-Prisno, D. E. (2022). The Psychological Aspect of Polypharmacy Among Patients With Chronic Diseases. A Case Control Study About the Impact of Polypharmacy Regime Amongst Patients in Kurdistan Region of Iraq. Psychology and Mental Health Care. https://doi.org/10.31579/2637-8892/172

Tesfaye, Z. T., Ergena, A. E., & Yimer, B. T. (2020). Self-Medication Among Medical and Nonmedical Students at the University of Gondar, Northwest Ethiopia: A Cross-Sectional Study. Scientifica. https://doi.org/10.1155/2020/4021586

Widianti, S. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS. Journal of Elementary Education, 3(2), Article 2.

Yew, E. H. J., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An Overview of its Process and Impact on Learning. Health Professions Education, 2(2), 75–79. https://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.01.004

Published

2023-04-26

How to Cite

Maay, A. G. A., & Etnis, B. R. (2023). Increasing Knowledge and Attitudes about Self-medication through the Media of Self-medication Pocket Books based on Problem-Based Learning at the Community of GKI Emmaus Makorem 181/PVT Sorong. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(1), 135–145. https://doi.org/10.36990/hijp.v15i1.791

Citation Check

Funding data