Screening and Bioactivity of Red Fruit Extract (Pandanus conoideus Lamk.) from Gunung Bintang District against Candida Albicans Fungus: A Randomized Study

Authors

  • Asrianto Asrianto https://orcid.org/0000-0002-5324-8179
  • Rina Purwati Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia
  • Dwi Setiani Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia
  • Asrori Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia
  • Indra Taufik Sahli Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia https://orcid.org/0000-0001-6237-6255
  • Risda Hartati Poltekkes Kemenkes Jayapura, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36990/hijp.v15i1.721

Keywords:

Screening, Bioactivity, Red fruit, Candida albicans, Kirby-Bauer

Abstract

The fungus Candida albicans is a pathogen that can infect the oral cavity, digestive tract, vagina, skin, and other body areas. Red fruit (Pandanus conoideus Lamk.) is one of the plants with several potential secondary metabolites as antimicrobials. This study aimed to determine the phytochemical content and the inhibitory ability of red fruit extract against the fungus C. albicans. This research is an experimental laboratory study using a completely randomized design. The red fruit was obtained from the Pegunungan Bintang. Sample preparation consisted of shelling, drying, and grinding. Extraction of secondary metabolites using the maceration-evaporation method. The red fruit oil extract was tested for phytochemical and inhibitory power. The sample extract concentration was dissolved using Tween 2%. Inhibition test using the Kirby-Bauer method. The results showed that the red fruit extract contained many secondary metabolites, including flavonoids, alkaloids, tannins, steroids, and triterpenoids. These compounds have pharmacological abilities. The methanol and ethyl acetate extracts of red fruit at 80% concentration only had diameters of 5.00 mm and 5.75 mm, respectively. The red fruit extract is not sensitive to C. albicans. This study concludes that red fruit has many secondary metabolites. The growth of the fungus C. albicans ATCC 10231 was not sensitive after being exposed to the red fruit extraction.

PENDAHULUAN

Candida albicans merupakan jamur patogen yang hidup komensal dan seringkali tidak menunjukkan gejala pada manusia, namun dalam kasus tertentu dapat menyebabkan infeksi superfasial hingga infeksi sistemik. Secara normal Candida hidup pada rongga mulut, saluran pencernaan, vagina, dan kulit (McCullough et al., 1996).

Timbulnya resistensi penanganan infeksi jamur C. albicans merupakan satu dari sekian banyak permasalahan penyelesaian infeksi tersebut. Sifat dimosfistik C. albicans dalam bentuk hifa yang memungkinkan pembentukan struktur biofilm dan dapat menginfeksi jaringan inang (Lo et al., 1997; Tsui et al., 2016) dan meningkatkan kemungkinan resisten obat antimikroba (Costa-de-Oliveira & Rodrigues, 2020; Taff et al., 2013). Selanjutnya jamur memiliki mekanisme berbeda untuk mensintesis asam nukleat dibandingkan dengan bakteri. Perbedaan jalur metabolisme ini berhubungan dengan perbedaan antibiotik yang potensial untuk mengobati infeksi jamur (Lastovetsky et al., 2020).

Diantara upaya penanganan penyakit infeksi C. albicans dengan menggunakan bahan aktif dari tanaman. Kandungan kimia tanaman dapat berpotensi sebagai kandidat solusi resistensi antijamur (Narayanan et al., 2011). Salah satu tanaman yang potensial memiliki aktivitas antijamur adalah buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Buah merah merupakan salah satu endegenous Papua. Tanaman genus pandanus ini, secara ekologis pertumbuhannya terdistribusi hampir di seluruh tanah Papua, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (Wawo et al., 2019). Masyarakat papua memanfaatkan buah tanaman ini sebagai bahan campuran pangan, yang dapat meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh juga digunakan untuk mengobati penyakit kecacingan dan penyakit kulit (Inayatilah et al., 2022). Buah merah dimanfaatkan pada pengobatan berbagai penyakit seperti, kanker, diabetes melitus, asam urat, osteoporosis, hipertensi, jantung, kolesterol, stroke, dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Djamil et al., 2006; Kurnia et al., 2017; Mun’im et al., 2006; Rohman & Windarsih, 2017).

Senyawa metabolit sekunder pada buah merah berpotensi sebagai bahan antimikroba. Dari hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa kandungan metabolit sekunder buah merah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Damayanti et al., 2020; Herdiyati et al., 2020; Indrawati, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menskrining aktivitas ekstrak buah merah terhadap jamur C. albicans ATCC 10231.

METODE

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Jayapura. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2022. Sampel buah merah diperoleh dari Kabupaten Pegunungan Bintang. Sampel buah merah selanjutnya dilakukan pemipilan, penjemuran dan penghalusan.

Ekstraksi dan Evaporasi Sampel

Sampel buah merah yang berbentuk serbuk selanjutnya dimaserasi dengan menggunakan pelarut; etanol, metanol, n-heksan dan etil asetat. Perendaman dalam pelarut dilakukan selama 1 x 24 jam dengan rasio perbandingan 100 gram serbuk buah merah : 3000 ml pelarut. Setelah 24 jam dilakukan filtrasi menggunakan kertas Whatman yang menghasilkan cairan merah bening. Larutan hasil maserasi yang diperoleh selanjutnya diuapkan menggunakan rotary vacum evaporator menghasilkan empat macam ekstrak minyak buah merah.

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif. Skrining fitokimia yang dilakukan meliputi meliputi flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid menggunakan pelarut etanol, metanol, n-heksan dan etil asetat.

Pengujian flavonoid menggunakan pereaksi magnesium dan asam klorida. Terbentunya warna jingga sampai merah menunjukkan adanya kandungan flavonoid. Pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Meyer dan Dragendroff. Terbentuknya endapan putih (Meyer) dan jingga (Dragendroff) menunjukkan adanya alkaloid. Pengujian saponin menggunakan air dan asam klorida. Pembentukan busa yang stabil menunjukkan adanya kandungan saponin. Pengujian tanin dilakukan dengan menambahkan pereaksi Besi (III) Klorida 1%. Adanya kandungan tanin ditandai dengan pembentukan warna biru tua atau hitam kehijauan. Pengujian triterpenoid dan steroid menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna hijau gelap yang terbentuk menunjukkan adanya triterpenoid dan warna biru kehijauan menunjukkan adanya steroid (Apriliana et al., 2017; Damayanti et al., 2020; Islami et al., 2022).

Pembuatan Larutan Sampel

Ekstrak minyak yang diperoleh dibuat seri konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80 %. Pelarut yang digunakan untuk membuat seri konsentrasi ekstrak buah merah menggunakan Tween. 2% (Muslim, 2014). Kontrol positif menggunakan Ketoconazol 2%.

Uji Daya Hambat

Rangkaian uji daya hambat didahului dengan peremajaan isolat C. albicans ATCC 10231 yang diperoleh dari IPB Culture Colection, pembuatan larutan isotonik NaCl 0,9%, sterilisasi alat, media dan bahan-bahan yang digunakan.

Uji daya hambat menggunakan metode Kirby-Bauer. Kertas cakram antibiotik Oxoid yang telah dijenuhkan pada serial konsentrasi yang telah dibuat diletakan pada media Saboraud Dextrose Agar (SDA) yang telah diinokulasi dengan jamur C. albicans. Pengamatan daya hambat ektstrak diamati setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 25.C. Zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram diukur dengan menggunakan jangka sorong. Kemampuan antibakteri diklasifikasikan menurut diameters of inhibition zone (DIZ) sebagai berikut: tidak sensitif (DIZ < 8,0 mm), cukup sensitif (8,0 < DIZ < 14,0 mm), sensitif (14,0 < DIZ < 20,0 mm), dan sangat sensitif (DIZ > 20,0 mm) (Xiao et al., 2019).

HASIL

Tabel 1. Pengujian Fitokimia Buah Merah

Senyawa saponin dan alkaloid Meyer tidak teridentifikasi pada semua pelarut ekstrak buah merah yang digunanakan (Tabel 1).

Tabel 2. Diameter Zona Hambat Konsentrasi Ekstrak Buah Merah

Hasil ekstrak buah merah yang menunjukan zona hambat terdapat pada pelarut n-heksan pada konsentrasi 10% dan 20%. Sedangkan pelarut metanol dan etil asetat zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi 80% masing – masing 5,00 mm dan 5,75 mm (Tabel 2). Ukuran diameter zona hambat ini termasuk kategori tidak sensitif (Xiao et al., 2019). Hasil diamater secara deskripsi, fraksi buah merah tidak sensitif dalam menghambat pertumbuhan jamur C. albicans.

PEMBAHASAN

Uji fitokimia ekstrak etanol buah merah menunjukkkan hasil positif mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid dan alkaloid. Penelitian lain buah merah dengan menggunakan etanol sebagai pelarut berhasil mengidentifikasi adanya kandungan senyawa flavonoid dan tanin (Sangkala et al., 2014; Sulaeha et al., 2018). Uaji fitokimia buah merah menggunakan pelarut metanol positif mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid dan alkaloid. Hal ini sesuai dengan identifikasi fitokimia pada penelitian Damayanti et al. (2020) bahwa ekstrak buah merah yang diekstraksi dengan metanol, positif mengandung senyawa flavonoid, steroid dan alkaloid.

Uji fitokimia buah merah menggunakan pelarut heksan positif mengandung senyawa steroid dan terpenoid. Hal ini sesuai dengan penelitian Damayanti et al. (2020) yang hanya mendeteksi adanya senyawa steroid dan terpenoid, dan penelitian Herdiyati et al. (2020) positif mengandung senyawa terpenoid dan alkaloid. Uji fitokimia buah merah menggunakan pelarut etil asetat positif mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid dan triterpenoid (Herdiyati et al., 2020).

Senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid memiliki kemampuan dalam menghambat mikrorganisme. Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang yang banyak ditemukan pada jaringan tanaman dan subkelas flavodoid, flavonol, flavanon, isoflavon, flavon, flavan, dan anthocyanidins (Cassidy & Minihane, 2017), dan flavonol dan chalcones memiliki aktivitas antijamur yang paling signifikan (Nguyen et al., 2021). Mekanisme daya rusak flavonoid melalui aktivitas pada membran sel, menghambat sintesis asam nukleat, menghambat pergerakan elektron pada rantai respirasi dan menggangu pembentukan selubung sel (Al Aboody & Mickymaray, 2020; Yuan et al., 2021). Penelitian terdahulu pada uji derivat flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur C. albicans diantaranya flavonols (Gallatotanin) tanaman Syzygium cordatum (Mulaudzi et al., 2012), flavonols (pinocembrin) Propolis (Herrera et al., 2010), isoflavon (equol) kedelei (Lee & Che, 2010), flavan (catekin) tanaman Teh (da Silva et al., 2014) dan flavonols (asam galik) tanaman Paeonia rockii (Picerno et al., 2011).

Tanin merupakan senyawa metabolit yang memiliki aktivitas antimikroba. Derivat tanin, katekin dan epikatekin memiliki aktivitas antijamur, berdasarkan penelitian Sitheeque et al. (2009), dan aktivitas tersebut melalui mekanisme yang berikatan dengan ergosterol pada memberan sel jamur (Carvalho et al., 2018). Senyawa lain, alkaloid juga merupakan senyawa yang menjadi bahan obat-obatan. Alkaloid memiliki mekanisme yang beragam dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme diantaranya penghambatan sintesis asam nukleat, menghambat rantai pernapasan bakteri, merusak membran bakteri, dan mempengaruhi gen virulensi (Othman et al., 2019). Steroid merupakan agen antitumor, anti virus, antibakteri dan antiokosidan (Ke, 2018), dan senyawa turunannya, TNS, dapat menghambat akbitas jamur C. albicans (Ashmawy et al., 2022).

Beberapa riset telah melaporkan efek farmakologis ekstrak buah merah sebagai antimikroba, baik sebagai anti jamur, anti bakteri maupun sebagai agen anti virus. Daya hambat ekstrak buah merah pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Asrianto et al., 2021; Tharukliling et al., 2021), Enterococcus faecalis, Streptococcus mutan, S. saungunis (Damayanti et al., 2020), dan E. faecalis (Herdiyati et al., 2020). Indrawati (2016) melaporkan bahwa pada konsentrasi 80% bereaksi terhadap S. Typhi, B. cereus, K. Pneumoniae, E.coli dan S. aureus.

Hasil pengujian daya hambat ekstrak buah merah terhadap jamur C. albicans dalam penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas penghambatan yang sangat lemah. Ekstrak yang diperoleh dari pelarut etanol pada semua konsentrasi tidak menunjukkan aktivitas penghambatan atau tidak terbentuk zona hambat walaupun kenyataanya secara kualitatif teridentifikasi senyawa aktif. Hal ini dipengaruhi oleh kompabilitas senyawa aktif dengan reseptor pada mikroorganisme. Senyawa aktif suatu bahan alam memiliki spesifitas terhadap reseptor mikroorganisme. Ekstrak pelarut metanol dan etil asetat hanya pada konsentrasi 80% menunjukkan adanya penghambatan dengan diameter masing-masing 5,00 mm dan 5,75 mm yang mengindikasikan ekstrak tersebut tidak sensitif terhadap jamur C. albicans (Xiao et al., 2019). Berdasarkan penelitian lainnya (Novianti et al., 2020) pada buah merah hasil fraksinasi etil asetat, menunjukkkan diameter penghambatan tertinggi pada konsentrasi 50% dan 75% diatas 20 mm, pada metanol, heksan dan air menunjukkan sensitivitas yang lemah dibawah 20 mm. Ekstrak buah merah menggunakan pelarut n-heksan menunjukkan fenomena yang unik, penghambatan hanya terlihat pada konsentrasi 10% dan 20% dengan diameter masing-masing 5,50 mm, sementara pada konsentrasi tinggi justru tidak terbentuk proses penghambatan.

Kemampuan aktivitas antimikroba yang berbeda-beda pada ekstrak buah merah dapat dipengaruhi oleh kultivar buah merah. Perbedaan kultivar menyebabkan variasi kualitas dan kuantitas minyak esensial buah merah (Taher & Repasi, 2012). Selain itu, ketahanan jamur C. albicans karena perbedaan susunan materi genetik antara jamur dan bakteri, sehingga kompleksitas tersebut memerlukan spesifikasi kandungan bahan obat yang lebih tinggi (Pappas, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak buah merah mengandung senyawa kimia flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid. Hasil uji bioaktivitas ekstrak buah merah tidak sensitif terhadap jamur Candida albicans 10231.

Kekurangan Penelitian

Tidak dilakukan perhitungan rendemen. Tidak dilakukan proses fraksinasi dari ekstrak etanol. Pengujian fitokimia bersifat kualitatif.

References

Al Aboody, M. S., & Mickymaray, S. (2020). Anti-Fungal Efficacy and Mechanisms of Flavonoids. Antibiotics, 9(2), 45. https://doi.org/10.3390/antibiotics9020045

Apriliana, A., Kusumawati, E., & Selvitawati, S. (2017). Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Candida Albicans Menggunakan Metode Difusi Cakram. Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1), 1. https://doi.org/10.51352/jim.v3i1.84

Ashmawy, N. S., El-labbad, E. M., Hamoda, A. M., El-Keblawy, A. A., El-Shorbagi, A.-N. A., Mosa, K. A., & Soliman, S. S. M. (2022). The Anti-Candida Activity of Tephrosia apollinea Is More Superiorly Attributed to a Novel Steroidal Compound with Selective Targeting. Plants, 11(16), 2120. https://doi.org/10.3390/plants11162120

Asrianto, A., Asrori, A., Sitompul, L. S., Sahli, I. T., & Hartati, R. (2021). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Bioscientist?: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1), 1. https://doi.org/10.33394/bjib.v9i1.3437

Carvalho, R. S., Carollo, C. A., de Magalhães, J. C., Palumbo, J. M. C., Boaretto, A. G., Nunes e Sá, I. C., Ferraz, A. C., Lima, W. G., de Siqueira, J. M., & Ferreira, J. M. S. (2018). Antibacterial and antifungal activities of phenolic compound-enriched ethyl acetate fraction from Cochlospermum regium (mart. Et. Schr.) Pilger roots: Mechanisms of action and synergism with tannin and gallic acid. South African Journal of Botany, 114, 181–187. https://doi.org/10.1016/j.sajb.2017.11.010

Cassidy, A., & Minihane, A.-M. (2017). The role of metabolism (and the microbiome) in defining the clinical efficacy of dietary flavonoids. The American Journal of Clinical Nutrition, 105(1), 10–22. https://doi.org/10.3945/ajcn.116.136051

Costa-de-Oliveira, S., & Rodrigues, A. G. (2020). Candida albicans Antifungal Resistance and Tolerance in Bloodstream Infections: The Triad Yeast-Host-Antifungal. Microorganisms, 8(2), 154. https://doi.org/10.3390/microorganisms8020154

da Silva, C. R., de Andrade Neto, J. B., de Sousa Campos, R., Figueiredo, N. S., Sampaio, L. S., Magalhães, H. I. F., Cavalcanti, B. C., Gaspar, D. M., de Andrade, G. M., Lima, I. S. P., de Barros Viana, G. S., de Moraes, M. O., Lobo, M. D. P., Grangeiro, T. B., & Nobre Júnior, H. V. (2014). Synergistic Effect of the Flavonoid Catechin, Quercetin, or Epigallocatechin Gallate with Fluconazole Induces Apoptosis in Candida tropicalis Resistant to Fluconazole. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 58(3), 1468–1478. https://doi.org/10.1128/AAC.00651-13

Damayanti, L., Evaangelina, I. A., Laviana, A., Herdiyati, Y., & Kurnia, D. (2020). Antibacterial Activity of Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Against Bacterial Oral Pathogen of Streptococcus sanguinis ATCC10556, Streptococcus mutans ATCC 25175, and Enterococcus faecalis ATCC 29212: An in Vitro Study. The Open Dentistry Journal, 14(1), 113–119. https://doi.org/10.2174/18742106020140113

Djamil, R., Karina, D., & Winarti, W. (2006). Studi Farmakognosi, Penapisan Fitokimia, dan Uji Hayati secara BSLT dari Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.). Jurnal Ilmiah Kefarmasian Indonesia, 4(2), Article 2.

Herdiyati, Y., Atmaja, H. E., Satari, M. H., & Kurnia, D. (2020). Potential Antibacterial Flavonoid from Buah Merah (Pandanus conodieus Lam.) Against Pathogenic Oral Bacteria of Enterococcus faecalis ATCC 29212. The Open Dentistry Journal, 14(1), 433–439. https://doi.org/10.2174/1874210602014010433

Herrera, C. L., Alvear, M., Barrientos, L., Montenegro, G., & Salazar, L. A. (2010). The antifungal effect of six commercial extracts of Chilean propolis on Candida spp. Ciencia e Investigación Agraria, 37(1). https://doi.org/10.4067/S0718-16202010000100007

Inayatilah, F. R., Guhir, A. M., & Atmaja, R. R. D. (2022). The Effectiveness of Red Fruit Oil (Pandanus conoideus Lamk.) Emulgel on The Acceleration of The Incision Wound Healing Process. Majalah Obat Tradisional, 27(1). https://doi.org/10.22146/mot.73135

Indrawati, I. (2016). Sensitivity of pathogenic bacteria to buah merah (Pandanus conoideus Lam.). AIP Conference Proceedings, 20028. https://doi.org/10.1063/1.4953502

Islami, D., Pratiwi, D., Zulkifli, Z., & Mardhiyani, D. (2022). Phytochemical Screening Infusion of Turmeric (Curcuma domestica val) and Red Ginger (Zingiber Officinale var roscoe) Rhizomes. JPK?: Jurnal Proteksi Kesehatan, 11(1), 1–6. https://doi.org/10.36929/jpk.v11i1.432

Ke, S. (2018). Recent Progress of Novel Steroid Derivatives and Their Potential Biological Properties. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, 18(9), 745–775. https://doi.org/10.2174/1389557517666171003103245

Kurnia, D., Sumiarsa, D., Dharsono, H. D. A., & Satari, M. H. (2017). Bioactive Compounds Isolated from Indonesian Epiphytic Plant of Sarang Semut and Their Antibacterial Activity against Pathogenic Oral Bacteria. Natural Product Communications, 12(8), 1934578X1701200. https://doi.org/10.1177/1934578X1701200814

Lastovetsky, O. A., Krasnovsky, L. D., Qin, X., Gaspar, M. L., Gryganskyi, A. P., Huntemann, M., Clum, A., Pillay, M., Palaniappan, K., Varghese, N., Mikhailova, N., Stamatis, D., Reddy, T. B. K., Daum, C., Shapiro, N., Ivanova, N., Kyrpides, N., Woyke, T., & Pawlowska, T. E. (2020). Molecular Dialogues between Early Divergent Fungi and Bacteria in an Antagonism versus a Mutualism. MBio, 11(5), e02088-20. https://doi.org/10.1128/mBio.02088-20

Lee, J.-A., & Che, H.-Y. (2010). In Vitro Antifungal Activity of Equol against Candida albicans. Mycobiology, 38(4), 328–330. https://doi.org/10.4489/MYCO.2010.38.4.328

Lo, H.-J., Köhler, J. R., DiDomenico, B., Loebenberg, D., Cacciapuoti, A., & Fink, G. R. (1997). Nonfilamentous C. albicans Mutants Are Avirulent. Cell, 90(5), 939–949. https://doi.org/10.1016/S0092-8674(00)80358-X

McCullough, M. J., Ross, B. C., & Reade, P. C. (1996). Candida albicans: A review of its history, taxonomy, epidemiology, virulence attributes, and methods of strain differentiation. International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 25(2), 136–144. https://doi.org/10.1016/S0901-5027(96)80060-9

Mulaudzi, R. B., Ndhlala, A. R., Kulkarni, M. G., & Van Staden, J. (2012). Pharmacological properties and protein binding capacity of phenolic extracts of some Venda medicinal plants used against cough and fever. Journal of Ethnopharmacology, 143(1), 185–193. https://doi.org/10.1016/j.jep.2012.06.022

Mun’im, A., Andrajati, R., & Susilowati, H. (2006). Uji hambatan tumorigenesis sari buah merah (pandanus conoideus lam.) terhadap tikus putih betina yang diinduks 7,12 dimetilbenz (a) antrasen (DMBA). Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(3), 153–161.

Muslim, R. (2014). Uji Daya Antibakteri Pandanus Cocos Oil terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi [Undergraduate Thesis, Universits Jember]. https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/16377

Narayanan, A., Raja, S., Ponmurugan, K., Kandekar, S., Natarajaseenivasan, K., Maripandi, A., & Mandeel, Q. (2011). Antibacterial activity of selected medicinal plants against multiple antibiotic resistant uropathogens: A study from Kolli Hills, Tamil Nadu, India. Beneficial Microbes, 2(3), 235–243. https://doi.org/10.3920/BM2010.0033

Nguyen, W., Grigori, L., Just, E., Santos, C., & Seleem, D. (2021). The in vivo anti-Candida albicans activity of flavonoids. Journal of Oral Biosciences, 63(2), 120–128. https://doi.org/10.1016/j.job.2021.03.004

Novianti, V., Damayanti, L., Adenan, A., & Malinda, Y. (2020). Effectiveness of red fruit (Pandanus conoideus Lam.) on Candida albicans (ATCC 10231) in the field of prosthodontics: An experimental study. Journal of International Oral Health, 12(3), 260. https://doi.org/10.4103/JIOH.JIOH_225_19

Othman, L., Sleiman, A., & Abdel-Massih, R. M. (2019). Antimicrobial Activity of Polyphenols and Alkaloids in Middle Eastern Plants. Frontiers in Microbiology, 10, 911. https://doi.org/10.3389/fmicb.2019.00911

Pappas, P. G. (2006). Invasive Candidiasis. Infectious Disease Clinics of North America, 20(3), 485–506. https://doi.org/10.1016/j.idc.2006.07.004

Picerno, P., Mencherini, T., Sansone, F., Del Gaudio, P., Granata, I., Porta, A., & Aquino, R. P. (2011). Screening of a polar extract of Paeonia rockii: Composition and antioxidant and antifungal activities. Journal of Ethnopharmacology, 138(3), 705–712. https://doi.org/10.1016/j.jep.2011.09.056

Rohman, A., & Windarsih, A. (2017). Characterization, biological activities, and authentication of red fruit (Pandanus conoideus Lam) oil. Food Research, 2(2), 134–138. https://doi.org/10.26656/fr.2017.2(2).152

Sangkala, S. A., Jura, M. R., & Tangkas, I. M. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Merah (Pandanus Baccari L) di Daerah Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Akademika Kimia, 3(4), 198–205.

Sitheeque, M. A. M., Panagoda, G. J., Yau, J., Amarakoon, A. M. T., Udagama, U. R. N., & Samaranayake, L. P. (2009). Antifungal Activity of Black Tea Polyphenols (Catechins and Theaflavins) against Candida Species. Chemotherapy, 55(3), 189–196. https://doi.org/10.1159/000216836

Sulaeha, S., Jura, M. R., & Rahman, N. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Biji Buah Merah (Pandanus Conoideus De Vriese) Asal Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Akademika Kimia, 6(3), 170. https://doi.org/10.22487/j24775185.2017.v6.i3.9442

Taff, H. T., Mitchell, K. F., Edward, J. A., & Andes, D. R. (2013). Mechanisms of Candida biofilm drug resistance. Future Microbiology, 8(10), 1325–1337. https://doi.org/10.2217/fmb.13.101

Taher, A., & Repasi, M. S. (2012). Aktivitas Antioksidasi Minyak Buah Merah Dari Kultivar Pandanus conoideus L yang Berbeda. Jurnal Natural, 8(1). https://doi.org/10.30862/jn.v8i1.338

Tharukliling, S., Radiati, L. E., Thohari, I., & Susilo, A. (2021). Antimicrobial Activity of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam) Paste against Staphylococcus aureus and Escherichia coli in Burger Patties. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak, 16(2), 132–143. https://doi.org/10.21776/ub.jitek.2021.016.02.7

Tsui, C., Kong, E. F., & Jabra-Rizk, M. A. (2016). Pathogenesis of Candida albicans biofilm. Pathogens and Disease, 74(4), ftw018. https://doi.org/10.1093/femspd/ftw018

Wawo, A. H., Lestari, P., & Setyowati, N. (2019). Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua: Keanekaragaman dan Upaya Konservasinya. Jurnal Biologi Indonesia, 15(1), Article 1. https://doi.org/10.14203/jbi.v15i1.3770

Xiao, X.-N., Wang, F., Yuan, Y.-T., Liu, J., Liu, Y.-Z., & Yi, X. (2019). Antibacterial Activity and Mode of Action of Dihydromyricetin from Ampelopsis grossedentata Leaves against Food-Borne Bacteria. Molecules, 24(15), 2831. https://doi.org/10.3390/molecules24152831

Yuan, G., Guan, Y., Yi, H., Lai, S., Sun, Y., & Cao, S. (2021). Antibacterial activity and mechanism of plant flavonoids to gram-positive bacteria predicted from their lipophilicities. Scientific Reports, 11(1), 10471. https://doi.org/10.1038/s41598-021-90035-7

Published

2023-04-05 — Updated on 2023-04-24

Versions

How to Cite

Asrianto, A., Purwati, R., Setiani, D., Asrori, Taufik Sahli, I. ., & Hartati, R. (2023). Screening and Bioactivity of Red Fruit Extract (Pandanus conoideus Lamk.) from Gunung Bintang District against Candida Albicans Fungus: A Randomized Study. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(1), 12–22. https://doi.org/10.36990/hijp.v15i1.721 (Original work published April 5, 2023)

Issue

Section

Original Research

Citation Check

Funding data

Most read articles by the same author(s)