Social Skills Training Interventions in Schizophrenic Patients: A Literature Review
DOI:
https://doi.org/10.36990/hijp.v15i3.1151Keywords:
Social skills training, Schizophrenia, IntervensionAbstract
Deficiencies in thinking, perception, unnatural or dull affect and social behavior, including decreased or inability to communicate as well as experiencing difficulty in carrying out activities experienced by schizophrenia sufferers, indicate that they need training in communication and social skills. This requires social skills training intervention in order to improve communication abilities and social skills. This article was written to determine social skills training interventions for schizophrenia patients through a literature study search, the writing method was carried out using a journal review approach from Pro Quest, Oxford, Sage Journal, Scopus, science Direct and PubMed with the keywords Social Skills Training AND Schizophrenia in each journal. The search was carried out from June 2023-August 2023 with the inclusion criteria being clinical trial articles, year of publication in the last 10 years, namely 2023 to 2023, English language, and quantitative methods. The results of this study stated that the initial search yielded 8,332 publications, which ultimately resulted in 9 studies reviewed, in the form of quantitative research, for interventions defined as SST need to include core behavioral techniques such as instruction in skills, live or recorded modeling or role-play exercises, and positive and corrective feedback. Studies should include samples with a diagnosis of schizophrenia. The studies reviewed show that Social skills training interventions can improve social skills or social adaptive functioning, increase adaptive behavior and improve negative symptoms in schizophrenia patients.
PENDAHULUAN
Skizofrenia terjadi di antara 0,4-1% populasi di seluruh dunia dan sekitar 3 juta orang di Amerika Serikat, dengan 100.000 kasus baru didiagnosis setiap tahun (Schutt et al., 2022). Skizofrenia memengaruhi lebih dari 3 juta orang Amerika, menghabiskan biaya lebih dari $155 miliar pertahun dan menyebabkan defisit besar dalam fungsi sehari-hari (Dixon et al., 2018). Jumlah penderita skizofrenia di Indonesia pada tahun 2019 untuk Asia Tenggara menempati urutan pertama, kemudian diikuti Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan terakhir Timur leste dengan angka 0,3% hingga 1%, biasanya muncul antara 18 tahun hingga 45 tahun (Kemenkes RI, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian serius untuk mencari solusi dan pencegahan lebih lanjut terhadap meningkatnya angka pasien skizofrenia yang terjadi pada usia produktif.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang dapat mengalami perubahan signifikan yang sangat mengganggu, memengaruhi kognisi, emosi, persepsi, dan aspek perilaku lainnya (Grochowsk et al., 2019). Gejala utama biasanya digambarkan dalam hal positif, negatif dan gejala kognitif. Gejala positif mencakup keyakinan yang salah tetapi tetap dipertahankan bahkan ketika ada bukti yang cukup tentang kesalahannya, serta ketidaksesuaian dengan latar belakang pendidikan dan budaya sosial klien seperti persepsi (halusinasi), yakni pengalaman yang dialami melalui indera dan terjadi tanpa rangsangan dari luar. Ilusi adalah kesalahan persepsi atau interpretasi dari stimulus eksternal yang nyata. Gejala ini terjadi pada klien yang mengalami halusinasi. Gejala negatif pada skizofrenia mencakup afek tumpul dan datar, afek tidak sesuai, apati, menarik diri dari masyarakat, kontak mata yang kurang, tidak mampu mengekspresikan perasaan, kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, kekurangan spontanitas dalam percakapan, motivasi menurun, dan penurunan energi untuk beraktivitas (Shives, 2013). Gejala kognitif pada skizofrenia terkait dengan masalah dalam pengolahan informasi, termasuk memori, perhatian, bentuk dan organisasi bicara, pengambilan keputusan, dan isi pikiran (Keliat & Pasaribu, 2021).
Salah satu dampak/akibat skizofrenia yang paling berbahaya ditandai dengan disfungsi sosial atau ketidak mampuan melaksanakan peran sosial dalam tugas, tanggung jawab serta sesuai dengan harapan orang lain (Oliveira et al., 2021). Dampak ini lebih kepada gejala negatif, dimana gejala negatif biasanya tidak berespon terhadap antipsikotik konvensional dan berespon lebih baik terhadap antipsikotik atipikal. Gejala negatif dapat menetap meskipun gejala psikotik mengalami penurunan. Bahkan gejala negatif tersebut dapat mengakibatkan kegagalan fungsi intrapersonal. Gejala negatif tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gejala positif kembali berulang dan berdampak pada kekambuhan dan morbiditas klien skizofrenia (Stuart, 2016). Upaya untuk mengatasi gejala negatif yang berkaitan dengan fungsi intrapersonal, tidak mampu mengekspresikan perasaan, kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, kekurangan spontanitas dalam percakapan, motivasi menurun, dan penurunan energi untuk beraktivitas dengan cara melakukan intervensi keperawatan berupa intervensi social skills training (SST) adalah pendekatan umum dalam meningkatkan fungsi sosial yang memiliki tujuan untuk mengajarkan keterampilan interpersonal yang lebih efektif.
Keterampilan diajarkan berdasarkan penerapan sistematis dari teori pembelajaran sosial, dan mencakup langkah-langkah berikut: memecah keterampilan kompleks menjadi langkah atau komponen yang lebih kecil, mendemonstrasikan (memodelkan) keterampilan untuk peserta dalam permainan peran, melibatkan setiap peserta dalam mempraktekkan keterampilan dalam permainan peran dengan masing-masing diikuti dengan umpan balik positif dan saran untuk perbaikan, secara kolaboratif mengembangkan tugas rumah bagi peserta untuk mempraktikkan keterampilan mereka sendiri, dan perjalanan komunitas untuk mempraktikkan keterampilan (Tumer et al., 2018).
Pasien dengan skizofrenia yang diajarkan berupa keterampilan sosial yang baik, maka dapat menangani peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, mampu memecahkan masalah dan tantangan yang muncul dalam kehidupan rutin. SST membantu individu untuk menstabilkan penyakit, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan intervensi psikososial. Secara tidak langsung, ini membantu dalam prognosis yang baik dan mendorong menuju pemulihan (Koujalgi et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melakukan studi tentang intervensi Social skills training pada pasien skizofrenia.
Intervensi social skills training merupakan intervensi yang digunakan untuk mengurangi gejala negatif dan meningkatkan hubungan sosial bagi pasien skizofrenia (Razeghinejad, 2018), intervensi yang berfokus pada perkembangan psikologis dan interaksi sosial atau hubungan interpersonal (Tumer et al., 2018) dan meningkatkan kemampuan sosial klien dengan mempraktikkan cara bermain peran dan memberikan umpan balik untuk membantu klien menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan depresi, skizofrenia, gangguan perilaku, fobia sosial, dan kecemasan (Yadat, 2018). SST dapat meningkatkan keterampilan interpersonal dengan mempraktikkan keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungan (Rahmawati, 2020). Penelitian ini untuk mengeksplorasi literature tentang intervensi Social Skills Training pada pasien Skizofrenia.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode telaah jurnal dengan meninjau literatur terkait Social skills training pada pasien skizofrenia dari berbagai referensi. Pencarian artikel dengan menggunakan kriteria eksplisit dan ketat untuk memilih artikel. Kriteria ini memungkinkan peneliti untuk memastikan bahwa hanya studi yang relevan. kriteria inklusi dan eksklusi khusus ditentukan sebelum dimulainya tinjauan. Kriteria inklusi menetapkan bahwa penelitian harus pasien dengan diagnosis skizofrenia, dan mendapat intervensi Social skills training yang mencakup teknik perilaku inti seperti instruksi pada keterampilan, pemodelan langsung atau rekaman atau latihan role-play, dan umpan balik positif dan korektif. Penelitian yang digunakan menggunakan metode kuantitatif, harus terbit dalam bahasa Inggris, artikel uji klinis tahun publikasi 10 tahun terakhir yaitu 2013 sampai dengan 2023. Pengecualian dipelajari dengan subjek yang bukan Skizofrenia, studi dibawah tahun 2013, dan studi dengan membandingkan dua bentuk SST satu sama yang lain.
Penulisan artikel ini untuk mengetahui intervensi social skills training pada pasien skizofrenia melalui penelusuran studi literature metode penulisan dilakukan dengan pendekatan telaah jurnal dari ProQuest, OxFord, Sage Journal, Scopus, sciencedirect dan Pubmed dengan kata kunci Social Skills Training AND Schizophrenia pada setiap jurnal.
Pencarian dilakukan dari Juni 2023-Agustus 2023 Hasil penelusuran awal menghasilkan 8.332 publikasi, dan penelusuran judul yang tidak menyertakan 8.317 artikel. Abstrak dari 174 artikel yang tersisa diambil. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap asbtrak menghasilkan 28 artikel untuk dibaca lengkap dan diperoleh 9 artikel untuk dinilai kualitasnya (Gambar 1).
HASIL
Metode penelitian yang dilakukan terhadap 9 jurnal membahas intervensi social skills training pada pasien skizofrenia (Suplemen 1). Dari Sembilan (9) artikel yang diulas, sebagian besar menyangkut negara India (4 artikel), Italia (2 artikel), Brazil (1 artikel), Turki (1 artikel) dan Mesir (1 artikel). Berikut hasil sintesis data yang ditemukan dalam ulasan artikel.
Total sampel pada sembilan (9) artikel adalah 499 peserta dengan diagnosis skizofrenia, rentang besar sampel 6-101 peserta (Rerata 55,4 peserta; SD = 39,6). Karakteristik peserta terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi sosial, lama sakit, dan penggunaan obat. Untuk lima studi melaporkan jenis kelamin 267 peserta (74,4%) adalah laki-laki dan tujuh studi melaporkan bahwa usia peserta 76,1 % berkisar antara 15-60 tahun. Tiga studi melaporkan status perkawinan, 68,6% belum menikah dengan 69,6% pendidikan SMA. Tiga studi 64% memiliki status ekonomi sedang dan 72,5% tidak bekerja. Empat studi melaporkan durasi penyakit 83,7% selama > 1 tahun dengan frekuensi rawat inap 1-5 kali sebanyak 82,8% dan hanya satu studi yang melaporkan bahwa semua pesertanya mengkonsumsi clozapine dengan dosis mulai dari 300 hingga 850 mg.
Empat studi menyelidiki gejala negatif secara langsung. Satu studi mengungkapkan bahwa Rerata penilaian skala gejala negatif (SANS) setelah diberikan intervensi SST 68,16; SD = 24,39%; p = 0,072, Dimana rerata skor alogia 12,93; SD = 4,09%; p < 0,007. Rerata avolisi/apatis 11,56; SD = 4,50%; p = 0,030. Rerata skor anhedonia/asosialitas 13,46; SD = 5,36%; p = 0,025. Rerata skor ention 7,60; SD = 2,79%; p = 0,085. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa SST efektif pada alogia, apatis, dan anhodonia, tetapi tidak pada domain lain dari gejala negatif (Koujalgi et al., 2014). Dua studi mengungkapkan terjadi peningkatan yang signifikan pada gejala negatif p < 0,05 (Brando et al., 2021). Studi lain mengungkapkan bahwa skala sindrom negatif (PANSS) setelah dilakukan SST p < 0,339 CI95% (-0,271; 0,949), tidak ada perubahan pada gejala negatif setelah diberikan SST karena kemungkinan ukuran sampel yang kecil (Kayo, 2020). Tanda gejala lain berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Ordonez (2019) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perilaku agresif verbal setelah diberikan intervensi SST dari rerata = 2.83; SD = 3.39 menjadi rerata = 1.00; SD = 1.98, peningkatan sebesar 1.83, tetapi tidak signifikan secara statistik dengan p = 0.052; dan interval kepercayaan 95% (-0,02 ; 3,67) sementara itu terjadi peningkatan rerata keterampilan sosial 8,67; SD = 2,35 menjadi 9,83; SD = 2,41, peningkatan sebesar 1,17, tetapi secara statistik tidak signifikan p = 0,158; Interval kepercayaan 95% (-2,90;0,56). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan agresi dan peningkatan keterampilan sosial setelah diberikan tindakan SST.
Satu studi menunjukkan pasien mampu melakukan perawatan mandi setelah diberikan intervensi SST rerata 1,15; SD = 1,29; p = 0,008, berpakaian rerata 1,03; SD = 1,29; p = 0,037, Makan dan Diet rerata 0,35; SD = 1,32; p = 0,044, kerapian dan kegiatan pemeliharaan rerata 1,26; SD = 1,58; p = 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa SST berpengaruh terhadap kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri.
Berdasarkan 4 hasil studi menunjukkan rerata skor fungsi adaptif sosial pada pasien skizofrenia setelah diberikan intervensi Social skills training 19,12; SD = 3,86; p < 00001 (Uzdil, 2015). Rerata skor evaluasi fungsi adaptif sosial (SAFE) pada pasien skizofrenia setelah diberikan terapi social skills training 48,46; SD = 13,73 p<0,002 (Koujalgi, 2014). Begitu juga hasil studi yang dilakukan oleh Sucharita & Shinde (2022) menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan skor total SAFE 26,89; SD = 19,89; p = 0,016. Studi lain yang didukung oleh Aruldass et al. (2022) efektivitas kelompok SST berbasis rumah sakit dapat meningkatkan fungsi adaptif sosial pada pasien skizofrenia dengan rerata 83,54; SD = 23,77; p = 0,001. Keempat studi ini menujukkan bahwa social skills training dapat meningkatkan fungsi adaptif sosial
PEMBAHASAN
Tanda Gejala
Hasil studi menunjukkan tanda gejala pada skizofrenia bervariasi. Gangguan jiwa merupakan gambaran suatu penyakit dengan berbagai penyebab. Hal ini sering ditandai penyimpangan pemikiran dan pemahaman, serta faktor negatif (Yusuf, 2014). Secara umum, tanda gejala skizofrenia terbagi menjadi dua jenis, yaitu gejala positif dan negatif. Gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan waham. Gejala negatifnya meliputi apatis, mania, avolition, alogia dan anhedonia (Zahnia & Sumekar, 2016).
Intervensi social skills training pada pasien skizofrenia memberikan pengaruh yang positif dan terjadi penurunan pada beberapa tanda gejala negatif seperti alogia, apatis, dan anhodania karena SST menggunakan ukuran keterampilan sosial bermain peran, keterampilan didemonstrasikan, pasien diinstruksikan untuk mencoba meniru perilaku terapis; interaksi bermain peran, keterampilan respon terbuka dan ekspresif, yang terdiri dari respon verbal dan nonverbal dan melibatkan pesan komunikasi kepada kelompok lain (Koujalgi et al., 2014). Aruldass et al. (2022) menyatakan bahwa intervensi SST memiliki manfaat yang lebih besar ketika berfokus pada domain kognitif sosial dan memperbaiki gejala negatif. SST tidak hanya memiliki efek menguntungkan pada psikopatolog tetapi juga dapat mengurangi tingkat kekambuhan dan rawat inap. Efek yang menguntungkan dari SST pada hasil klinis jangka panjang seperti tingkat kekambuhan dan rehospitalisasi, mengurangi beban penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. SST dapat memperbaiki kognisi sosial dan gejala negatif yang umumnya tidak dipengaruhi oleh pengobatan antipsikotik (Brando et al., 2021).
Defisit Perawatan Diri
Hasil studi menunjukkan bahwa SST berpengaruh terhadap kemampuan pasien dalam perilaku adaptif atau perawatan diri. Fungsi kognitif pasien yang menurun ditandai dengan buruknya orientasi realitas sehingga pasien menjadi malas dalam mengurus dirinya sendiri seperti makan, mandi, berpakaian, toileting, membersihkan rumah, sehingga perawatan diri yang buruk bukanlah prioritas untuk pasien dengan skizofrenia (Hastuti, R. Y., & Rohmat, 2018). Kurangnya perawatan diri adalah suatu kondisi yang mengalami kelemahan dan ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri (Abdul, 2015). Intervensi SST mengungkapkan efek positif dalam perilaku adaptif untuk berinteraksi berbasis kelompok dan meningkatkan harga diri serta menggeneralisasi kompetensi sosial yang ditingkatkan di luar kelompok intervensi. Terbukti bahwa SST memperoleh perilaku adaptif, pasien skizofrenia mampu dalam merawat diri, keterampilan komunikasi, hubungan sosial. Hal ini karena SST diimplementasikan dalam jadwal perawatan, pemodelan, latihan permainan peran, umpan balik, dan penguatan meningkatkan kemampuan adaptasi sosial pasien. Perilaku adaptif menunjukkan kompetensi sosial dan kualitas hidup individu (Sucharita & Shinde, 2022).
Fungsi Adaptif Sosial
Hasil analisis studi menunjukkan fungsi adaptif sosial pada pasien skizofrenia yang mengikuti social skills training meningkat secara bermakna. Pasien skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam melaksanakan fungsi sosialnya, menghadapi masalah yang berkaitan dengan keterampilan interpersonal, keterampilan sosial yang buruk dan kelemahan fungsi kognitif, maka diperlukan intervensi social skills training yang dikembangkan pada pembelajaran dan latihan keterampilan untuk keberhasilan interaksi interpersonal (McClure M. Margaret et al., 2019). Hasil studi ini membuktikan SST berpengaruh dalam meningkatkan fungsi adaptif sosial pasien skizofrenia dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang tidak mengikuti SST (Uzdil, 2015). Peningkatan fungsi adaptif sosial setelah mengikuti SST pada pasien Skizofrenia, didukung dengan pelaksanaan latihan keterampilan komunikasi, latihan secara terus menerus sampai akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi pasien. SST terlebih dahulu dilakukan oleh peneliti, dicobakan oleh pasien, diberikan umpan balik terhadap keberhasilan yang telah dilakukan serta pasien diberikan tugas untuk mempraktekkan kembali latihan keterampilan. Klien diberikan reinforcement apabila telah mampu mempraktikkan keterampilan yang telah diajarkan sehingga klien akan lebih termotivasi untuk mempertahankan keterampilan baru tersebut (Aruldass et al., 2022).
Keefektifan SST meningkatkan komunikasi, yang menjadi tujuan pasien dalam situasi sosial. Penelitian ini menemukan bahwa social skills training efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial pada pasien skizofrenia. Berdasarkan penelitian Koujalgi et al, (2014) menunjukkan bahwa SST lebih efektif dalam mengevaluasi fungsi adaptif sosial pada pasien skizofrenia, hal ini disebabkan karena SST terdiri dari teknik penjelasan, pengajaran, permodelan, permainan peran dan umpan balik, intervensi dirancang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien skizofrenia, terapis memberikan kesempatan kepada pasien untuk melatih keterampilan, intervensi diperlukan untuk menggeneralisasikan keterampilan sosial kedalam kehidupan nyata, pasien skizofrenia akut mendapat manfaat lebih banyak dari SST. Umpan balik yang berkelanjutan dan terencana bermanfaat bagi pasien skizofrenia. Selama proses umpan balik, pasien skizofrenia telah belajar membaca isyarat dari lingkungan sosial tentang perilaku interpersonal mereka, masalah seperti itu dibahas dalam intervensi. Pelatihan keterampilan psikososial yang diberikan kepada pasien skizofrenia meningkatkan tingkat fungsi adaptif sosial.
KESIMPULAN
Intervensi Social Skills Training memiliki manfaat yang positif pada pasien skizofrenia. Tanda gejala skizofrenia setelah dilakukan Social Skills Training menunjukkan perbaikan gejala negatif seperti alogia, apatis dan anhodonia tetapi tidak pada gejala negatif domain yang lain. Social Skills Training juga berpengaruh positif terhadap kesulitan interpersonal, gejala depresi dan harga diri pada pasien skizofrenia. Intervensi Social Skills Training memiliki efek positif pada perilaku adaptif, memberikan kesempatan untuk interaksi dalam kelompok, meningkatkan harga diri serta menggeneralisasi kompetensi sosial. Terbukti bahwa Social Skills Training memperoleh perilaku adaptif seperti mampu merawat diri, keterampilan komunikasi, hubungan sosial. Selain itu SST juga dapat peningkatan fungsi adaptif sosial klien Skizofrenia. Intervensi social skills training pada pasien skizofrenia menunjukkan manfaat yang positif dalam perubahan tanda gejala, kemampuan perawatan diri dan meningkatkan fungsi adaptif sosial.
References
Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa?: Yogyakarta.
Aruldass, P., Sekar, T. S., Saravanan, S., Samuel, R., & Jacob, K. S. (2022). Effectiveness of Social Skills Training Groups in Persons with Severe Mental Illness: A Pre–Post Intervention Study. Indian Journal of Psychological Medicine, 44(2), 114–119. https://doi.org/10.1177/02537176211024146
Brando, F., Giordano, G. M., Piegari, G., Palumbo, D., Bucci, P., Mucci, A., & Galderisi, S. (2021). The efficacy of social skills training in the treatment of schizophrenia. European Psychiatry, 64(S1), S505–S505. https://doi.org/10.1192/j.eurpsy.2021.1351
Dixon LB, Goldman HH, Srihari VH, K. J. (2018). Transforming the treatment of schizophrenia in the United States: the RAISE initiative. Annu Rev Clin Psychol.
Grochowska et, A. (2019). Virtual Reality-a valuable tool to advance treatment of mental disorders. 65-73. https://doi.org/https://doi.org/10.12740/APP/101654
Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh pelaksanaan jadwal harian perawatan diri terhadap tingkat kemandirian merawat diri pada pasien skizofrenia di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi JawaTengah. Gaster, 16(2), 177. https://doi.org/10.30787/gaster.v16i2.294.
Kayo, M., Scemes, S., Savoia, M. G., Bichuette, A., Abreu, A. C., da Silva, E. P., Baria, P., Piovaccari, V., Petreche, B., Bressan, R. A., Gadelha, A., & Elkis, H. (2020). A randomized controlled trial of social skills training for patients with treatment-resistant schizophrenia with predominantly negative symptoms. Psychiatry Research, 287(January), 9–11. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.112914
Keliat & Pasaribu, S. (2021). Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (Gail Wiscarz Stuart (ed.); Indonesia).
Kemenkes RI. (2019). Perlu Kepedulian untuk Kendalikan Masalah Kesehatan Jiwa. Retrieved from Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:https://www.depkes.go.id/arti cle/view/19030400005/perlu- kepedulian-untuk-kendalikan-masalah- kesehatan-jiwa.html.
Koujalgi, S., Patil, S., Nayak, R., Chate, S., & Patil, N. (2014). Efficacy of social skill training in patient with chronic schizophrenia: An interventional study. Journal of the Scientific Society, 41(3), 156. https://doi.org/10.4103/0974-5009.141201
McClure, M. Margaret., et al. (2019). Guanfacine Augmentation of a Combined Intervention of Computerized Cognitive Remediation Theraphy and Social Skilss Training for Schizotypal Personality Disorder. Am J. Psychiatry 176;4, April 2019.
Oliveira, C., Simões de Almeida, R., & Marques, A. (2021). Virtual reality in social skills training programs for people with schizophrenia: A systematic review and focus group. British Journal of Occupational Therapy, 84(9), 571–581. https://doi.org/10.1177/03080226211011391
Ordoñez, C., Tiet, Q., Scott, S., Lopez, C., Kixmiller, J., & Collins, W. (2019). B-78 Social Skills Training for Verbal Aggression in Conserved Adults with Traumatic Brain Injury, Schizophrenia, and Schizoaffective Disorder. Archives of Clinical Neuropsychology, 34(6), 1026–1026. https://doi.org/10.1093/arclin/acz034.161
Rahmawati, Y. (2020). Terapi Social Skill Training (SST) Untuk Klien Isolasi Sosial. (1 th.ed) Mojokerto: STIKes Majapahit.
Razeghinejad. (2018). Efficacy of social skill training in patient with chronic schizophrenia: An interventional study. Journal of Ophthalmic & Vision. 41(3), 156–161. https://doi.org/https://doi.org/ 10.4103/0974-5009.141201
Schutt, R. K., Xi, H., Mueser, K. T., Killam, M. A., Delman, J., Eack, S. M., Mesholam-Gately, R., Pratt, S. I., Sandoval, L., Santos, M. M., Golden, L. R., & Keshavan, M. S. (2022). Cognitive Enhancement Therapy vs social skills training in schizophrenia: a cluster randomized comparative effectiveness evaluation. BMC Psychiatry, 22(1), 1–17. https://doi.org/10.1186/s12888-022-04149-x
Shives. R. Louise. (2013). Basic Concepts of Psychiatric mental Health Nursing Wolfer Kluwer Health: Lippincoh Willans&Wilkins.
Stuart, G. W. (2016). Pronciples and Practice of Psychiatric Nursing. Tenth Edition. Elsevier St. Lous Missoun ISBN 978-0-323-09114-5.
Sucharita Kundu and V. R. Shinde. (2022). Efficacy_of_Social_Skill_Train. Indian Journal of Health and Well-Being.
Tumer et, A. (2018). A Meta-analysis of social skills training and related interventions for Psychosis. Schizophrenia Bulletin. 44(3), 475–491. https://doi.org/https://doi.org/10.1093/ schbul/sbx146le
Uzdil, N., & Tanriverdi, D. (2015). Effect of Psychosocial Skills Training on Functional Remission of Patients With Schizophrenia. Western Journal of Nursing Research, 37(9), 1142–1159. https://doi.org/10.1177/0193945914541174
Yadat. (2018). Efficacy of social skills training in schizophrenia: A nursing review. Current Nursing Journal, 2(1), 26–34.
Yusuf, et al. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Zahnia S, S. D. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Majority. 5(4):160–6.
Downloads
Additional Files
Published
Versions
- 2023-12-31 (2)
- 2023-10-25 (1)
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Sriyk H, Mustikasari (Author)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the works authorship and initial publication in this journal and able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journals published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book).