A Case Report of Warm Compresses as Nursing Pain Management in Abdominal Colic

Authors

  • Dewi Sartiya Rini Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia, Indonesia
  • Irdayani Subera Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36990/hijp.v15i3.894

Keywords:

Abdominal colic, Warm compresses, Pain

Abstract

Symptoms of abdominal colic require serious attention in handling because severe pain that is felt can reduce the quality of life of abdominal colic patients. One of the non-pharmacological actions taken to reduce pain is a warm compress. The purpose of this study was to see the picture of the application of warm compresses to pain changes in clients with symptoms of Abdominal Colic at RSU Aliyah 1 Kendari City. The method used in this study is a descriptive method with a case study approach conducted on 1 case study subject for 6 days. The instrument used to measure changes in pain levels is the numerical rating scale  (NRS) The results showed that pain decreased after being given warm compresses for 6 days characterized by a scale of pain decreased from a scale of 6 to a scale of 4 on the sixth day of the intervention. This study showed that the administration of warm compresses combined with analgesic drugs had a significant effect on changes in pain scale. Therefore, it is expected to be a source of information for nurses in providing nursing care to patients with abdominal colic.

PENDAHULUAN

Kolik abdomen merupakan keadaan nyeri pada perut yang disebabkankarena adanya kontraksi otot, obstruksi (sumbatan), distensi (menegang)atau peradangan pada organ yang ada didalam rongga perut seperti rectum,usus, kantong empedu, ginjal, atau saluran kemih. Obstruksi dapatterjadi ketika terdapat gangguan yang menyebapkan terhambatnya aliranusus. Data  World Health Of Organization (WHO) pada tahun 2018 angkakasus Kolik abdomen di dunia sebanyak ± 7 miliar jiwa, Amerika serikatberada di posisi pertama dengan kasus kolik abdomen sebanyak 810.00penduduk (47%). Pada tahun 2019 jumlah kasus kolik abdomen di Indonesiamengalami peningkatan mencapai 91,6%. Penyebab dari kasus kolik abdomendi Indonesia adalah makanan yang mengandung biji bijian seperti: cabai,biji tomat, dan biji jambu.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan bahwakasus kolik abdomen di Sulawesi Tenggara pada tahun 2019 mencapai 2.600kasus dengan wilayah kasus paling banyak terdapat pada daerah kotaKendari sedangkan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebanyak 1.430kasus dengan kasus terbanyak masih terdapat  pada daerah kota Kendari. Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Rumah sakit Aliyah 1 KotaKendari di peroleh data pada tahun 2020, jumlah pasien dengan kolikabdomen sebanyak 24 kasus, kemudian mengalami peningkatan kasus padatahun 2021 sebanyak 50 kasus kolik abdomen.

Kolik abdomen pada umumnya ditandai dengan munculnya  gejala beruparasa nyeri dibagian perut yang sifatnya hilang timbul diakibatkan karenaterjadinya infeksi di dalam abdomen. Nyeri merupakan perasaan yangmenyebabkan pasien akan mengalami ketidaknyamanan baik secara sensorikmaupun emosional dapat ditandai dengan adanya kerusakan jaringan ataupuntidak. Menurut Hierarki Maslow nyeri masuk kedalam kebutuhan rasa amandan nyaman. (Dova Maryana1, 2021). Kondisi ini sejalan dengan peneltianDarsini (2019) pada 30 responden dengan gejala kolik abdomen. Hasilpenelitian tersebut menunjukkan rerata 86,7% responden berada padarentang nyeri sedang dan 13,3% berada pada rentang nyeri ringan.

Kondisi nyeri kolik abdomen sering kali disertai dengan perubahanfrekuensi nadi dikarenakan nyeri yang tidak tertahankan, kurang fokuspada kondisi disekitarnya karena fokusnya hanya pada nyeri yangdirasakan, serta penurunan kualitas hidup akibat ketidaknyamanan yangdirasakan. Rasa nyeri akan muncul akibat dari respon psikis dan refleksfisik yang akan mempengaruhi hubungan personal dan makna kehidupan. Olehkarena itu, perlu penanganan yang tepat yaitu dengan melakukan manajemennyeri. Intervensi keperawatan manajemen nyeri dianggap cukup efektifdalam mengatasi masalah nyeri yang terdiri dari identifikasi lokasi,karakterisitik dan skala nyeri, memberikan teknik non farmakologis,memfasilitasi istirahat tidur, menganjurkan menggunakan analgetik secaratepat serta kolaborasi pemberian analgetik (Rachman, 2018).

Perawat memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah keperawatannyeri abdomen  melalui pemberian tindakan asuhan keperawatan secaratepat dan komprehensif  mulai dari pengkajian, penegakan diagnosakeperawatan, intervensi, implementasi serta evaluasi hasil asuhankeperawatan yang telah diberikan (Aini, 2018; Nisa, 2017). Intervensikeperawatan yang tepat sesuai dengan masalah keperawatan yang dialamipasien yaitu manajemen nyeri. Pada manajemen nyeri diketahui ada duacara penanganan nyeri yaitu  secara farmakologis dan non farmakologis.Penanganan nyeri secara farmakologis dapat dilakukan melalui kolaborasidengan dokter dalam pemberian analgetik yang bertujuan untuk  membloktransmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan caramengurangi kortikal terhadap nyeri. Selain terapi dengan obat, kolikabdomen juga dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat nyeri dan terapinon farmakologi. Salah satunya dengan  pemberian tindakan kompres airhangat, yaitu tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan hangatuntuk mengurangi nyeri, mencegah terjadinya spasme otot dan memperlancarsirkulasi darah (Dova Maryana1, 2021; Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2017).

Terapi ini tentunya bukan satu-satunya terapi non farmakologi yangefektif dalam menurunkan skala nyeri yang dirasakan namun terapi inimampu menurunkan skala nyeri untuk rentang nyeri sedang sampai denganberat. Hal ini terbukti  pada penelitian sebelumnya yang dilakukan olehDarsini (2019) yang menunjukkan efektivitas penggunaan kompres hangatpada penurunan tingkat nyeri. Pemberian kompres hangat dapat berpengaruhsecara signifikan dalam mengurangi atau mengatasi nyeri pada pasienkolik abdomen yang dibuktikan dengan adanya penurunan skala nyeri  pada 30 pasien kolik abdomen. Pada penelitian tersebut, rerata pasien denganrentang nyeri sedang sampai dengan berat mengalami penurunan skala nyeriantara 5-6  (Darsini, 2019). Secara fisiologis, kompres hangat  bekerjameningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri dengan memberikan rasahangat local pada area yang nyeri. Kompres menggunakan air hangatdengan  suhu 40,50C- 460C yang dimasukkan ke dalam buli-buli sebanyaklebih dari setengah bagian buli-buli tersebut yang secara konduksi dapatmemindahkan panas dari buli-buli ke tubuh sehingga memperlebar pembuluhdarah dan menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang(Susanti etal., 2016) . Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaranpenerapan terapi kompres hangat terhadap perubahan tingkat nyeri padapasien dengan kolik abdomen.

INFORMASI TENTANG PASIEN/PASIEN

Klien mengeluh nyeri pada area abdomen menjalar ke ulu hati. Hasilpengkajian nyeri : P   : nyeri pada area abdomen , Q   : klienmengatakan seperti tertusuk tusuk , R   : daerah abdomen menjalar ke uluhati ,S   : Skala nyeri 6, T   : terjadi tiba tiba . Riwayat Kesehatansekarang : Tn R masuk RSU Aliyah 1 Kota Kendari pada tanggal 14 Juni2022 sekitar jam 10:00 pagi. Sebelum dibawah ke RSU Aliyah 1 KotaKendari Tn R sejak 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada area abdomenya.Riwayat Kesehatan Masa lalu : Pada pengkajian Riwayat kesehatan masalalu klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidakpernah mengalami pembedahan. Klien tidak memiliki Riwayat alergi obat –obatan, makanan dan minuman. Klien mengatakan tidak ada kebiasaanmerokok, minum alcohol, minum kopi dan minum obat- obatan. RiwayatKesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yangmenderita penyakit serupa.

Temuan Klinis

Pengkajian fisik abdomen: Pada saat di inspeksi tampak Abdomen klien, membesar, pada saat di palpasi  terdapat nyeri tekan, klienmengatakan perut terasa penuh (distensi abdomen), perut klien terabakeras, tidak terdapat ostomy.

Pengkajian Kebutuhan Dasar

Kebutuhan Kenyamanan: Klien mengeluh nyeri pada area abdomen menjalarke ulu hati, saat diraba abdomen klien terasa keras, karakteristikinyeri tertusuk tusuk, intesitas nyeri hilang timbul. Nyeri terjadisecara tiba tiba, klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas ketikasedang mengalami nyeri.

Kebutuhan istirahat/tidur: Klien mengeluh sulit tidur, Klienmengatakan sering terjaga saat malam hari karena terasa nyeri padaabdomen, Jumlah jam tidur siang ± 30 Menit dan jumlah tidur malam ± 2jam.

Tanda-tanda vital: Tekanan darah   : 150/90 mmHg, Suhu : 37,6°C , N :110x/m, Spo2 : 98%, RR : 20x/m

Riwayat Pengobatan/Terapi/Asuhan

  1. Injeksi  Ketorolac 1 Amp/8Jam/IV
  2. Omeprazol 1vial/12 jam/IV
  3. Injeksi Ondansetron 1Amp/8jam/IV
  4. Injeksi Dexamethasone 1Amp/8 jam/IV
  5. Ciprofloxacin 1Tab/3x/Po
  6. Amlodipin 10 mg/ 1x/Po

Pengkajian Diagnostik

Hasil pemeriksaan Ultrasonografi abdomen Tn R pada tanggal 15 Juni2022. Tampak massa solid heterogen, irregular, nonklasifikasi, ukuran±4.62 cm x 5.62 cm x 5.30 cm pada pelvis renalis dextra yang meluaskearah lateralsuperior dan curiga mendesak Common bile duc, tampakdilatasi dari pelvis renalis dengan kortex renal menipis. Kesan :Gambaran  massa renal dexra dengan hydronephoresis, curiga disertaidesakan kearah CBD.

INTERVENSI TERAPEUTIK

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.R adalah menerapkantindakan kompres hangat. Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosakeperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis padaTn R yaitu Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x24 jam maka tingkatnyeri menurun dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri dari meningkatmenjadi menurun, meringis dari meningkat menjadi menurun, gelisah darimeningkat menjadi   menurun, kesulitan tidur  dari meningkat menjadimenurun. Pada penelitian ini, subjek studi kasus sebanyak 1 orang pasiendengan gejala kolik abdomen dan sedang menjalani perawatan di RSU Aliyah1 Kota Kendari, dengan skala nyeri 4-6 ( nyeri sedang)(T. P. S. PPNI,2016; T. pokja PPNI, 2016; T. pokja S. D. PPNI, 2016).

UMPAN BALIK DAN HASIL

Hari 1 Hari 2 Hari 3
Skala nyeri 6 5 5
Meringis Cukup meningkat Sedang Sedang
Gelisah Cukup menurun Menurun Menurun
Sulit tidur Cukup meningkat Cukup meningkat sedang
Table 1. Observasi Kondisi Tn.R pada hari pertama s.d hari  ketiga Denganpemberian pengobatan standar (Obat Analgesik)

Pada tabel 1, diketahui bahwa skala nyeri Tn.R selama 3 haripemantauan dengan pemberian obat standar yaitu obat analgesic mengalamipenurunan  pada hari kedua, namun di hari ke 3 skala nyeri tetap diskala 5. Pada tiga hari pemantauan, klien nampak masih meringis, keluhansulit tidur juga masih dirasakan dan nampak klien masih meringis ketikaterasa nyeri area abdomen.

Hari 4 Hari 5 Hari 6
Skala nyeri 5 4 3
Meringis Cukup meningkat Sedang Cukup menurun
Gelisah Menurun Menurun Menurun
Sulit tidur Sedang Cukup menurun Cukup menurun
Table 2. Observasi Nyeri Tn.R pada hari ke empat s.d hari  ke enam Denganpemberian kompres air hangat dan pengobatan standar (obat analgesic)

Pada tabel 2, diketahui bahwa skala nyeri Tn.R selama 3 haripemantauan dengan pemberian kompres air hangat dan obat standar yaituobat analgesic mengalami penurunan  pada hari ke lima dan ke enamditandai dengan skala nyeri pada hari ke lima yaitu 4 dan hari ke enamyaitu 3 pada hari ke enam intervensi diperoleh hasil: kondisi gelisahmenurun, sulit tidur cukup menurun dan meringis cukup menurun.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, terjadi perubahan skala nyeri yang signifikansetelah diberikan kompres air hangat yang bersama dengan pemberian obatstandar analgesic dibandingkan dengan skala nyeri klien saat hanyadiberikan obat standar analgesik. Hal ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan oleh Darsini et al (2019) pada pasien kolik abdomen sebanyak30 pasien dewasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa  responden sebelumdiberikan perlakuan kompres hangat berada dalam skala nyeri sedangdengan presentase 86,7%. Setelah diberikan perlakuan kompres hangatselama 15 - 20 menit terjadi perubahan skala nyeri ditandai dengan 40%responden  berada pada rentang nyeri ringan. Pemberian kompres hangatpada penelitian ini secara signifikan mengurangi nyeri pada pasien kolikabdomen dengan nilai p = 0,00(Darsini, 2019).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn R selama 3 hari adalah manajemen nyeri  yang secara spesifik dilakukan yaitu kompres hangatyang dikombinasi dengan pemberian terapi standar yaitu obat analgesik.Penggunaan terapi kompres hangat dapat menurunkan nyeri secara bertahap. Hal ini terjadi karena panas dapat dialirkan melalui konduksi,konveksi, dan konversi. Oleh karena itu, peningkatan suhu yangdisalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri denganmenyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, danprostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri lokal(A.Price &Lorraine M.Wilson, 2014; Putra & Budiarta, 2017).

Kompres hangat yang diberikan pada pasien dengan kolik abdomenberfungsi sebagai relaksasi otot-otot yang tegang di area yang nyeri.Kompres hangat menggunakan buli-buli panas atau kantong air panas yangberperan secara konduksi memindahkan panas dari buli-buli ke dalam tubuhsehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan ketegangan otot menurunsehingga nyeri berkurang. Kompres hangat dengan suhu 40C – 45 Cmengakibatkan terjadinya vasodilatasi yang bisa membuka aliran darahmembuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi relaksasi padaotot mengakibatkan kontraksi otot menurun (Black, Joyce M., Hawks, 2014;Ginting et al., 2022; Pinzon, 2016).

Perspektif Pasien/Klien

Pada tiga hari pertama klien hanya diberikan obat analgesic dan belumdilakukan  kompres hangat. Ini dilakukan dengan tujuan mengobservasiperubahan skala nyeri jika hanya diberikan obat analgesic saja kemudiandilanjutkan tiga hari berikutnya untuk intervensi kompres hangat danobat analgesic pada klien.

Pada hari pertama yaitu hari Rabu, 15 Juni 2021 yaitu klien masihmengeluh nyeri pada area abdomen menjalar ke ulu hati dengan skala nyeri6, Klien mengatakan sulit tidur saat siang hari, hanya ± 30 menit, klientampak sesekali meringis, Klien masih tampak gelisah dan sulit rileks,berdasarkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital Tn R TD :160/50 mmHg,S : 36°C, P: 20, N : 110x/m, masalah klien belum teratasi, danintervensi dilanjutkan.

Pada hari kedua intervensi yaitu hari Kamis, 16 Juni 2021 yaitu klienmengatakan nyeri pada area Abdomen menjalar ke ulu hati dengan skalanyeri 5, Klien mengatakan sulit tidur saat siang hari, hanya ± 30 menit,Klien masih tampak sesekali meringis Klien tampak gelisah dan sulitrileks berdasarkan pemeriksaan tanda tanda vital Tn R TD :120/80 mmHg, S: 35°C, P  : 20, N  : 98x/, masalah keperawatan dengan nyeri akut belumteratasi sehingga Intervensi dilanjutkan.

Pada hari ke 3 intervensi yaitu pada tanggal 17 Juni 2021 yaitu klienKlien mengatakan nyeri pada area Abdomen menurun, dengan skala nyeri 5,Klien mengatakan sudah dapat tidur saat siang hari selama ±1 jam danmalam hari ±4 jam, Klien masih tampak sesekali meringis , Klien sudahtampak rileks, berdasarkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital Tn R TD:130/80 mmHg, S : 36°C, P : 20x/m, N : 90 x/m, masalah keperawatandengan nyeri akut belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan.

Pada hari ke 4 pada tanggal 18 Juni 2021 yaitu klien  mengatakannyeri pada area Abdomen menurun dengan skala nyeri 5, Klien mengatakansudah dapat tidur saat siang hari selama ±2 jam dan malam hari ±8 jam,Klien nampak sesekali meringis, Klien sudah tampak lebih rileks.Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV TD :120/70 mmHg, S : 36°C, P : 22x/m,N  : 84x/m, masalah keperawatan belum teratasi

Pada hari ke 5 pada tanggal 19 Juni 2021 yaitu klien  mengatakannyeri pada area Abdomen menurun dengan skala nyeri 4, Klien mengatakansudah dapat tidur saat siang hari selama ±2 jam dan malam hari ±8 jam,meringis hanya sesekali , nampak rileks. Berdasarkan hasil pemeriksaanTTV TD :120/90mmHg, S : 36°C, P : 20x/m, N  : 73x/m, masalah keperawatandengan nyeri akut telah teratasi, intervensi di hentikan

Pada hari ke 6 pada tanggal 20 Juni 2021 yaitu skala nyeri menurunpada rentang nyeri ringan, kesulitan tidur tidak dirasakan lagi olehklien. tidak tampak meringis lagi, klien sudah tampak lebih rileks.Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV TD :120/80 mmHg, S : 36°C, P : 20x/m,N  : 80x/m, masalah keperawatan dengan nyeri akut telah teratasi,intervensi di hentikan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian kompreshangat pada pasien dengan nyeri kolik lebih efektif menunjukkanperubahan  skala nyeri ditandai dengan skala nyeri berada pada rentangnyeri sedang saat subjek studi kasus hanya diberikan analgesic namunsetelah dikombinasikan dengan pemberian kompres hangat menunjukkan skalanyeri menurun pada rentang nyeri ringan.

Informed Consent

Pada proses penelitian tentunya peneliti terlebih dahulu memintakesediaan subjek studi kasus untuk ikut serta pada penelitian inimelalui pengisian surat persetujuan menjadi responden ( informedconsent).

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, S., & Lorraine M.Wilson. (2014). Patofisiologi KonsepKlinis Proses-proses Penyakit (Dr.Caroline Wijaya (ed.); 6th ed.).EGC.

Aini. (2018). Konsep Keperawatan Virginia Henderson. Journal ofChemical Information and Modeling, 53(9), 168–1699.

Black, Joyce M., Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah BlackVol 3.pdf. Elseivier.

Darsini. (2019). Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan SkalaNyeri pada Pasien dengan Kolik Abdomen. Jurnal Keperawatan DanKebidanan, 59–62.

Dova Maryana1, A. C. N. A. (2021). Asuhan Keperawatan PasienAbdominal Pain Dengan Kolik Abdomen Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa AmanDan Nyaman. Jurnal Keperawatan, 47(4), 124–134.https://doi.org/10.31857/s013116462104007x

Ginting, D. S., Indriani, R., Andera, N. A., Sendra, E., Rini, D. S.,Setiyorini, E., Juwariah, T., Kusumaningrum, V., & Sulupadang, P.(2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia (M. Sari & R. M. Sahara(eds.); 1st ed.). Global Eksekutif Teknologi.

Nisa, K. (2017). Peran dan Kewajiban Perawat Sebagai Pemberi AsuhanKeperawatan di Rumah Sakit. 1–9.

Pinzon, R. T. (2016). Pengkajian nyeri komprehensif.

PPNI, T. P. S. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1sted.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. pokja. (2016). Standar luaran keperawatan. Dewan PengurusPusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. pokja S. D. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putra, K. K., & Budiarta, I. G. (2017). Nosiseptor: klasifikasidan fisiologi. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 1–19.

Rachman, T. (2018). Laporan Pendahuluan Kasus Kolik Abdomen Di RuangCempaka RSUD Banyumas Stase Keperawatan Medikal Bedah. Angewandte ChemieInternational Edition, 6(11), 951–952., 10–27.

Susanti, E. T., Rusminah, & Putri, A. K. (2016). Kompres hangatterhadap tingkat nyeri dismenore. Jurnal Keperawatan Volume 2, Nomor 1,Juli 2016 Hal 1-6, 2(1), 1–6.

Published

2023-12-28

How to Cite

Sartiya Rini, D., & Subera, I. (2023). A Case Report of Warm Compresses as Nursing Pain Management in Abdominal Colic. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(3), e894. https://doi.org/10.36990/hijp.v15i3.894

Citation Check