Hubungan Status Kalkulus Indeks Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMAN 2 Konawe Selatan

Authors

  • Indra Taufik Sahli Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia https://orcid.org/0000-0001-6237-6255
  • Sumi
  • Vip Paramarta
  • Euis Yanti Supartika
  • Margaretha Ita
  • Solhanhudi

Keywords:

Tartar, Dental health, Dental care

Abstract

Background: Calculus refers to the formation of mineral deposits that occur due to food remnants adhering to poorly cleaned dental plaque. This condition can lead to various dental problems. Calculus typically develops in hard-to-reach areas of the teeth, which are challenging to clean effectively. The research objective is to investigate the correlation between calculus index status and self-confidence among 11th-grade students at SMAN 2 Konawe Selatan. Research Method: This study employed an analytic observational method with a Cross-Sectional design. The sampling technique utilized simple random sampling, with a total sample size of 158 students. Data analysis was performed using Kendall's tau test with a significance level of a = 0.05. Research Results: The findings of this research revealed that the majority of respondents were females, accounting for 59.6% based on gender. Regarding age, the majority of respondents were 16 years old, constituting 63.9%. In terms of calculus index status, the majority fell into the moderate category, amounting to 60.1%. The Kendall's tau statistical test yielded a p-value of 0.000, which is less than 0.05. Conclusion: The study concludes that there is a correlation between calculus index status and self-confidence at SMAN 2 Konawe Selatan.

 

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hak asasi yang dimiliki manusia, kesehatan menjadi indicator utama keberhasilan pembangunan Kesehatan yang holistik dan berkelanjutan.  Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu dengan tujuan mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang paling optimal. Dalam upaya ini pembangunan di sektor kesehatan dalam kerangka system Kesehatan nasional bertujuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat secara keseluruhan, sehingga setiap individu dapat mencapai kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan mereka untuk hidup secara produktif baik secara sosial maupun ekonomi (Wijaya et al., 2011).

Kebersihan gigi dan mulut yang optimal adalah ketika gigi geligi dalam rongga mulut terjaga kebersihannya, tidak ada plak atau kotoran lain yang menempel pada permukaan gigi seperti sisa makanan, karang gigi, atau debris serta tidak ada bau yang tidak sedap di dalam mulut (Erwana, 2013).

Untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut salah satunya menggunakan metode pelatihan perawatan diri, yang merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut secara efektif. Ini mencakup Tindakan pencegahan awal terhadap penyakit dan pengobatan penyakit melalui system perawatan kesehatan. Inti dari perawatan diri adalah pengendalian, tanggung jawab, kebebasan, pilihan yang beragam dan peningkatan kualitas hidup. Tujuan perawatan diri adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan mengenai perawatan Kesehatan mereka (Fatimah, 2006; Maciel et al., 2009).

Salah satu indikator penentuan OHI-S yang baik atau buruk adalah dengan mengukur indeks kalkulus atau karang gigi dimana karang gigi adalah sebuah endapan yang keras yang menempel pada gigi dengan waktu yang lama yang sangat sulit di hilangkan dengan menyikat gigi. Pada dasarnya karang gigi yang terdapat pada gigi akan mengurangi kepercayaan diri pada seseorang karena karang gigi dapat juga menyebapkan bau mulut atau halitosis yang mengurangi kepercayaan diri pada seseorang (Hakim, 2006).

Tingkat kepercayaan diri merupakan salah satu elemen kepribadian yang mencerminkan kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Kepercayaan diri adalah kondisi psikologis atau mental dimana seseorang memiliki keyakinan yang kuat dalam melakukan Tindakan tertentu. Individu yang kurang percaya diri cenderung memiliki citra diri yang negative dan kurang yakin dengan kemampuannya. Oleh karena itu mereka sering cenderung menutup diri (Hariyanti, 2008).

Saat dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, para pemuda seringkali menghadapi tantangan Kesehatan, termasuk masalah Kesehatan gigi dan mulut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa kelompok siswa sekolah merupakan kategori yang tepat untuk mendapatkan penyuluhan Kesehatan mengenai pentingnya menjaga Kesehatan rongga mulut dan jaringan sekitarnya (Herijulianti et al., 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan status kalkulus indeks dengan keperpercayaan diri pada siswa kelas XI di SMAN 2 Konawe selatan.

METODE

Penelitian ini berupa  penelitian observasional analitik. Desain  penelitian yang digunakan ialah Cross Sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Agustus 2019 dengan lokasi penelitian di SMAN 2 Konawe Selatan. Total populasi sebanyak 186 siswa. Teknik pengambilan sampel  dengan metode purposive sampling  dengan krikteria inklusi yaitu responden bersedia diikutkan dalam penelitian, responden hadir saat penelitian dan responden memiliki gigi permanen yang lengkap. Sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 158 orang siswa kelas XI.

Pemeriksaan kalkulus indeks dilakukan dengan memeriksa 6 gigi geligi. Alat  yang digunakan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit. Pemeriksaan dilakukan dgn cara menempatkan sonde pada 1/3 insisal/oklusal gigi dan kemudian digerakan ke arah 1/3 gingival. Untuk rahang atas Pemeriksaan bagian bukal (pipi) karena saluran muara untuk kelenjar saliva ada pada glandyla parotis. Untuk rahang bawah bagian lingual (lidah) karena saluran muara untuk kelenjar saliva ada pada glandula sublingualis.

Pengukuran tingkat kepercayaan diri menggunakan kuisioner berdasarkan skala Linkert dan dibuat skoring dimana skor 97-120 menunjukan kategori penuh percaya diri, skor 73-96; memiliki rasa percaya diri tinggi, skor 49-72, memiliki rasa percaya diri sedang, skor 25-48; memiliki rasa percaya diri rendah, skor 0-24; tidak memiliki rasa percaya diri. Kriteria penilaian skor kalkulus indeks mengikuti ketentuan sebagai berikut: Baik jika nilai berada diantara 0-0,6; Sedang jika nilai berada diantara 0,7-1,8; Buruk jika nilai berada diantara 1,9-3,0 (Basuni & Putri, 2014).

Untuk menjaga privasi responden dan menghindari bias terkait penelitian ini pemeriksaan dilakukan di ruangan tertutup dan dilakukan secara bergantian. Analisis data  menggunakan metode uji Kendall rank correlation coefficient untuk mengetahui hubungan status kalkulus indeks dengan kepercayaan diri pada siswa kelas XI di SMAN 2 Konawe selatan.

HASIL

Variabel Frekuensi (n=158) Persentase (100%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 76 42,4
Perempuan 91 57,6
Umur (Tahun)
15 38 24,1
16 101 63,9
17 17 10,8
18 1 6
Table 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Responden penelitian paling banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 91 orang (57,6%), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebesar 76 orang (42,4%). Responden dengan umur 16 tahun sebesar 101 orang (63,9%) dan di ikuti berturut-turut pada usia 15, 17 dan 18 tahun.

Variabel Frekuensi (n=158) Persentase (100%)
Status Kalkulus Indeks
Baik 55 34,8
Sedang 95 60,1
Buruk 8 5,1
Kepercayan Diri
Penuh Rasa Percaya diri 94 59,5
Memiliki Rasa Percaya Diri Tinggi 53 33,5
Memiliki Rasa Percaya Diri Sedang 5 3,2
Memiliki Rasa Percaya Diri Rendah 6 3,8
Tidak Memiliki Rasa Percaya Diri 0 0
Table 2. Distribusi Frekuensi Variabel Status Kalkulus Indeks dan Kepercayaan Diri

Kalkulus indeks responden lebih banyak dengan kategori sedang yaitu 95 orang (60,1%) . Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4, menunjukkan bahwa kepercayaan diri responden lebih banyak dengan kategori penuh rasa percaya diri yaitu 94 orang (59,5%).

Kalkulus indeks Kepercayaan diri p-value
Mean Mean
1,4494 1,5127 0,000
Table 3. Hasil Uji Statistik Kendall Rank Correlation Coefficient

Berdasarkan hasil analisis koefisien Uji Kendall dengan nilai p = 0.000 (p<0.05).

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian pada Tabel 1, menunjukkan responden penelitian paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 91 orang (57,6%), sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 76 orang ( 42,4 %). Banyaknya jumlah responden perempuan sesuai dengan jumlah siswa kelas XI di SMA 2 Konawe Selatan secara keseluruhan yaitu 186 dan yang terbanyak adalah perempuan. Selain itu berdasarkan umur berturut-turut paling banyak umur 16 tahun sebanyak 101 orang (63,9%), umur 15 tahun sebanyak 38 orang ( 24,2 %), umur 17 tahun sebanyak 17 orang ( 10,8 %) dan umur 18 tahun sebanyak 1 orang ( 6 %). Hal ini di karenakan usia sekolah untuk setingkat sekolah menengah atas dengan golongan anak remaja dengan usia 15 -18 tahun.

Kalkulus indeks responden kategori sedang yaitu 95 orang (60,1%), kategori baik 55 orang ( 34,8%), kategori buruk 8 orang ( 5,1 %). Dari data primer yang didapatkan melalui hasil pemeriksaan langsung, kategori sedang, merupakan kategori terbanyak dengan pemeriksaan Kalkulus indeks, artinya skor kalkulus berada pada nilai 0,7-1,8 (Basuni & Putri, 2014). Kalkulus atau karang gigi merupakan endapan mineral yang menempel pada plak yang disebabkan oleh sisa makanan dan terdapat pada enamel mahkota gigi yang tidak di bersihkan dengan baik, sehingga dapat menyebabkan masalah pada gigi. Kalkulus muncul pada permukaan gigi yang sulit dibersihkan. Kalkulus ini juga menjadi tempat menempelnya mikroorganisme di dalam mulut. Kalkulus juga dapat menyebabkan bermacam-macam penyakit gusi antara lain radang gusi, yang ditandai dengan gusi tampak berwarna merah, agak bengkak dan sering berdarah pada saat menggosok gigi (Asmawati, 2018).

Kepercayaan diri responden lebih banyak dengan kategori penuh rasa percaya diri yaitu 94 orang (59,5%). Dengan hasil pembagian angket kuesioner didapatkan kategori tertinggi dengan penuh rasa percaya diri. Kepercayaan diri yang ada adalah salah saatu bukti bahwa siswa kelas XI di SMAN 2 Konawe Selatan memiliki tingkat kepercayaan diri yang bagus. Kepercayaan diri adalah sikap yang melekat pada individu yang menunjukan keyakinan dalam kemampuannya sendiri, optimis, dan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan baik (Deni, 2016). Kepercayaan diri dianggap sebagai faktor Percaya diri merupakan salah satu kekuatan jiwa yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai berbagai tujuan hidupnya (Mollah, 2019). Dalam kehidupan kepercayaan diri sangat menunjang dalam  beraktivitas, salah satunya berkomunikasi, seseorang  akan memiliki rasa percaya diri penuh apabila memiliki bau mulut yang sedap, sebaliknya akan merasa kurang percaya diri apabila memiliki bau mulut kurang sedap. Penyebab bau mulut yang kurang sedap adalah oral hygiene yang tidak berjaga dengan baik, salah satunya adanya kalkulus yang melekat pada gigi (Herijulianti et al., 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 2 Konawe Selatan dengan analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi Kendall-tau pada tingkat kepercayaan 95% ? < 0,05, diperoleh p value = 0,000, Yang artinya terdapat hubungan Status Kalkulus Indeks dengan Kepercayaan siswa kelas XI di SMAN 2 Konawe Selatan. Hal ini disebabkan rongga mulut merupakan penunjang utama estetika saat berhadapan dengan orang lain. Gigi yang bersih dan sehat akan membuat orang nyaman berbicara dengan orang lain. Namun bila muncul masalah di gigi, percaya diri langsung hilang dan malu saat membuka mulut (Erwana, 2013; Fatimah, 2006).

Kesehatan rongga mulut memiliki peran penting terhadap masalah komponen hidup sehat. Jika kebersihan mulut tidak terjaga dengan baik dapat menyebabkan timbulnya penyakit di dalam rongga mulut. Penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis, serta karies gigi merupakan akibat kebersihan mulut yang tidak optimal. Penyakit-penyakit ini terjadi didalam rongga mulut dan dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis (Basuni & Putri, 2014).

Seseorang yang memiliki gigi yang sehat tak hanya baik untuk kesehatan gigi dan mulut tetapi baik untuk kesehatan secara umum. Untuk menghindari hal yang bisa merusak kesehatan gigi dan mulut, tentunya semua orang harus menyadari pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut, dengan melakukan konsultasi gigi dan mulut secara berkala, minimal 6 bulan sekali (Erwana, 2013; Hakim, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

Ada hubungan yang signifikan antara status kalkulus indeks dengan kepercayaan diri siswa kelas XI di SMAN 2 Konawe Selatan. Berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variabel lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri selain kalkulus indek, misalnya faktor sosial, faktor lingkungan atau faktor psikologis, dan perlu dilakukan penelitian tentang debris indeks untuk mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut.

Kekurangan Penelitian

Tidak mengukur faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri siswa selain kalkulus indek, misalnya faktor sosial, faktor lingkungan atau faktor psikologis.

Ucapan Terimakasih

Kepada Kepala Sekolah SMAN 2 Konawe Selatan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, A. (2018). Perbandingan Indeks Kalkulus Yang Mengonsumsi Air Minum Isi Ulang dan Air Sumur di Desa Mataiwoi Kecamatan Mowila. JURNAL KESEHATAN DAN KESEHATAN GIGI, 1(1), 1-5.

Basuni, C., & Putri, D. K. T. (2014). Gambaran Indeks Kebersihan Mulut Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar. Dentino jurnal kedokteran gigi, 2(1), 18-23.

Deni, A. U. I. (2016). Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri. Jurnal Educatio, 2(2), 43-52.

Erwana, A. F. (2013). Seputar Kesehatan Gigi Dan Mulut Andi Publisher.

Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan. CV Pustaka Setia.

Hakim, A. (2006). Analisis Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Provinsi Jawa Tengah. JRBI, 2(2), 165-180.

Hariyanti, N. (2008). Mengatasi Kegagalan Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak dengan Pendekatan Psikologi. Dentika Dental Journal, 13(1).

Herijulianti, E., Indriani, T. S., & Artini, S. (2013). Pendidikan kesehatan gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maciel, M. d. A. S., Cordeiro, P. M., d’Ávila, S., Godoy, G. P., Alves, R. D., & Lins, R. D. A. U. (2009). Assessing the Oral Condition of Visually Impaired Individuals Attending the Paraíba Institute of the Blind. Revista Odonto Ciencia, 24(4), 354-360.

Mollah, M. K. (2019). Kepercayaan Diri dalam Peningkatan Keterampilan Komunikasi. El-Banat: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 9(1), 1-20.

Wijaya, A., Sunoto, R. I., & Gondhoyoewono, T. (2011). Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Berobat Ke Dokter Gigi. Majalah Ilmu Kedokteran Gigi(2011).

Published

2023-06-12

How to Cite

Sahli, I. T., Sumi, Paramarta, V., Supartika, E. Y., Ita, M., & Solhanhudi. (2023). Hubungan Status Kalkulus Indeks Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa SMAN 2 Konawe Selatan. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), Version 1. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/917

Issue

Section

Original Research

Citation Check