A Survey of Midwifery Care Needs in Mother and Child Health Care
DOI:
https://doi.org/10.36990/hijp.v15i3.1064Keywords:
Care, Mother's needs, Satisfaction, Midwifery, ServicesAbstract
The development of services in various fields is always directed at the needs of its users, as an answer to the demands of the needs of the community. Midwifery care with mothers as the main users, so far has not met the needs of the community. This has an impact on the achievement of success indicators for mother and child services that have not met expectations. Therefore, it is necessary to know the needs of the community for midwifery care as a basis for improving midwifery care in Indonesia. This study aims to determine satisfaction with midwifery care. This study used a survey method, to find out the picture of maternal needs for midwifery care. The affordable population is mothers who receive midwifery care in several Puskesmas Kediri Regency, Bandung City, Padang City, Jakarta, Purwokerto, Surabaya and Tangerang. Sample selection was carried out by incidental sampling on all mothers who visited the maternal and child health poly (MCH) at the Puskesmas. The instrument used is a questionnaire. The data is analyzed and presented descriptively. Based on the data obtained, of the 604 mothers, it is known that only 2% (12) of mothers expressed satisfaction with the care provided by midwives. Further analysis per question item based on the aspect of care, it is known that the perception of aspects of care that are felt to be lacking is the cognitive aspect 18%, affective aspect 38% and skill aspect 44%. The care provided by midwives has not answered the needs of the community, as evidenced by the high level of maternal dissatisfaction with midwifery care.
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman berimplikasi pada dinamika tuntutan kebutuhan di berbagai bidang, termasuk juga pada pelayanan kesehatan masyarakat, salah satunya pelayanan kebidanan. Bidan sebagai salah satu pemberi asuhan kesehatan memiliki tugas meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak melalui upaya promosi, pencegahan, deteksi dini dan penanganan awal kegawatdaruratan (ICM, 2017, 2018). Pengguna asuhan kebidanan terutama adalah ibu, oleh karenanya asuhan kebidanan dipertimbangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan ibu. Sehingga asuhan kebidanan yang diberikan dapat memuaskan, berkualitas dan berkelanjutan.
Studi memberikan gambaran kualitas bidan di Indonesia, diuraikan bahwa keberadaan bidan desa belum memberikan solusi dari tujuan dibentuknya di awal. Studi menunjukkan bahwa jumlah bidan disuatu wilayah tidak berkorelasi secara bermakna terhadap angka kematian ibu. Studi tersebut memberikan gambaran kinerja bidan masih belum sesuai harapan dan belum memberikan kontribusi solusi terhadap permasalahan kesehatan yang terjadi (Cameron et al., 2019). Hasil studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kualitas pelayanan maternal, baik pelayanan antenatal, intranatal, posnatal, ataupun bayi baru lahir masih rendah. Skor rata-rata kualitas pelayanan pada tingkat pelayanan dasar (rumah sakit, Puskesmas, dan bidan praktik mandiri) dalam kategori rendah, yaitu 60,3 pada pelayanan antenatal, 75 pada asuhan persalinan dan 70,3 pada asuhan nifas (Indonesia MKR, 2012)
Rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan akan berakibat pada timbulnya permasalahan pada kesehatan ibu dan anak. Kualitas pelayanan ibu dan anak oleh tenaga bidan yang tidak baik dapat menurunnya minat dan kepercayaan masyarakat terhadap asuhan kebidanan, serta berkurangnya kepuasan masyarakat terhadap asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan. Kepuasan terhadap suatu pelayanan dapat terwujud jika apa yang diharapkan oleh pengguna dapat dipenuhi secara penuh oleh penggunanya. Dan jika yang diperoleh melebihi dari harapan pengguna, maka tercipta pelayanan prima. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian kebutuhan ibu terhadap asuhan kebidanan yang diterima untuk mewujudkan kepuasan ibu terhadap asuhan kebidanan, sebagai langkah awal untuk mewujudkan asuhan kebidanan prima.
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini berlokasi di Puskesmas Kabupaten Kediri, Kota Bandung, Kota Padang, Jakarta, Purwokerto, Surabaya dan Tangerang yang dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Februari sampai bulan Maret Tahun 2022.
Populasi dan Sampel
Populasi target survei adalah seluruh ibu yang mendapatkan asuhan kebidanan di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan aspek praktis, populasi terjangkau adalah ibu yang mendapatkan asuhan kebidanan di beberapa Puskesmas Kabupaten Kediri, Kota Bandung, Kota Padang, Jakarta, Purwokerto, Surabaya dan Tangerang. Jumlah sampel yang diperoleh adalah 604 orang.
Pengumpulan Data
Berdasarkan aspek praktis, populasi terjangkau adalah ibu yang mendapatkan asuhan kebidanan di beberapa Puskesmas Kabupaten Kediri, Kota Bandung, Kota Padang, Jakarta, Purwokerto, Surabaya dan Tangerang. Pemilihan sampel dilakukan secara incidental sampling pada seluruh ibu yang mengunjungi poli kesehatan ibu dan anak (KIA) di Puskesmas. Jumlah sampel yang diperoleh adalah 604 orang. Instrumen survei yang digunakan adalah kuesioner pertanyaan pilihan dan pertanyaan terbuka. Konten kuesioner meliputi pertanyaan tentang kepuasan ibu terhadap asuhan kebidanan yang pernah diterima dan kebutuhan ibu terhadap asuhan kebidanan. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan secara deskriptif, untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan dan harapan ibu pengguna layanan KIA terhadap pelayanan bidan.
Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen survei yang digunakan adalah kuesioner pertanyaan pilihan dan pertanyaan terbuka. Konten kuesioner meliputi pertanyaan tentang kepuasan ibu terhadap asuhan kebidanan yang pernah diterima dan kebutuhan ibu terhadap asuhan kebidanan. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan secara deskriptif, untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan dan harapan ibu pengguna layanan KIA terhadap pelayanan bidan.
HASIL
Gambar 1. Karakteristik Responden
Karakteristik sampel yang terpilih dalam penelitian ini paling banyak adalah ibu rumah tangga, dengan kisaran umur 20-35 tahun. Paritas paling banyak adalah ibu dengan multipara, diikuti dengan primipara. Tingkat pendidikan paling banyak adalah ibu dengan tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA).
Survei dilakukan untuk mengetahui persepsi ibu/ pengguna asuhan kebidanan pada poli kesehatan ibu anak (KIA) di Puskesmas terhadap kepuasan asuhan yang diberikan oleh bidan.
Gambar 2. Survei kepuasan asuhan kebidanan a) penilaian secara keseluruhan persepsi kepuasan; b) aspek asuhan kebidanan yang menyebabkan ibu merasa kurang puas terhadap asuhan yang diterima
Kepuasan diukur dengan cara menanyakan persepsi ibu yang pernah dan/ sedang mendapatkan asuhan kebidanan melalui beberapa aspek perspektif, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dalam melakukan asuhan) dan aspek skill (keterampilan dalam memberikan asuhan). Klien dinyatakan puas jika ibu menjawab puas pada seluruh item pertanyaan yang diajukan. Karena hal ini dapat diartikan bahwa asuhan kebidanan yang diberikan dapat memenuhi seluruh kebutuhan ibu. Teori kualitas pelayanan publik menyatakan bahwa terdapat tiga tipe kualitas pelayanan, yaitu pelayanan yang tidak memuaskan (pelayanan < kebutuhan pengguna), pelayanan memuaskan (pelayanan = kebutuhan pengguna) dan pelayanan prima (pelayanan > kebutuhan pengguna).
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 604 ibu diketahui sebesar 98% (592) ibu kurang puas dengan asuhan yang diberikan bidan, dan sebesar 2% (12) ibu menyatakan puas terhadap asuhan yang diberikan bidan. Analisis lanjut terhadap data survey per item soal yang dikelompokkan berdasarkan aspek asuhan, diketahui persepsi dari aspek asuhan yang dirasa kurang adalah pada aspek kognitif sebesar 18%, aspek afektif 38% dan aspek keterampilan sebesar 44%.
Selanjutnya survei terbuka yang menanyakan tentang harapan ibu/ pengguna asuhan kebidanan.
Gambar 3. Survei kebutuhan asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh ibu adalah asuhan yang dilakukan secara ramah (26,9%), asuhan diberikan dengan sabar (20,9%) serta saat memberikan asuhan bidan tanggap dan penuh perhatian (13,3%). Sebesar 12,9% ibu menginginkan asuhan diberikan oleh bidan yang pintar, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sebesar 8% ibu mengharapkan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan sopan, 6% ibu mengharapkan asuhan kebidanan diberikan oleh bidan yang terampil, 4,8% ibu menginginkan saat memberikan asuhan bidan sigap dan selalu ada jika dibutuhkan. Sebesar 7,2% memiliki berbagai harapan lain, meliputi bidan yang teliti, berpengalaman, rapi, bijaksana, tepat waktu, tanggung jawab dan adil.
PEMBAHASAN
Kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Mendiknas, 2002). Sehingga kompetensi seseorang tidak terlepas dari persepsi penggunanya terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan dituntut untuk mampu menjawab kebutuhan/ harapan masyarakat.
Asuhan kebidanan merupakan komponen utama dari pelayanan maternitas, dengan filosofi dasar asuhannya adalah women centered care (asuhan yang terpusat pada wanita). Asuhan yang berpusat pada wanita (women centred care) merupakan asuhan yang mengutamakan harapan dan kebutuhan wanita, asuhan yang berkesinambungan (continuity of care), mengikut sertakan wanita dalam setiap pengambilan keputusan, pemberian asuhan klinik yang efektif, penuh tanggung jawab serta terjangkau (Davis et al., 2021; Davison, 2021). Selain itu setiap asuhan juga perlu disertai dengan sikap (caring attitude) yang baik. Sehingga diharapkan asuhan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan klien, penggunaan pelayanan/ asuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas pelayanan/ asuhan (Fontein-kuipers et al., 2018).
Analisis terhadap data survei per item soal yang dikelompokkan berdasarkan aspek asuhan, meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek keterampilan dalam meberikan asuhan (skill). Diketahui persepsi dari aspek asuhan yang dirasa kurang adalah pada aspek kognitif sebesar 18%, aspek afektif 38% dan aspek keterampilan sebesar 44%. Hasil penelitian ini penting untuk menjadi perhatian perlunya peningkatan kualitas kompetensi bidan. Studi menunjukkan upgrading pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan in-service diketahui memberikan dampak pada kualitas pelayanan yang lebih baik, sehingga didapatkan luaran maternal yang juga lebih baik (Dzomeku et al., 2019).
Hasil survei menunjukkan bahwa ibu yang telah mendapatkan asuhan kebidanan, sebanyak 98% kurang puas terhadap asuhan yang diberikan bidan. Hasil ini senada dengan studi yang dilakukan oleh Hermanto (2010) tentang Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kebidanan di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur, yaitu sebesar 53,3% responden menyatakan pelayanan yang diberikan tidak baik dan 53,3% responden menyatakan tidak puas terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan. Hasil serupa pula dengan studi yang dilakukan Kemenkes, tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di Indonesia 2012, menunjukkan bahwa kompetensi lulusan bidan masih di bawah standar (dibawah 70%). Sehingga strategi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu di Indonesia, salah satunya difokuskan pada peningkatan kualitas kompetensi lulusan bidan.
Data survey kualitatif menunjukkan bahwa asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh ibu adalah asuhan yang dilakukan secara ramah (26,9%), asuhan diberikan dengan sabar (20,9%) serta saat memberikan asuhan bidan tanggap dan penuh perhatian (13,3%). Sebesar 12,9% ibu menginginkan asuhan diberikan oleh bidan yang pintar. Bidan yang pintar adalah bidan yang dapat menjelaskan, mengerti keluhan yang disampaikan klien, mampu memenuhi kebutuhan ibu, memberikan saran dengan tepat, tepat dalam memeriksa dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Sebesar 8% ibu mengharapkan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan sopan, 6% ibu mengharapkan asuhan kebidanan diberikan oleh bidan yang terampil, 4,8% ibu menginginkan saat memberikan asuhan bidan sigap dan selalu ada jika dibutuhkan. Sebesar 7,2% memiliki berbagai harapan lain, meliputi bidan yang teliti, berpengalaman, berpenampilan rapi, bijaksana, tepat waktu, tanggung jawab dan adil. Hasil penelitian ini sejalan dengan artikel yang menguraikan tentang softskill yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, termasuk bagi seorang bidan. Softskill tersebut yaitu kemampuan berkomunikasi dengan baik; perhatian/ tanggap dan sabar; fleksibel, adaptif dan stabil secara emosi; proaktif, etis dan bertanggung jawab; jujur; mampu bekerja efektif dalam tim; pekerja keras; dan mamiliki kemampuan manajemen waktu yang baik untuk memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien/klien (Murphy, 2022).
Data survey kuantitatif yang diperoleh pada dasarnya senada dengan data hasil survey kualitatif, bahwa asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh klien agar terwujud kepuasan asuhan, terutama didasarkan pada aspek sikap dan keterampilan. Sedangkan aspek kognitif atau kepintaran bidan dalam memberikan asuhan bukan menjadi kebutuhan utama ibu.
Sikap dalam memberikan asuhan ditunjukkan dalam suatu asuhan yang disertai dengan soft skill yang baik. Softskill adalah atribut personal yang dimiliki oleh seseorang agar dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan harmonis (Creel et al., 2002). Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk menanamkan softskill pada mahasiswanya, karena softskill yang ditanamkan pada periode tersebut dapat memberikan pengaruh besar pada kelanjutan kehidupan mahasiswa (Schulz, 2008). Selain itu, studi menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang dalam bekerja, lebih dari 50% ditentukan oleh kualitas softskill, sedangkan aspek hardskill hanya menyumbangkan sekitar 20-30% (Majid et al., 2012).
Softskill yang ditularkan merupakan dasar untuk membentuk sikap professional. Softskill tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan membentuk karakter tenaga kesehatan. Studi yang dilakukan Hur (2021) mengidentifikasi indikator dari karakter seorang tenaga kesehatan berdasarkan perspektif ekspertis pendidikan profesional kesehatan dan pendidikan, menyimpulkan 5 indikator utama karakter tenaga kesehatan. Kelima indikator kompetensi berdasarkan presentase masing-masing adalah kesabaran dalam mengelola pasien “patient” (38,1%), empati terhadap kondisi/keadaan pasien “empathy” (20,6%), layanan kesehatan yang berkualitas “qualities” (15,9%), sikap yang baik dalam memberikan layanan “attitude” (26,3%) dan kemampuan memberikan layanan “ability” (15,9%).
Pembentukan pengetahuan, keterampilan disertai sikap yang baik dapat diperoleh dari proses pendidikan, karena pendidikan merupakan proses memperoleh intelektual dan keterampilan, mengembangkan kualitas moral dan menerapkan budi pekerti dan perilaku yang baik (Badran, 1995). Pendidikan bidan dengan memperhatikan seluruh aspek tersebut diatas, diharapkan dapat menciptakan bidan yang kompeten, berkualitas dan mampu mewujudkan kepuasan penggunanya. Selanjutnya, kegiatan belajar tidak hanya berhenti setelah menyelesaikan pendidikan pre-service, namun penting bagi bidan untuk terus belajar berkelanjutan pada tingkatan in-service, guna melengkapi dan mempertahankan kualitas asuhan kebidanan yang dimiliki (Yigzaw et al., 2015; Dzomeku et al., 2019)
Permasalahan yang dihadapi oleh profesi Bidan memang ada, namun jika permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik maka Bidan menjadi harapan kesehatan wanita itu nyata. Artikel yang cukup optimistik terhadap profesi bidan secara global berjudul: “Potential impact of midwives in preventing and reducing maternal and neonatal mortality and stillbirths: a Lives Saved Tool modelling study” menegaskan bahwa bidan akan mampu berkontribusi secara substansial untuk menurunkan kematian ibu dan bayi asalkan bidan memiliki keterampilan dan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi bidan Internasional, mampu menjadi bagian dari tim pelayanan kesehatan dengan keterampilan kerja dalam tim yang baik, serta mampu bekerja pada segala situasi (enabling environment) sesuai dengan batas kewenangannya (Nove et al., 2021).
KESIMPULAN DAN SARAN
Asuhan yang diberikan bidan belum menjawab kebutuhan masyarakat, terbukti dengan masih tingginya ketidakpuasan ibu terhadap asuhan kebidanan. Kebutuhan ibu terhadap asuhan kebidanan adalah bidan yang pintar, terampil disertai sikap dan perilaku yang baik dalam memberikan asuhan. Oleh karena itu, penting bagi bidan untuk terus berbenah dan belajar berkelanjutan pada tingkatan in-service, guna melengkapi dan mempertahankan kualitas asuhan kebidanan yang dimiliki.
References
Badran, I. G. (1995) ‘Knowledge, attitude and practice the three pillars of excellence and wisdom: a place in the medical proffesion’, East Mediterr health j., 1(1), pp. 1–9.
Cameron, L., Suarez, D. C. and Cornwell, K. (2019) ‘Understanding the determinants of maternal mortality: An observational study using the Indonesian Population Census’, PLoS ONE, 14(6), pp. 1–18.
Creel, L. C., V.Sass, J. and V.Yinger, N. (2002) ‘Client-Centered Quality: Clients’ Perspectives and Barriers to Receiving Care’, Population Council and Population Reference Bureau, 2, pp. 1–8.
Davis, D. L. et al. (2021) ‘Development of the Woman ? Centred Care Scale ? Midwife Self Report (WCCS ? MSR)’, BMC Pregnancy and Childbirth. BioMed Central, 21(523), pp. 1–11. doi: 10.1186/s12884-021-03987-z.
Davison, C. (2021) Woman-centred care, British Journal of Midwifery. Available at: https://www.britishjournalofmidwifery.com/content/birthwrite/woman-centred-care/
Dzomeku, V., Dphil, B. V. W. and Lori, J. (2019) ‘An Integrative Literature Review of Interventions Addressing Knowledge, Attitudes, and Skills of Health Team to Achieve Best Maternal Outcomes’, Journal of Midwifery & Reproductive Health, 7(4), pp. 1858–1867. doi: 10.22038/jmrh.2019.38235.1425.
Fontein-kuipers, Y., Groot, R. De and Staa, A. Van (2018) ‘Woman-centered care 2 . 0?: Bringing the concept into focus’, European Journal of Midwifery, 2(May), pp. 1–12.
Hermanto, D. (2010) Pengaruh persepsi mutu pelayanan kebidanan terhadap kepuasan pasien rawat inap kebidanan di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur. Universitas Diponegoro.
Hur, Y. (2021) ‘Definition of character for medical education based on expert opinions in Korea’, J Educ Eval Health Prof, 18(26), pp. 1–8.
ICM (2017) Global Standards for Midwifery Education (2010) Amended 2013, ICM. Available at: https://www.internationalmidwives.org
ICM (2018) Essential Competencies for Midwifery Practice - 2018 Update, ICM. Available at: https://www.internationalmidwives.org/
Indonesia MKR (2012) ‘Pengumpulan Data dan Kajian Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu pada Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan di Indonesia’. Jakarta.
Majid, S. et al. (2012) ‘Importance of Soft Skills for Education and Career Success’, International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education, 2(2), pp. 1036–1042.
Mendiknas (2002) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Indonesia.
Murphy, H. (2022) The Importance of “Soft” Skills in Nursing & Healthcare Professions, Elsevier Education. Available at: https://evolve.elsevier.com
Nove, A. et al. (2021) ‘Potential impact of midwives in preventing and reducing maternal and neonatal mortality and stillbirths?: a Lives Saved Tool modelling study’, The Lancet Global Health. 9(1), pp. e24–e32. doi: 10.1016/S2214-109X(20)30397-1.
Schulz, B. (2008) ‘The Importance of Soft Skills: Education beyond academic knowledge.’, Journal of Language and Communication, 10.
Yigzaw, T. et al. (2015) ‘How well does pre-service education prepare midwives for practice: competence assessment of midwifery students at the point of graduation in Ethiopia’, BMC Medical Education. BMC Medical Education, 15(130), pp. 1–10. doi: 10.1186/s12909-015-0410-6.
Downloads
Additional Files
Published
Versions
- 2023-12-31 (2)
- 2023-12-31 (1)
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Fitra Duhita, Bayu Irianti, Erda Mutiara Halida, Setiya Hartiningtyaswati, Nova Yulianti, Fitria Prabandari, Yuliza Anggraini, Nova Yulita (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the works authorship and initial publication in this journal and able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journals published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).