Pengetahuan yang Baik dan Sikap Positif Berperan dalam Mencegah Anemia pada Remaja Putri

Authors

  • Eka Darmayanti Putri Siregar STIKes Senior Medan, Indonesia
  • Selli M Pasaribu STIKes Senior Medan, Indonesia
  • Dame Meldaria Sipahutar STIKes Senior Medan, Indonesia
  • Sarma Dewi Kemala S STIKes Senior Medan, Indonesia

Keywords:

Anemia, Pengetahuan

Abstract

Anemia in teenage girls is one of the health problem worldwide that need to be solved. In Indonesia, the prevalence of anemia in teenage girsl aged 10-18 was 57,1% and 39,5% in 19-45 aged in the others. Meanwhile in 2018 in North Sumatra Province, prevalence of this case was 58,2%, and in Medan  was 26,5%. Anemia in teenage girls could be caused by multifactorial such as low knowledge and also negative attitudes. The study determined the association of knowledge and attitude with iron deficiency anemia in teenage girls. This analytical cross-sectional study was held in SMA Negeri 1 Laguboti on March-July 2022.. The Instruments were a questionnaire and digital hemoglobin test; easy touch. Data were analyzed in univariate and bivariate. Bivariate analyzed used Chi-Square; with p<0.05. The result showed that teenage girls who had good knowledge about iron deficiency anemia were 38 girls (54.3%) and also a positive attitude of 40 girls (60.0%). A significant association was found between knowledge (p-value=0.031) and attitude (p-value=0,000) with iron deficiency anemia in teenage girls in SMA Negeri 1 Laguboti. Health counseling about anemia should be given to teenagers especially to girls to increase their health knowledge and attitude toward consuming food riched iron  so prevent anemia.

PENDAHULUAN

Anemia adalah satu dari beberapa masalah kesehatan di dunia yang diderita oleh 50 juta penduduk termasuk di negara berkembang. Data yang dihimpun oleh World Health Organization (WHO) secara global, memperkirakan 40% dari semua anak usia 6–59 bulan, 37% pada ibu hamil dan perempuan berusia 15–49 sebesar 30% mengalami anemia(Andani et al., 2020). Anemia pada remaja putri di dunia hingga dewasa turut menjadi masalah krusial untuk ditangani dengan penyebab tersering adalah kehilangan darah akibat menstruasi, pola makan kurang baik, dan stress (Harahap, 2018).

Pada remaja putri memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena anemia daripada  laki-laki dikarenakan remaja putri mengalami pendarahan menstruasi di setiap bulan. Anemia remaja putri di Indonesia usia 10-18 tahun adalah 57,1% dan 39,5% pada usia 19-45 tahun (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi anemia di Propinsi Sumatera Utara tahun yakni 54,5% tahun 2016, dan 58,2% tahun 2017 dan di Kota Medan 26,5% (Kusuma, 2022).

Anemia merupkan sebuah kondisi yang ditandai dengan menurunnya protein pengangkut oksigen dalam darah atau hemoglobin. Pada umumnya, anemia paling banyak diakibatkan defisiensi asupan mineral dan vitamin (Thomas et al., 2019). Penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan konsumsi makanan kaya zat besi sehingga anemia yang iderita anemia defisinesi besi (ABD). Zat besi merupakan mineral utama yang paling dibutuhkan tubuh guna pembentukan hemoglobin (Kamilah, 2021).

Anemia pada remaja putri dapat berdampak pada tingkat imunitas lebih rendah sehingga mudah terserang infeksi, kebugaran tubuh berkurang dan penurunan prestasindalam  belajar. Perempuan yang pada masa remajanya mengalami anemia akan berisiko lebih besar untuk menderita anemia ketika menjadi calon ibu. Pada masa konsepsi juga akan meningkatkan risiko mengalami komplikasi dan gangguan pada kehamilan, dan janin yang kandungnya (Nurjanah, 2023). Penelitian di Bangladesh yang dilaksanakan pada perempuan usia 15- 49 tahun menemukan ketersedian zat besi tubuh, tinggi badan, dan juga pengonsumsian tablet besi berpengaruh signifikan terhadap nilai hemoglobin (Wulandari et al., 2019)

Masa transisi dari kanak-kanak menuju masa dewasa adalah masa remaja. Suatu masa ketika peningkatan gejolak pada remaja terjadi dan merupakan masa menemukan jati diri Prawirohardjo, (2014) menyatakan 3 tahapan pada remaja dalam proses penyesuaian diri, yakni remaja awal usia 10-13 tahun (Levi et al., 2018). Pada masa ini remaja tampak dan merasa hubungan emosial yang dimilikinya lebih dekat dengan teman sebaya, memiliki rasa ingin bebas, lebih banyak menaruh perhatian pada tubuh dan mulai berpikir kritis. Pada masa remaja tengah usia 14-16 tahun, remaja akan memiliki rasa keingintahuan yang lebih dalam mencari jati diri, timbul rasa ketertarikan pada lawan jenis, memiliki perkembangan dalam berkhayal. Remaja akhir yani 17-19 tahun, remaja tersebut akan lebih memperlihatkan sifat kebebasan diri yang dimiliki serta akan lebih memiliki sikap selektif dalam memilih teman dan mewujudkan perasaan cinta (Rahmadaniah & Rahmadayanti, 2021).

Pada para siswi yang anemia sangat berisiko mengalami anemia juga pada masa pra konsepsi. Remaja putri dikategorikan mengalami anemia sewaktu kadar hemoglobin dalam darah berada pada nilai ?12 gr/dL (Kemenkes, 2018). Dampak anemia pada remaja putri saat masa pra konsepsi adalah akan berkontribusi pada kondisi siklus ovulasi dan menstruasi yang berubah, dan ketika remaja putri tersbut hamil maka meningkatkan risiko mengalami keguguran, prematuritas, perdarahan, kecacatan pada bayi dan berat badan lahir rendah (Banjari, 2018). Beberapa penyebab anemia pada remaja putri disebabkan kehilangan darah akibat menstruasi, pola makan kurang baik, rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan, kurangnya informasi dan kepedulian orang tua sera masyarakat serta pelayanan kesehatan belum optimal (Yunita et al., 2020).

Atika Ahdiah (2018) melakukan penelitian di SMA PGRI 4 Banjarmasin dengan hasil 41,1% siswi berpengetahuan kurang, 44,6%  memiliki pengetahuan cukup dan 14,3% memiliki pengetahuan baik (McCormick et al., 2022). Siswi yang menderita anemia 64,3% dan 35,7% tidak anemia. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kasus anemia (Tirthawati et al., 2020). Amaliya, dkk tahun 2022 juga melakukan sebuah penelitian yang memperoleh hasil terdapat hubungan positif antara sikap dengan kejadian anemia di SMPN 22 Kota Jambi (Weliyati & Riyanto, 2019).

METODE

Penelitian bersifat analitik dengan desain cross-secctional berlokasi di SMA Negeri 1 Laguboti pada Maret-Juli 2022. Populasi yakni 70 orang siswi kelas X dan XI. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling (Akbar et al., 2019). Kriteria sampel merupakan siswi tidak sedang menstruasi saat penelitian dan bersedia mengikuti penelitian (Zidni et al., 2018). Instrumen dalam mengukur pengetahuan dan sikap responden adalah kuesioner dan status anemia ditentukan dengan pemeriksaan hemoglobin menggunakan alat cek Hb digital easy touch. Data univariat disajikan dalam bentuk dalam tabel dan data bivariat dianalisis dengan Chi-Square (p-value < 0,05 (Nouri?Vaskeh et al., 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

38 54,3

22

10

31,4

14,3

Total 70 100
Table 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan para Siswi terkait Anemia Defisiensi Besi di SMA Negeri1 Laguboti Tahun 2022

Tabel 1 menunjukkan mayoritas remaja putri berpengetahuan baik tentang anemia defisiensi zat besi sebanyak 38 responden (54,3%).

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Positif 42 60
Negatif 28 40
Total 70 100
Table 2. Distribusi Frekuensi Sikap Siswi mengenai Anemia di SMA Negeri1 Laguboti Tahun 2022

Tabel 2 menunjukkan mayoritas remaja putri memiliki sikap positif mengenai anemia defisiensi zat besi 42 orang (60%) sementara yang memiliki sikap negative sebanyak 28 orang (40%).

Status Anemia Frekuensi (n) Persentase (%)
Anemia 46 65,7
Tidak Anemia 24 34,3
Total 70 100
Table 3. Distribusi Frekuensi Status Anemia pada Para Siswi di SMA Negeri 1 Laguboti Tahun 2022

Tabel 3 diketahui bahwa mayoritas remaja putri menderita anemia defisiensi besi 46 orang (65,7%) sedangkan remaja putri tidak anemia 24 orang (34,3%).

Pengetahuan Status Anemia Total p-value
Anemia Tidak Anemia
n % n % n %
Baik 14 20,0 22 31,4 36 51,4 0,031
Cukup 10 14,3 13 18,6 23 32,9
Kurang 0 0 11 15,7 11 15,7
Total 24 34.3 46 65.7 70 100
Table 4. Hubungan Pengetahuan Siswi dengan Anemia

Table 4 menunjukkan hubungan pengetahuan remaja putri dengan kejadian anemia, mayoritas responden berpengetahuan baik dan tidak mengalami anemia defisiensi zat besi adalah 22 orang (31,4%) responden berpengetahuan baik dan anemia 14 orang (20%). Responden dengan pengetahuan cukup dan anemia 10 orang (14,3%), sementara responden berpengetahuan cukup dan tidak anemia 13 orang (18,6%) Responden dengan pengetahuan kurang dan tidak anemia 11 orang (15,7%) Hasil uji bivariat menunjukkan p-value=0,031 (Nouri?Vaskeh et al., 2020).

Sikap Status Anemia Total p-value
Anemia Tidak Anemia
n % n % n %
Positif 6 8,6 36 51,4 42 60 0,000
Negatif 18 25,7 10 14,3 28 40
Total 24 34.3 46 65.7 70 100
Table 5. Hubungan Sikap Siswi dengan Anemia

Table 5 menunjukan mayoritas siswi memiliki sikap positif dan tidak anemia 36 responden (51,4%). Responden dengan sikap negatif dan mengalami kejadian anemia defisiensi zat besi 18 siswi (25,7%). Uji chi-square memperoleh p-value= 0,000 < 0,05, yang menandakan ditemukanmketerkaitan bermakna antara sikap dengan kejadian anemia pada para siswi (Jurikova et al., 2018).

Hubungan Responden dengan Anemia Pada Siswi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, setelah seseorang melakukan penginderaan pada obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar didapatkan melalui indera yang ada pada manusia (Caldas et al., 2018). Pengetahuan bukan merupakan fakta dari suatu realitas yang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek dan peristiwa terdahulu yang dialami.

Pengetahuan merupkan suatu pembentukan yang berlangsung terus-menerus pada seseorang guna mengalami reorganisasi dalam pemahaman baru (TELAUMBANUA, 2020). Pengetahuan tercipta ketika seseorang mempergunakan akal budinya untuk identifikasi kejadian yang belum pernah terlihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2018). Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang memberi efek pada orang tersebut untuk bersikap dan berperilaku sehat dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Perempuan berpengetahuan baik mengenai gizi yang baik 1,9 kali lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan keragaman makanan sehingga kemungkinan menderita anemia juga lebih rendah (Meliati & Sundayani, 2021)

Penelitian kami menemukan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan baik dan tidak mengalami anemia defisiensi zat besi adalah 22 orang (31,4%), responden berpengetahuan baik dan anemia14 orang (20%). Responden dengan pengetahuan cukup dan anemia 10 orang (14,3%), sedangkan responden dengan pengetahuan cukup dan tidak mengalami anemia 13 orang (18,6%) Hal ini berarti ketika penegtahuan seorang tentang anemia semakin baik , maka semakin jarang pula kemungkinan remaja putri menderita anemia. Pada analisis secara bivariat ditemukan p-value=0,031<0,05 secara statistik menandakan ditemukan hubungan pengetahuan dengan kasus anemia defisiensi zat besi pada para siswi di SMA Negeri 1 Laguboti tahun 2022.

Pada penelitian ini juga dapatkan bahwa banyaknya responden berpengetahuan baik tentang anemia (Setyawati et al., 2023). Mayoritas siswi yang telah memahami dan mengetahui mengenai akibat dan risiko dari anemia. Faktor lain responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang anemia yaitu faktor pengalaman yang masih rendah mengenai anemia dari lingkungan sekitar dan juga faktor kesibukan sekolah sehingga mereka memiliki perhatian yang kurang tentang kesehatan (Apriningsih et al., 2022).

Pada penelitian ini ditemukan siswi berpengetahuan kurang mengenai anemia disebabkan oleh rendahnya pengetahuan tentang anemia, kurang tanggap dalam menggali informasi tentang risiko ketika menderita anemia di usia dini. Hal ini terjadi karenakan para siswi masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan perilaku ketika Pendidikan sesorang semakin baik maka pengetahuan, pemahaman dan perilaku sehat akan lebih muda untuk diterapkan khususnya dalam hal menghindarkan diri dari anemia (Pradipto, 2022).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Atika Ahdiah (2018) di SMA PGRI 4 Banjarmasin dengan hasil 41,1% memiliki pengetahuan kategori kurang, pengetahuan cukup 44,6%. Siswi yang memiliki pengetahuan baik 14,3% dan menderita anemia 64,3%. Uji Chi-Square menemukan kaitan bermakna di antara pengetahuan dengan terjadinya anemia (Ahdiah & Heriyani, 2018.), tetapi bertentangan dengan riset Prayitno yang menemukan pendidikan dan pengetahuan gizi tidak berkaitan dengan status gizi (Prayitno et al., 2019).

Hubungan Sikap Responden dengan Anemia pada Siswi

Pengetahuan seseorang akan suatu hal bukan satu-satunya yang mempenagruhi sesorang dalam memilih dan bertindak namun ada juga komponen sikap yang merupakan bagian yang dapat menjadi sebuah stimulus bagi seseorang dalam melakukan perubahan ke perilaku kesehatan. Pengetahuan tentang satu obyek yang baru akan berubah ke sikap ketika pengetahuan tersebut didampingi dengan kesadaran dalam beraksi sesuai pengetahuan mengenai obyek tersebut (Rasyid et al., 2023). Pengetahuan baik menjadi stimultan bagi manusia untuk mewujudkan sikap yang sejalan dengan tingkatan pengetahuan yang telah diperoleh (ADILLA et al., 2022). Penelitian Stephen et al, juga melaporkan hasil yang sama dan menyatakan jenjang pendidikan rendah berpengaruh pada penerimaan informasi sehingga pengetahuan mengenai asupan zat gizi juga memiliki Batasan. Tingkat pendidikan lebih rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan berpengaruh pada sikap dan pengetahuan yang bersifat baik maka diwujudnyatakan dalam sikap positif (Sulistyawati & Nurjanah, 2018).

Penelitian kamimenunjukkan keterkaitan sikap responden dengan kejadian anemia maka ditemukan mayoritas responden dengan sikap positif dan tidak anemia 36 siswi (51,4%). Responden dengan sikap negative dan mengalami kejadian anemia defisiensi zat besi 18 siswi (25,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai  p-value = 0,000 < 0,05, yang menandakan hubungan diantara sikap dengan kejadian anemia bersifat signifikan di SMA Negeri 1 Laguboti pada remaja putri.

Hasil penelitian sesuai pula dengan penelitan Amaliya, dkk tahun 2022 di SMPN 22 Kota Jambi. Faktor protektif yang dapat meminimalkan timbulnya anemia adalah pengetahuan yang baik, namun hasil penelitian kami tidak sejalan dengan temuan hasil penelitian di SMAN 9 Mataram, yang menyimpulan tidak terdapat hubungan sikap dengan kasus anemia pada remaja putri (Astuti & Suryani, 2020).

KESIMPULAN

Penelitian ini memperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh para remaja putri di SMA Negeri 1 Laguboti Tahun 2022 dengan terjadinya anemia defisiensi zat besi pada remaja putri

Saran

Penyuluhan bidang kesehatan sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri sangat penting untuk dilaksanakan guna meningkatkan pemahaman dan sikap positif remaja dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi agar terhindar dari anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Adilla, A. F., Sumaryono, D., Ningsih, L., Darwis, D., & Simbolon, D. (2022). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Anemia Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri Di Smpn 20 Kota Bengkulu Tahun 2021. Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Http://Repository.Poltekkesbengkulu.Ac.Id/Id/Eprint/2421

Akbar, R. A., Martiana, T., Purnomo, W., & Izwardy, I. D. (2019). Analysis Of The Effect Of Work Environment Against Pregnancy Disorders To The Female Workers In Pt. X. Indian Journal Of Public Health Research & Development, 10(5).

Andani, Y., Esmianti, F., & Haryani, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah (Ttd) Di Smpnegeri I Kepahiang. Jurnal Kebidanan Besurek, 5(2), 55–62.

Apriningsih, A., P, D., A, A. S., S, A. M., N, R. P., A, N. A., A, J., M, F. A., W, W., A, M. R., & P, A. A. (2022). Pembekalan Karang Taruna Dan Kader Posyandu Sebagai Motivator Perbaikan Status Anemia Gizi Pada Remaja Putri. Jmm (Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(3), 2415. Https://Doi.Org/10.31764/Jmm.V6i3.8603

Astuti, R. W., & Suryani, I. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Edukasi Kelompok Sebaya Sebagai Upaya Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Remaja. Jurnal Nutrisia, 22(1), 32–38. Https://Doi.Org/10.29238/Jnutri.V22i1.197

Caldas, A. P. S., Coelho, O. G. L., & Bressan, J. (2018). Cranberry Antioxidant Power On Oxidative Stress, Inflammation And Mitochondrial Damage. International Journal Of Food Properties, 21(1), 582–592. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.1080/10942912.2017.1409758

Harahap, N. R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Nursing Arts, 12(2), 78–90.

Jurikova, T., Skrovankova, S., Mlcek, J., Balla, S., & Snopek, L. (2018). Bioactive Compounds, Antioxidant Activity, And Biological Effects Of European Cranberry (Vaccinium Oxycoccos). Molecules, 24(1), 24. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.3390/Molecules24010024

Kamilah, S. S. Z. (2021). Literatur Review: Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Beresiko Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Bidkemas Respati, 1(12), 54–74. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.48186/Bidkes.V12i1.370

Kusuma, T. U. (2022). Peran Edukasi Gizi Dalam Pencegahan Anemia Pada Remaja Di Indonesia: Literature Review. Jurnal Surya Muda, 4(1), 61–78. Https://Doi.Org/10.38102/Jsm.V4i1.162

Levi, M., Kjellstrom, T., & Baldasseroni, A. (2018). Impact Of Climate Change On Occupational Health And Productivity: A Systematic Literature Review Focusing On Workplace Heat. La Medicina Del Lavoro, 109(3), 163. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.23749%2fmdl.V109i3.6851

Mccormick, J. J., King, K. E., Notley, S. R., Fujii, N., Boulay, P., Sigal, R. J., Amano, T., & Kenny, G. P. (2022). The Serum Irisin Response To Prolonged Physical Activity In Temperate And Hot Environments In Older Men With Hypertension Or Type 2 Diabetes. Journal Of Thermal Biology, 110, 103344. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jtherbio.2022.103344

Meliati, L., & Sundayani, L. (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan Remaja Dalam Pendewasaan Usia Perkawinan Dimasa Pandemi Covid-19. Selaparang Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1), 919. Https://Doi.Org/10.31764/Jpmb.V5i1.6560

Nouri?Vaskeh, M., Malek Mahdavi, A., Afshan, H., Alizadeh, L., & Zarei, M. (2020). Effect Of Curcumin Supplementation On Disease Severity In Patients With Liver Cirrhosis: A Randomized Controlled Trial. Phytotherapy Research, 34(6), 1446–1454. Https://Doi.Org/10.1002/Ptr.6620

Nurjanah, A. (2023). Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri Pada Sekolah Percontohan Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Di Kota Semarang. Higeia (Journal Of Public Health Research And Development), 7(2).

Pradipto, E. (2022). Pengaruh Media Video Dalam Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Rahmadaniah, I., & Rahmadayanti, A. M. (2021). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dan Screening Kadar Hemoglobin (Hb) Di Kelas X Sma N 11 Palembang. Jurnal Kesehatan Abdurrahman, 10(2), 1–8. Https://Doi.Org/10.55045/Jkab.V10i2.123

Rasyid, P. S., Zakaria, R., Munaf, A. Z. T., & Nurhidayah, N. (2023). Peningkatan Pengetahuan Dan Deteksi Anemia Pada Remaja Melalui Peran Karang Taruna Dalam Upaya Pencegahan Stunting. Jmm (Jurnal Masyarakat Mandiri), 7(3), 2596. Https://Doi.Org/10.31764/Jmm.V7i3.14583

Setyawati, V. A. V., Yuniastuti, A., Handayani, O. W. K., Farida, E., & Widowati, E. (2023). Faktor Risiko Kekurangan Energi Kronik Pada Remaja Putri Di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana, 6(1), 875–882.

Sulistyawati, N., & Nurjanah, A. S. (2018). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Studi Kasus Pada Siswa Putri Sman 1 Piyungan Bantul. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 9(2), 214–220. Https://Stikes-Yogyakarta.E-Journal.Id/Jksi/Article/View/107

Telaumbanua, D. (2020). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Defisiensi Besi Serta Kejadian Anemia Di Sma Swasta Sinar Harapan Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

Thomas, J. B., Pahler, L., Handy, R., Thiese, M. S., & Schaefer, C. (2019). Pilot Study Predicting Core Body Temperatures In Hot Work Environments Using Thermal Imagery. Journal Of Chemical Health & Safety, 26(6), 75–83. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jchas.2019.08.001

Tirthawati, S., Rosidi, A., Sulistyowati, E., & Ayuningtyas, R. A. (2020). Pengetahuan, Sikap Remaja Putri Dan Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Konsumsi Tablet Besi Folat Smkn 1 Bangsri Jepara: Sebuah Studi Cross Sectional. Jurnal Gizi, 9(2), 201. Https://Doi.Org/10.26714/Jg.9.2.2020.201-214

Weliyati, W., & Riyanto, R. (2019). Faktor Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri Di Sma Negeri Kota Metro. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 5(2), 28–36. Https://Doi.Org/Http://Dx.Doi.Org/10.26630/Jkm.V5i2.1429

Wulandari, L., Gantini, D., & Nurvita, N. (2019). Hubungan Frekuensi Akses Situs Pornografi Oleh Remaja Dengan Sikap Remaja Tentang Seksual Pranikah Di Smp Negeri 4 Kota Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Bidkemas Respati, 1(10), 1–18. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.48186/Bidkes.V10i1.96

Yunita, F. A., Parwatiningsih, S. A., Hardiningsih, M., Nurma Yuneta, A. E., Kartikasari, M. N. D., & Ropitasari, M. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Konsumsi Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Di Smp 18 Surakarta. Placentum: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 8(1), 36. Https://Doi.Org/10.20961/Placentum.V8i1.38632

Zidni, I. N., Waryana, W., Almira Sitasari, A. S., & Irianton Aritonang, I. A. (2018). Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Aplikasi Mobile “Stop Anemia” Terhadap Pengetahuan Tentang Anemia Dan Sikap Dalam Mencegah Anemia Pada Remaja Putri Di Desa Tridadi Kabupaten Sleman. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/Id/Eprint/545

Published

2023-11-20

How to Cite

Siregar, E. D. P., Pasaribu, S. M., Sipahutar, D. M., & Kemala S, S. D. (2023). Pengetahuan yang Baik dan Sikap Positif Berperan dalam Mencegah Anemia pada Remaja Putri. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1252. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1252

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check