Training of Integrated Healthcare Center Cadres on Postpartum Care
DOI:
https://doi.org/10.36990/jippm.v1i1.278Keywords:
Care, Cadres, Integrated healthcare center, Training, Post partumAbstract
Postpartum care is needed because it is a critical period in which 60% of maternal deaths occur during the puerperium. Midwives who are responsible for providing care during the postpartum period really need help from the community. Cadres as part of the community are very important to be given guidance including postpartum care so that they can help health workers in providing education to mothers. The purpose of the activity is to provide training for cadres regarding postpartum care and increasing knowledge of cadres about postpartum care. The methods used are lectures and simulations. Activities involving the coordinating midwife at the Soropia Public health center and Integrated Healthcare Center cadres in Soropia Subdistrict is 30 people as the target of coaching. The results of the dedication showed that the mean pre-test score for knowledge was 58.52 and the mean score for the post-test for knowledge was 85.93. The results of the dedication can be concluded that there is an increase in the knowledge of cadres. This activity is very important so that cadres can educate postpartum mothers and their families so that in the future the mother and baby pass the postpartum period healthily and happily.
PENDAHULUAN
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan AKI prov. Sultra mengalami peningkatan dari 117/100.000 KH pada tahun 2018 menjadi 128/ 100.000 KH pada tahun 2019. Kasus kematian Ibu terbanyak adalah kasus kematian Ibu bersalin sebesar 32 kasus, kematian Ibu nifas sebanyak 20 kasus dan kasus kematian Ibu hamil sebanyak 8 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020). Berdasarkan data tersebut kasus kematian ibu pada masa nifas di provinsi Sulawesi Tenggara menempati posisi kedua. Data WHO menunjukkan lebih dari 60% kematian ibu terjadi di masa nifas, 45% diantaranya dalam waktu 1 hari, 65% dalam 1 minggu, dan lebih dari 80% dalam 2 minggu dari persalinan (Kementerian Kesehatan, 2014).
Tingginya kasus kematian ibu didisebabkan oleh beberapa faktor utama seperti kualitas pelayanan yang tidak optimal. Faktor lain yang dapat meningkatkan kematian ibu adalah rendahnya akses dan kualitas pelayanan ibu dan anak, kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat, ketidaksetaraan gender, nilai budaya, rendahnya perekonomian, rendahnya perhatian suami terhadap ibu hamil dan melahirkan, faktor sosial ekonomi rendah, seperti tinggal di daerah pedesaan, pengangguran, kurang kebersihan, kemiskinan dan tidak tersedianya perawatan kehamilan dan adat kebiasaan masyarakat dalam keterampilan perawatan segera setelah melahirkan. Faktor sosial pada periode nifas juga dapat menimbulkan masalah kesehatan dan potensi komplikasi (Lubis, 2015).
Periode nifas adalah salah satu periode krisis dalam proses kehidupan seorang perempuan dan merupakan masa sulit, khususnya pada kehamilan pertama. Hal ini menjadi pengalaman baru, baik istri maupun suami, sehingga yang dirasakan adalah kebingungan, khususnya istri yang akan merasakan perasaan cemas, takut, dan bahagia (Nurhidayah et al., 2019). Hal ini menunjukkan asuhan pada masa ini sangat penting. Namun apabila dilihat pada kondisi lapangan, perawatan nifas menjadi aspek yang diabaikan dari perawatan kesehatan wanita. Masa transisi ini sering dianggap sementara atau tidak penting (Nurrahmaton & Sartika, 2018).
Permasalah-permasalahan yang timbul di atas dikarenakan karena kesalahan informasi dan kurangnya pengetahuan terjadi terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan (primipara). Pengalaman ibu dalam perawatan bayi baru lahir, kondisi selama sebelum persalinan dan pendidikan sebelum persalinan penting untuk kesiapan perawatan diri dan bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan, 2014; Nuryati, 2017).
Berdasarkan survei awal pada Puskesmas Soropia, bidan desa membutuhkan dukungan masyarakat untuk membantu memberikan edukasi dan mendukung ibu melewati masa nifas. Kader posyandu sebagai wakil masyarakat sangat diharapkan perannya dalam membantu bidan. Kader posyandu selama ini hanya dapat memberitahu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum sampai pada perawatan ibu masa nifas.
Kader sangat berperan penting dalam penyebarluasan informasi kesehatan. Hasil Penelitian Susanto et al (2017) menggambarkan peran kader adalah sebagai seorang motivator kesehatan, mampu mengidentifikasi kebutuhan, hambatan serta berkoordinasi dalam memberikan pelayanan kesehatan bersama dengan petugas medik dan penyuluh kesehatan. Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Rodiah et al (2017) di Kecamatan Jatinagor menunjukkan terdapat kesamaan persepsi pada kader bahwa derajat kesehatan akan meningkat melalui penyebarluasan informasi kesehatan dan penguatan peran dari kader itu sendiri. Pemberdayaan kader yang dilaksanakan oleh Nurhidayah et al (2019) di Desa Cibeber dan Desa Panyiaran Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya memperlihatkan peningkatan pengetahuan kader. Berdasarkan hal tersebut pentingnya penguatan peran kader dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui pembinaan terutama terkait perawatan masa nifas. Hal ini untuk menunjang penurunan AKI di Indonesia.
METODE
Metode pelaksanaan kegiatan melalui ceramah dan simulasi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) diselenggarakan oleh Tim PKM Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari bekerjasama dengan Kecamatan Soropia dan Puskesmas Soropia. Sasaran kegiatan PKM adalah kader posyandu Kecamatan Soropia yaitu pada lima desa (Desa Mekar, Desa Bajo Indah, Desa Leppe, Desa Samajaya, dan Desa Bokori) dengan masing-masing kader perdesa berjumlah 6 orang sehingga total keseluruhan adalah 30 orang. Adapun tahapan kegiatan adalah sebagai berikut:
Kader posyandu diminta mengisi kuesioner untuk mengukur pengetahuan awalnya tentang perawatan masa nifas.
Tim pengabdian memberikan materi tentang perawatan masa nifas yaitu nutrisi pada ibu nifas, personal hygiene pada masa nifas. Tim pengabdi dengan melibatkan mahasiswa dan bidan mensimulasikan cara yang benar dalam perawatan payudara dan perawatan luka perineum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2019 di posko Maritim Desa Mekar Kecamatan Soropia melibatkan 30 orang. Pelaksanaan kegiatan dihadiri oleh Sekretaris Desa Mekar sebagai perwakilan pemerintah setempat, bidan, dan para kader.
Kegiatan dimulai dengan pengisian kuesioner prates untuk mengukur pengetahuan awal kader sebelum pemaparan materi diberikan. Kegiatan selanjutnya adalah penyampaian materi oleh Tim Pengabdi tentang pola nutrisi pada ibu nifas termasuk takaran konsumsi harian, cara menjaga personal hygiene. Pada kegiatan ini juga diberikan simulasi dan demonstrasi tentang cara merawat payudara dan merawat luka perineum pada ibu nifas. Peserta pelatihan mendapatkan booklet tentang perawatan masa nifas yang dapat dijadikan acuan dalam mengedukasi masyarakat sekitarnya nantinya.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya (Windarti & Dewi, 2018). Pada tahap ini sangat penting dukungan petugas kesehatan dan orang sekitar agar masa nifas berlangsung normal.
Kader adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan atau masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (Wulandari, 2011). Kader Kesehatan yang berada dimasyarakat wajib mempunyai bekal tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap kesehatan yang terjadi di kalangan masyarakat. Kader kesehatan merupakan sasaran yang tepat dalam pelaksanaan program Kesehatan seperti pelatihan dan pemberian edukasi karena dianggap sebagai tempat rujukan pertama pelayanan kesehatan (Figure 1A).
Pada hasil pengabdian menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan kader setelah mendapatkan edukasi tentang perawatan masa nifas (Figure 1B). Hasil ini sejalan dengan pengabdian yang dilakukan oleh Nurhidayah et al (2019) di Desa Cibeber dan Desa Panyiaran bahwa terdapat peningkatan pengetahuan kader sebesar rata-rata 45% setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan dapat mempengaruhi kader dalam memberikan konseling kepada masyarakat guna meningkatkan atau mengoptimalisasi derajat kesehatan masyarakat.
Pemberian edukasi kepada kader sangat penting. Peningkatan pengetahuan dapat terjadi karena adanya suatu informasi baru yang disampaikan kepada kader melalui pelatihan, dimana informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan dari informasi sebelumnya (Rini & Kumala, 2017; Yuliana & Hakim, 2020). Promosi kesehatan melalui pemberian informasi dan pelatihan kader terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan.
KESIMPULAN
Hasil yang telah dicapai pada saat terselenggaranya kegiatan ini adalah terselenggaranya pembinaan kader tentang perawatan masa nifas dan terjadi peningkatan pengetahuan kader setelah diberikan edukasi.
Peningkatan pengetahuan kader setelah kegiatan diharapkan dapat menjadi agen informasi dalam mengedukasi masyarakat khususnya ibu terkait perawatan masa nifas yang baik dan benar.
Terima kasih kami ucapkan kepada Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah mensponsori dana. Terima Kasih juga kepada Pemerintah Kecamatan Soropia, Puskesmas Soropia dan Bidan Yusnita yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini.
References
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2020). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kementerian Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
Lubis, Z. (2015). PENGETAHUAN DAN TINDAKAN KADER POSYANDU DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK BALITA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 65. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3473
Nurhidayah, I., Hidayati, N. O., & Nuraeni, A. (2019). Revitalisasi Posyandu melalui Pemberdayaan Kader Kesehatan. Media Karya Kesehatan, 2(2). https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22703
Nurrahmaton, N., & Sartika, D. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Perawatan Luka Perineum dengan Proses Penyembuhan Luka di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni, Amkeb Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(1), 20. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i1.3911
Nuryati, R. D. Y. S. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Sosial terhadap Peningkatan Pengetahuan Perawatan Nifas dan Kepatuhan Kunjungan Ulang pada Ibu Nifas di Kota Bogor. Jurnal Bidan, 3(1), 234037.
Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice. Deepublish.
Rodiah, S., Lusiana, E., & Agustine, M. (2017). PEMBERDAYAAN KADER PKK DALAM USAHA PENYEBARLUASAN INFORMASI KESEHATAN DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG. Dharmakarya, 5(1). https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v5i1.9923
Susanto, F., Claramita, M., & Handayani, S. (2017). Peran kader posyandu dalam memberdayakan masyarakat Bintan. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(1), 13. https://doi.org/10.22146/bkm.11911
Windarti, Y., & Dewi, U. M. (2018). PENGARUH PARITAS DAN MEDIA KONSELING MASA NIFAS TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN MANDIRI IBU POST PARTUM DI BPM VIVI SURABAYA. Journal of Health Sciences, 11(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v11i1.547
Wulandari, S. R. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Gosyen Publishing.Yuliana, W., & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Additional Files
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2021 Khalidatul Khair Anwar, Syahrianti, Sultina Sarita, Nurnasari Patongai
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Funding data
-
Poltekkes Kemenkes Kendari
Grant numbers UT.02.01/1/5141/2019