Faktor Risiko Kejadian Diare pada Balita: Studi Observasional di Puskesmas Momunu, Kabupaten Buol

Authors

  • Winarti A Sy Pagisi Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
  • Laksmyn Kadir Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
  • Sylva Ninta Tarigan Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia

Keywords:

Diare, Balita, Gizi, Imunisasi, Perilaku, Jamban

Abstract

The purpose of this study was to analyze risk factors for diarrhea in toddlers based on general variables of children, gender, nutritional status, immunization status, maternal age, education, knowledge, mother's handwashing habits, income, availability of clean water facilities, utilization of clean water facilities, availability of latrines and utilization of latrines. The sample in this study consisted of 160 respondents. The research design used is a survey method with a cross sectional design. The results of the study were a relationship between nutritional status on the incidence of diarrhea in toddlers (p-value = 0.000), immunization status (p-value = 0.000), hand washing behavior (p-value = 0.038), income (p-value = 0.025), availability of clean water facilities (p-value = 0.044), utilization of clean water facilities (p-value = 0.006), availability of latrines (p-value = 0.000). Therefore, it is advisable to make policy rules for handling infectious diseases, especially diarrhea, by involving all stakeholders to be able to synergize comprehensively in Buol Regency.

PENDAHULUAN

Diare merupakan suatu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapatmenyebabkan kematian, terutama pada balita, jika tidak ditangani secaracepat dan tepat. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalahkondisi buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam periode 24 jam. Penyebabdiare melibatkan infeksi mikroorganisme, seperti bakteri, virus,parasite, dan protozoa, dan dapat memengaruhi semua kelompok usia.

Diare menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dibawah usia 5 tahun, terutama di Indonesia. Data menunjukkan bahwa angkakematian balita akibat diare masih tinggi, dengan sekitar 8.600 balitameninggal akibat diare pada tahun 2015. Diare masih menjadi penyebabkematian utama balita di Indonesia, mencapai 25,2%.

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian diare pada balita melibatkanbanyak aspek, seperti sanitasi lingkungan yang buruk, persediaan airyang tidak higienis, kebiasaan cuci tangan yang buruk, dan praktikpemberian air susu ibu yang tidak eksklusif selama 4-6 bulan pertama.Selain itu, pendidikan ibu juga memainkan peran penting dalam pemahamantentang diare.

Data dari berbagai sumber menunjukkan peningkatan kasus diare padabalita di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Buol. Jumlah kasus diarepada balita di Puskesmas Momunu juga mengalami peningkatan selama tigatahun terakhir. Faktor-faktor seperti sanitasi lingkungan, perilaku,gizi, dan pemberian ASI eksklusif berkontribusi pada tingginya kasusdiare pada balita.

Mengingat permasalahan tersebut, penelitian tentang faktor risikokejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buolmenjadi relevan dan penting untuk dilakukan. Identifikasi masalahmencakup peningkatan jumlah balita, kasus diare pada balita, dan capaiansanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang menjadi perhatian dalamkonteks kesehatan masyarakat. Penelitian ini akan memberikan wawasanyang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi kejadiandiare pada balita di wilayah ini.

METODE

Pada penelitian ini, lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah kerjaPuskesmas Momunu Kabupaten Buol. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (Tiga) bulan yaitu bulan Maret 2023 sampai dengan bulan Mei 2023. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metodesurvey, dengan desain cross sectional.

Variabel Penelitian, umur anak, jenis kelamin, status gizi, statusimunisasi anak, umur ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, kebiasaanmencuci tangan, pendapatan keluarga, ketersediaan jamban, pemanfaatanjamban, ketersediaan air bersih, pemanfaatan air bersih. 2. Variabel dependen Variabel Y (Terikat) yaitu variabel yang diduga akan mengalamiperubahan akibat dari pengaruh variabel independent. Yang termasuk dalamvariabel ini adalah : Diare pada balita.

Populasi penelitian adalah balita pada wilayah kerja Puskesmas Momunutahun 2021 berjumlah 1.657 balita. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilansampel dilakukan secara non random dengan teknik purposive samplingdengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusif a. Ibu balitayang melakukan kunjungan pelayanan kesehatan di Posyandu wilayah kerjaPuskesmas Momunu b. Bersedia menjadi responden c. Telah mendatanganiinformed consent untuk ikut serta sebagai sampel penelitian 2. KriteriaEkslusif a. Tidak dapat menulis dan membaca b. Tidak mengikuti seluruhrangkaian prosedur penelitian.

Teknik Pengumpulan Data, Data Primer Adalah sebuah data yang telahdikumpulkan dan kemudian diolah sendiri oleh suatu kumpulan organisasiatau perorangan langsung dari objek yang di teliti. Tentunya pengumpulandata juga dilakukan secara khusus dalam mengatasi masalah riset yangsedang disterili, dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara danObservasi sebagai teknik dalam pengumpulan data. 2. Data Sekunder, Datasekunder yaitu suatu data yang didapatkan dan dikumpulkan olehorang-orang yang melakukan penelitian dari sumber yang sudah ada.Biasanya data ini didapatkan dari perpustakaan atau laporan penelitianyang sudah ada, dan bisa dikatakan data sekunder dapat digunakan sebagaidata pelengkap bagi data primer yang tentuknya berhubungan denganmasalah yang diteliti dan didapatkan dari instansi yang terkait dalamhal ini yaitu Puskesmas Momunu Kabupaten Buol.

Analisis multivariat Pada analisis ini dilakukan uji secara bersama-sama, sehingga dapat dilihat variabel mana yang palingberpengaruh terhadap kejadian diare pada balita di wilayah puskesmasmomunu . Karena variabel dependent merupakan variabel dikotomis, makaanalisis yang digunakan adalah analisis logistik regresi. Tujuananalisis ini untuk mengetahui besarnya OR murni dari variabelindependen, setelah memperhitungkan variabel lain. Keluaran analisis iniadalah nilai Odds Ratio murni yang sudah dikontrol dengan menghilangkanpengaruh variabel yang diduga sebagai perancu dan memperhitungkan adanyainteraksi antara variabel lain dengan variabel independen utama.Variabel yang akan diikutkan dalam analisis multivariat adalah variabelyang mempunyai nilai p < 0,05 dalam analisis bivariat hubungankejadian Diare dengan variabel bebas, atau variabel yang secarasubstansi diduga erat hubungannya walaupun nilai p > 0,05.

HASIL

Jumlah (n) Persen (%)
Umur Anak

Beresiko Tinggi 

Tidak Beresiko 

96

64

60

40

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-Laki

119

41

74.4

25.6

Status Gizi

Baik

Tidak Baik

116

44

72.5

27.5

Status Imunisasi

Diimunisasi

Tidak Imunisasi

131

29

81.9

18.1

Umur Ibu

Beresiko Tinggi 

Tidak Beresiko 

124

36

77.5

22.5

Pendidikan Ibu

Rendah

Tinggi

138

22

86.3

13.7

Pengetahuan Ibu

Tidak Baik

Baik

109

51

68.1

31.9

Kebiasaan Cuci Tangan

Baik 

Tidak Baik

54

106

33.7

66.3

Pendapatan

Tinggi

Rendah

96

64

60

40

Ketersediaan Air Bersih

Tidak Tersedia

Tersedia

115

45

71.9

28.1

Pemanfaatan Air Bersih

Tidak Dimanfaatkan

Dimanfaatkan

60

100

37.5

62.5

Ketersediaan Jamban Keluarga

Tidak Tersedia

Tersedia

118

42

73.7

26.3

Pemanfaatan Jamban Keluarga

Tidak Dimanfaatkan

Dimanfaatkan

115

45

71.9

28.1

Kejadian Diare

Menderita Diare

Tidak Menderita Diare

109

51

68.1

31.9

Table 1. Karakteristik Variabel Penelitian

Jumlah umur anak yang berisiko tinggi sebanyak 96 responden, mencapaipersentase 60%, sementara yang tidak berisiko berjumlah 64 respondendengan persentase 40%. Terkait jenis kelamin, balita perempuan mencapai119 responden dengan persentase 74.4%, sedangkan balita laki-lakiberjumlah 41 responden dengan persentase 25.6%. Dalam hal status gizi,116 responden memiliki status gizi baik dengan persentase 72.5%,sementara balita dengan status gizi tidak baik berjumlah 44 respondendengan persentase 27.5%. Temuan menunjukkan bahwa mayoritas balita diwilayah tersebut telah diimunisasi, sebanyak 131 responden denganpersentase 81.9%, sedangkan balita yang tidak diimunisasi hanyaberjumlah 29 responden dengan persentase 18.1%.

Data menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di wilayah tersebutmemiliki umur, pendidikan, dan pengetahuan yang berisiko tinggi, denganpersentase masing-masing 77.5%, 86.3%, dan 68.1%. Terdapat jugakebiasaan yang kurang sehat, seperti tidak mencuci tangan sebelumberaktivitas, yang dialami oleh 66.3% ibu. Selain itu, kondisi ekonomikeluarga, ketersediaan air bersih, dan pemanfaatan fasilitas sanitasijuga menjadi perhatian, dengan persentase rendah pada pendapatan tinggi(60%), ketersediaan air bersih (28.1%), dan pemanfaatan jamban keluarga(26.3%). Lebih dari setengah responden (68.1%) melaporkan kejadian diarepada balita mereka.

Variabel Risiko Kejadian Diare Jumlah p-value
Menderita Diare Tidak Menderita
N % N % N %
Umur Anak 0,368
Beresiko 68 70.8 28 29.2 96 100
Tidak Beresiko 41 64.1 23 35.9 64 100
Jenis Kelamin Balita 0,255
Perempuan 84 70.6 35 29.4 119 100
Laki-laki 25 61 16 39 41 100
Status Gizi Balita 0,000
Baik 65 56 51 43.9 116 100
Tidak Baik 44 100 0 0 44 100
Imunisasi 0,000
Diimunisasi 80 61.1 51 38.9 131 100
Tidak Diimunisasi 29 100 0 0 29 100
Table 2. Faktor Anak dan Risiko Kejadian Diare

Dari 160 responden di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol,sebanyak 131 balita yang diimunisasi, dengan 51% atau 80 respondenmengalami diare dan 38.9% atau 51 responden tidak menderita diare. Hasiluji Chi-Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara imunisasi danrisiko kejadian diare pada balita (p-value = 0.000). Meskipun tidakterdapat hubungan yang signifikan antara umur anak dengan risiko diare(p-value = 0.368), terdapat hubungan yang signifikan antara status gizibalita dan risiko diare, dengan 56% atau 65 responden di kategori gizibaik mengalami diare, sementara 100% atau 44 responden di kategori gizitidak baik mengalami diare (p-value = 0.000). Namun, jenis kelaminbalita tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan risiko diare (p-value= 0.255). Temuan ini menyoroti pentingnya imunisasi dan status gizidalam upaya pencegahan diare pada balita di wilayah tersebut.

Variabel Risiko Kejadian Diare Jumlah p-value
Menderita Diare Tidak Menderita
N % N % N %
Umur Ibu 0,536
Beresiko Tinggi 86 69.4 38 30.6 124 100
Tidak Beresiko 23 63.9 13 36.1 36 100
Pendidikan Ibu 0,321
Rendah 92 66.7 46 33.3 138 100
Tinggi 17 77.3 5 22.7 22 100
Pengetahuan Ibu 0,787
Tidak Baik 75 68.8 34 31.2 109 100
Baik 34 66.7 17 33.3 51 100
Kebiasaan Cuci Tangan 0,038
Baik 31 57.4 23 42.6 54 100
Tidak Baik 78 73.6 28 26.4 106 100
Table 3. Faktor Ibu dan Risiko Kejadian Diare

Dari penelitian dengan 160 responden di wilayah Puskesmas MomunuKabupaten Buol, ditemukan bahwa kebiasaan cuci tangan berpengaruhsignifikan terhadap risiko kejadian diare pada balita. Dari 54 respondenyang menjalankan kebiasaan cuci tangan baik, 57.4% mengalami diare,sedangkan dari 106 responden yang tidak melakukannya, 73.6% mengalamidiare (p-value = 0.038). Namun, pengetahuan ibu, pendidikan, dan umurtidak menunjukkan hubungan bermakna dengan risiko diare pada balita,dengan nilai p-value berturut-turut adalah 0.787, 0.321, dan 0.536 (p> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan menjadifaktor penting dalam upaya pencegahan diare pada balita, sementaravariabel lainnya tidak memiliki korelasi yang signifikan.

Variabel Risiko Kejadian Diare Jumlah p-value
Menderita Diare Tidak Menderita
N % N % N %
Pendapatan 0,025
Tinggi 72 75 24 25 96 100
Rendah 37 57.8 27 42.2 64 100
Ketersediaan Sarana Air Bersih 0,044
Tidak Tersedia 73 63.5 42 36.5 115 100
Tersedia 36 80 9 20 45 100
Pemanfaatan Air Bersih 0,006
Tidak Dimanfaatkan 33 55 27 45 60 100
Dimanfaatkan 76 76 24 24 100 100
Ketersediaan Jamban Keluarga 0,000
Tidak Tersedia 71 60.2 47 39.8 118 100
Tersedia 38 90.5 4 9.5 42 100
Pemanfaatan Jamban Keluarga 0,044
Tidak Dimanfaatkan 73 63.5 42 36.5 115 100
Dimanfaatkan 36 80 9 20 45 100
Table 4. Faktor Sumber Daya dan Risiko Kejadian Diare

Dari 160 responden yang diwawancara, 115 responden tidak memanfaatkanjamban keluarga, dan 63.5% dari mereka mengalami diare. Hasil ujiChi-Square menunjukkan hubungan bermakna antara pemanfaatan jambankeluarga dan risiko kejadian diare pada balita di wilayah PuskesmasMomunu Kabupaten Buol (p-value = 0.044). Selanjutnya, ketersediaanjamban keluarga juga berpengaruh, di mana 60.2% dari 118 responden yangtidak memiliki jamban keluarga mengalami diare, sedangkan dari 42responden yang memiliki jamban keluarga, 90.5% mengalami diare (p-value= 0.000). Pemanfaatan sarana air bersih juga terkait erat dengan risiko diare, dengan 76% dari 100 responden yang menggunakannya mengalami diare(p-value = 0.006). Selain itu, ketersediaan sarana air bersih juga menunjukkan hubungan bermakna, di mana 63.5% dari 115 responden yangtidak memiliki sarana air bersih mengalami diare, sedangkan dariresponden yang memiliki sarana air bersih, 80% mengalami diare (p-value= 0.044). Terakhir, pendapatan juga memainkan peran, dengan 74% dari 96responden berpendapatan tinggi mengalami diare, sedangkan 57.8% dari responden berpendapatan rendah mengalami diare (p-value = 0.025).

VARIABEL PENELITIAN -2 LogLikelihood ofReduced Model Chi-Square Df Sig.
Intercept 90.058a .000 0 .
Anak 90.267 .209 1 .647
JK 90.397 .339 1 .561
GIZI 118.207 28.149 1 .000
IMUNISASI 116.968 26.910 1 .000
UMUR 90.059 .001 1 .971
DIDIK 90.674 .616 1 .433
TAHUAN 90.485 .427 1 .514
TANGAN 97.580 7.522 1 .006
HASILAN 91.345 1.286 1 .257
SAB 90.058a .000 0 .
MANFAAT 90.121 .063 1 .802
JAGA 101.925 11.866 1 .001
PEMANFAATAN 90.058a .000 0 .
Table 5. Uji Multivariat

Menjelaskan bahwa hasil uji Multivariat diperoleh hasil bahwa dari 13 variabel yang telah diuji, ada 1 variabel yang memperoleh nilai P-value= 0,001 < 0,05. Hal ini berarti sangat berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas Momunu.

PEMBAHASAN

Hubungan Umur Anak dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 96 responden yangmemiliki umur anak yang beresiko dengan 68 responden (70.8%) yangmenderita diare dan 28 responden (29.2%) tidak menderita Diare.Selanjutnya dari 64 responden yang memiliki umur anak tidak beresikoresponden terdapat 41 responden (64.1%) yang menderita diare dan 23responden (35.9%) tidak menderita diare. Hasil uji Chi-Square diperolehnilai p-value = 0.368,  ( p > 0.05) artinya tidak terdapat hubunganyang bermakna antara umur anak dengan risiko kejadian diare pada balitadi wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. Hal ini disebakan anak yangumur beresiko tinggi mendapatkan ASI Eksklusif sampai 2 tahun yang dapatmembentuk imun secara alami sehingga tidak mudah terpapar penyakitkhususnya  diare.

Pendapat diatas sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Adinigrum(dalam Ponirah & Harini, 2022) yang menyatakan bahwa pada waktu bayibaru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunyamelalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelahkelahiran bayi, sedangkan dari waktu bayi lahir sampai bayi berusiabeberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secarasempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendirimenjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh.Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI.Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikankekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalahcairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayidari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibrahim Ilham dkk(2021) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten, Indonesia, menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara umuranak dengan Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak,Provinsi Banten dimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p > ? (0.11  > 0.05).

Hubungan Jenis Kelamin dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 119 responden yangberjenis kelamin perempuan dengan 84  responden (70.6%) yang menderitadiare dan 35 responden (29.4%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari41 responden yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 25 responden (61%)yang menderita diare dan 16 responden (39%) tidak menderita diare. Hasiluji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.255,  ( p > 0.05) artinyatidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin balita denganrisiko kejadian diare  pada balita di wilayah Puskesmas Momunu KabupatenBuol. Perilalu aktif balita khususnya pada pria sangatlah dominanterhadap aktifitas kesehariannya sehingga seringkali ditemukan dalambeberapa kajian jumlah penderita suatu penyakit cenderung pada jeniskelamin laki-laki tetapi dalam hal ini tidak terbukti karena anaklaki-laki lebih banyak bermain(gadget) di dalam rumah sehingga masihterpantau oleh ibu.

Menurut Primisasiki, R.J. (2017), jenis kelamin anak mempegaruhikesehatan anak. Anak laki-laki lebih rentan terhadap penyakit infeksidibandingkan dengan anak perempuan termasuk penyakit diare. Menurut Dina(dalam Ponirah & Harini, 2022) menyatakan bahwa anak jenis dengankelamin laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan, karenaitu daya tahan tubuh anak laki-laki harus lebih baik dibandingkan anakperempuan karena jika daya tahan tubuh yang lemah akan dapat memudahkananak mengalami infeksi salah satunya adalah diare.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriani Nurul dkk(2021) yang meneliti tentang Analisis Faktor Risiko Terjadinya Diarepada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi,menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin denganterjadinya diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambidimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p > ?  (0.648  >0.05.

Hubungan Status Imunisasi Anak dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 131 balita yangdiimunasi dengan 80 responden (51%) yang menderita diare dan 51responden (38.9%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari 29 respondenyang tidak diimunisasi terdapat 29 responden (100%) yang menderita diaredan 0 responden (0 %) tidak menderita diare. Hasil uji Chi-Squarediperoleh nilai p-value = 0.000,  ( p < 0.05) artinya terdapathubungan yang bermakna antara imunisasi dengan risiko kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. Karena masihbanyak balita yang menderita diare tidak mendapat imunisasi secaralengkap.

Menurut Proverawati & Andhini (dalam Anjari, 2021) menjelaskanbahwa Imunisasi dasar merupakan sebuah langkah dalam meningkatkanimunitas tubuh dari suatu penyakit. Sedangkan menurut Novi Haryanti(2019) menyatakan bahwa status imunisasi yang tidak lengkap cenderunguntuk menderita penyakit diare, status imunisasi lengkap yang diberikankepada balita bertujuan untuk mengurangi resiko anak terserang suatupenyakit. Karena imunisasi merupakan upaya pencegahan pada anak agarterhindar dari suatu penyakit, maka dengan imunisasi yang tidak lengkapbalita akan rentan terjadi infeksi serta meningkatkan risiko terjadinyakejadian diare.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriani Nurul dkk(2021) yang meneliti tentang Analisis Faktor Risiko Terjadinya Diarepada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi,menyatakan ada hubungan bermakna antara kelengkapan imunisasi denganterjadinya diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambidimanaberdasarkan hasil chi-square diperoleh  p < ?  (0.012  > 0.05.

Hubungan Umur Ibu dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 124 responden yangmemiliki umur beresiko tinggi dengan 86  responden (69.4%) yangmenderita diare dan 38 responden (30.6%) tidak menderita Diare.Selanjutnya dari 36 responden yang memiliki umur tidak beresikoresponden terdapat 23 responden (63.9%) yang menderita diare dan 13responden (36.1%) tidak menderita diare. Hasil uji Chi-Square diperolehnilai p-value = 0.536,  ( p > 0.05) artinya tidak terdapat hubunganyang bermakna antara umur ibu dengan risiko kejadian diare pada balitadi wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. Umur ibu bukanlah merupakanpenyebab langsung meskipun tanpa kita pungkiri bahwa semakin bertambahusia seseorang maka meningkat pula kematangan seseorang untuk mengambilkeputusan dalam mengasuh anak, namun dalam penelitian ini umur ibu yangberesiko rendah lebih banyak memiliki balita yang menderita diare.

Menurut Sonang et al (2019) menyatakan bahwa Usia merupakan kurunwaktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan satuan waktudipandang dari segi kronologis, individu normal dapat dilihat derajatperkembangan anatomis dan fisiologis sama. Lebih lanjut ditegaskan Umuradalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) Denganterpantaunya umur yang kita miliki maka kita dapat mengetahui sampaimana batasan rutinitas yang dapat kita lakukan. Ini dikarenakan apabilaumur yang kita miliki cenderung besar maka, rutinitas yang kita lakukancenderung lebih kecil dan begitupula sebaliknya

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibrahim Ilham dkk(2021) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten, Indonesia, menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara umuranak dengan Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak,Provinsi Banten dimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p > ? (0.11  > 0.05).

Hubungan Pendidikan Ibu dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden yang di wawancara terdapat 138responden yang memiliki pendidikan rendah dengan 92 responden (66.7%)menderita diare dan 46 responden (22.7%) tidak menderita Diare.Selanjutnya dari 22 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat17 responden (77.3%) yang menderita diare dan 5 responden (22.7 %) tidakmenderita diare. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.321, ( p > 0.05) artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antarapendidikan ibu dengan risiko kejadian diare  pada balita di wilayahPuskesmas Momunu Kabupaten Buol. Kejadian diare di wilayah puskesmasmomunu disebabkan sebagaian besar ibu yang memiliki pendidikan tinggilebih banyak wakatu bekerja daripada memantau pertumbuhan anak sehinggajika terjadi diare pada anak yang mengetahui dahulu adalah baby sitteratau orang yang tingga dirumah mereka.

Menurut Inke Ayomi Nur Hapzah (2018) pendidikan merupakan hal yangpenting jika berkaitan dengan informasi kesehatan. Pendidikanmempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makinmudah orang tersebut menerima informasi, baik dari orang lain maupundari media masa. Makin banyak informasi yang masuk maka semakin banyakpula pengetahuan yang di dapatkan tentang penyakit diare. Selanjutnyapendidikan merupakan salah satu faktor internal yang akan memengaruhipengetahuan karena dengan pendidikan tinggi akan mempermudah seseorangdalam menerima infomasi sehingga dari informasi yang didapat tersebutibu dapat memahami cara untuk mencegah kejadian diare pada anaknya.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibrahim Ilham dkk(2021) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten, Indonesia, menyatakan tidak ada hubungan bermakna antarapendidikan ibu dengan dengan Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar diKabupaten Lebak, Provinsi Banten dimana berdasarkan hasil chi-squarediperoleh  p > ?  (0.16  > 0.05

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 109 responden yangmemiliki pengetahuan tidak baik dengan 75 responden (68.8%) menderitadiare dan 34 responden (31.2%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari51 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 34 responden(66.7%) yang menderita diare dan 17 responden (33.3 %) tidak menderitadiare. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.787,  ( p >0.05) artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuanibu dengan risiko kejadian diare  pada balita di wilayah PuskesmasMomunu Kabupaten Buol. Adanya kepercayaan, budaya dan adat istiadatdimasyarakat menjadi penghambat pengambilan keputusan.  Menurut Sufiati,2019, menjelaskan bahwa pengetahuan adalah kesadaran yang menjadikanorang berperilaku dan mengambil sikap sesuai dengan pengetahuan yangdimilikinya.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Arzal Putri Aulia(2019) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada Anak Umur 0 – 24 Bulan, menyatakan bahwa tidak adahubungan antara pengetahuan ibu dengan dengan kejadian diare berdasarkanhasil chi-square diperoleh  p < ?  (0.15 > 0.05). selanjutnyapenelitian diatas didukung oleh Saputri Yuniarty Eka (2020) yangmeneliti tentang Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap PHBS Ibuterhadap Kejadian Diare pada Balita di RW 07, Kelurahan Cakung Barat,Kecamatan  Cakung, Jakarta  Timur,  Tahun  2020 menyatakan bahwa tidakada hubungan pengetahuan ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di RW07 dengan hasil uji chi-square diperoleh  p > ?  (0.958 >0.05).

Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden yang terdapat 54 responden yangmelakukan kebiasaan cuci tangan baik dengan 31 responden (57.4%)menderita diare dan 23 responden (42.6%) tidak menderita Diare.Selanjutnya dari 106 responden yang melakukan kebiasaan cuci tangantidak baik terdapat 78 responden (73.6%) yang menderita diare dan 28responden (26.4 %) tidak menderita diare. Hasil uji Chi-Square diperolehnilai p-value = 0.03,  ( p < 0.05) artinya terdapat hubungan yangbermakna antara kebiasaan cuci tangan dengan risiko kejadian diare  padabalita di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. Semenjak pandemiCovid 19 terjadi di dunia, hampir sebagian besar masyarakat telahmelakukan praktek cuci tangan sebelum melakukan aktifitas tujuannyaadalah untuk menghindari penularan penyakit pada keluarganya.

Menurut Susantiningsih (2018) menyatakan bahwa cuci tangan merupakanteknik yang paling penting sebagai salah satu upaya pencegahan danpengontrolan penularan infeksi. Sedangkan menurut Kementerain Kesehatan(2020) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskankotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa danair. Mencegah risiko penyebaran penyakit menular kepada orang lain Kumandan bakteri dapat menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang yanglain. Bakteri dapat menyebar baik melalui kontak tidak langsung (melaluibenda atau permukaan yang tersentuh) maupun kontak langsung misalnyaberjabat tangan. Apabila mengabaikan untuk mencuci tangan setelahmenggunakan kamar mandi. Tangan Anda mungkin membawa kuman dan bakteri,dan setiap kali Anda menyentuh suatu benda atau permukaan; maka kumandan bakteri tersebut berpindah dengan cepat dari tangan Anda ke suatubenda yang tersentuh. Pernyataan ini tentu bukan tanpa alasan, mengingatmenurut data dari pusat pengadilan dan pencegahan penyakit (CDC)diperkirakan sekitar 80% kuman penyebab penyakit berbahaya ditularkanmelalui kontak melalui tangan (sentuhan manusia ke manusia yanglainnya). (Clamic, 2020).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh ibrahim ilham dkk(2021) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten, Indonesia, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasancuci tangan dengan kejadian diare pada siswa sekolah dasar di KabupatenLebak, Provinsi Banten dimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p> ?  (0.01  > 0.05).

Selain penelitian diatas, Penelitian ini sejalan dengan yangdiilakukan oleh Hidayati Fajrina dkk (2022) yang meneliti tentangAnalisis Determinan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan SitinjauLaut Kabupaten Kerinci, menyatakan terdapat hubungan antara perilakucuci tangan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Sitinjau LautKabupaten Kerinci dimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p <?  (0.000  > 0.05).

Hubungan Pendapatan Ibu dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden yang terdapat 96 responden yangmemiliki pendapatan tinggi dengan 71 responden (74%) menderita diare dan25 responden (26%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari respondenyang memiliki pendapatan rendah  terdapat 37 responden (57.8%) yangmenderita diare dan 27 responden (42.2 %) tidak menderita diare. Hasiluji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.040,  ( p < 0.05) artinyaterdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan ibu dengan risikokejadian diare  pada balita di wilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol.pendapatan yang diperoleh ibu dapat digunakan untuk perbaikan pangananggota keluarga sehingga kebutuhan pangan terpenuhi dan terhindar darikekurangan gizi yang berdampak pada sistem kekebalan tubuh anggotakeluarga

Semakin baik pendapatan seseorang maka semakin baik pula tingkatpemenuhan kebutuhan bagi anggota keluarganya, orang yang memilikipendapat tinggi berbanding lurus dengan perilaku gaya hidup yang kerapmengkonsumsi makan apa saja tanpa membedakan status sehat dari makanantersebut. Dewasa ini masyarakat cenderung makanan yang siap sajisehingga mengabaikan nilai-nilai hygienes yang terkandung didalamnya,setiap hari banyak dari masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan siapsaji ketimbang yang diolah sendiri. Pola seperti ini tentunya sangatmerugikan masyarakat dan anggota keluarga itu sendiri.

Menurut BKKBN (dalam Khairain dkk, 2020) menjelaskan bahwa tingkatpenghasilan atau pendapatan adalah gambaran yang lebih jelas tentangposisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruhpenghasilan. Pendapatan untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga umumnyaberasal dari penghasilan pekerjaan anggota keluarga. Pendapatan keluargadapat ditinjau dari sumber pendapatan seseorang yang akan memberikandampak ke arah yang baik atau kearah yang buruk, pendapatan akanberpengaruh terhadap penyediaan gizi yang cukup, dimana kurangnyapendapatan akan menghambat aktivitas baik yang bersifat materialistikmaupun non materialistik. Selanjutnya Penghasilan adalah setiap tambahankemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yangberasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakaiuntuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yangbersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun (Undang-Undang CiptaKerja, 2020).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Khairani Nurul dkk(2020) yang meneliti tentang  Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga danKejadian Diare dengan Status Gizi Pada Balita yang Berkunjung kePuskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu, menyatakan bahwa terdapat hubunganantara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada balita dimanaberdasarkan hasil chi-square diperoleh  p > ?  (0.045 > 0.05).

Hubungan Ketersediaan Sarana Air Bersih dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 115 responden yang tidakmemiliki sarana air bersih (tidak tersedia) dengan 73 responden (63,5%)menderita diare dan 25 responden (26%) tidak menderita Diare. dan 42responden (36.5%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari  respondenyang memiliki sarana air bersih (tersedia)  terdapat 36 responden (80%)yang menderita diare dan 9 responden (45 %) tidak menderita diare. Hasiluji p-value = 0.044,  ( p < 0.05)  artinya terdapat hubungan yangbermakna antara pendapatan dengan risiko kejadian diare  pada balita diwilayah Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. Dengan adanya program pamsimasdiberbagai wilayah di Kabupaten Buol, saat ini masyarakat tidak lagikesusahan mengkonsumsi air bersih hampir 90% masyarakat diwilayahpuskesmas momunu telah memiliki sarana air bersih.

Penyakit diare dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu tidakmemadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangansarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis), kebersihanperorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matangdan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya.Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung yang menjadipendorong terjadinya diare yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan danperilaku. Faktor lingkungan merupakan factor yang paling dominan yaitusarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua factorlingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dengan mudah dapatterjadi (Fauzi & Sari, 2020).

Penilitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Tuang Agus (2021)yang meneliti tentang Analisis Faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Anak menyatakan bahwa ada hubungan ketersediaan air bersihdengan kejadian diare pada anak dengan nilai p-value (0.001). selanjutnya penelitian ini didukung oleh Argarini Diah (2023) yangmeneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya diarepada balita di Desa Iwul Parung Bogor, menyatakan bahwa terdapathubungan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diare padabalita diare dimana berdasarkan hasil chi-square diperoleh  p < ? (0.008 > 0.05).

Hubungan Pemanfaatan Air Bersih dengan Risiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 60 responden yang tidakmemanfaatkan sarana air bersih dengan 33 responden (55%) menderita diaredan 27 responden (45%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari 100responden yang memanfaatkan sarana air bersih terdapat 76 responden(76%) yang menderita diare dan 24  responden (24 %) tidak menderitadiare. pemHasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.006,  ( p> 0.05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatansarana air bersih dengan risiko kejadian diare pada balita di wilayahPuskesmas Momunu Kabupaten Buol. Masyarakat telah mengetahui dampak danmanfaat mengkonsumsi air bersih.

Air merupakan sumber kehidupan yang berperan penting dalam hidup dankehidupan seluruh mahluk di muka bumi, salah satu bentuk Perilaku HidupBersih dan Sehat dalam kehidupan manusia adalah selalu menggunakan airbersih untuk keperluan sehari-hari. Kita ketahui bersama kualitas airdapat mempengaruhi kesehatan dan kehidupan sehari-hari seperti minum,memasak, mandi dan lainnya harus dalam keadaan bersih sehingga kitadapat terhindar dari penyakit yang disebabkan karena kualitas airburuk.

Kekurangan air bersih di masyarakat akan menimbulkan masalah padabeberapa aspek yang akibatnya dapat terasa secara langsung atau tidaklangsung oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang mempunyai kemampuanekonomi yang baik dapat memenuhi air bersih dengan membeli air daribersih tangki yang dijual atau membeli air kemasan isi ulang. Sedangkanmasyarakat miskin, dimana mereka sudah memiliki uang terbatas cara untukmemenuhi kebutuhan air bersih dengan cara mengurangi jumlah konsumsi airbersih atau memakai air apa saja yang tidak jelas kualitasnya.

Penelitian ini sejalan dengan yang diilakukan oleh Hamzah Strahmawati(2021) yang meneliti tentang Hubungan Hubungan Penggunaan Air Bersih danJamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita, menunjukkan bahwa adahubungan penggunaan air barsih dengan kejadian diare pada balitaberdasarkan hasil chi-square diperoleh  p < ? (0. 03 < 0.05).

Hubungan Ketersediaan Jamban Keluarga Ibu dengan Resiko Kejadian Diare

Hasil penelitian dari 160 responden terdapat 118 responden yang tidakmemiliki jamban keluarga dengan 71 responden (60.2%) menderita diare dan47 responden (39.8%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari 42responden yang memiliki jamban keluarga terdapat 38 responden (90.5%)yang menderita diare dan 4  responden (9.5 %) tidak menderita diare.Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.000,  ( p < 0.05)artinya terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan jambankeluarga dengan risiko kejadian diare pada balita di wilayah PuskesmasMomunu Kabupaten Buol. Masyarakat telah mengetahui jika BAB sembarangtempat dapat menyebabkan penularan penyakit, program pamsimas yangdiadakan tahun 2022 telah mengakomodir sebagian besar jamban sehat bagimasyarakat di wilayah Puskesmas Momunu.

Jamban sehat merupakan fasilitas sanitasi keluarga yang wajibdimiliki oleh semua rumah tangga. Setiap hari manusia membuangkotorannya sehingga jika tidak di tampung dengan baik akan menyebabkanberbagai macam penyakit (Meri, F & Dewi, R.R.K. 2020).

Kondisi jamban keluarga yang buruk dapat mempengaruhi kesehatanlingkungan dengan menyebabkan diare karena kotoran yang terkubur denganburuk sehingga dapat menarik lalat dan tikus untuk dating yang dimanajuga merupakan vector pembawa kman dan mikroorganisme penyebab diare.Penyakit timbul dari interaksi antara lingkungan, patogen, dan inang. Pembuangan feses yang tidak sesuai dapat mencemari tempat tinggal,tanah, dan sumber air (Maidartati & Rima, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan yang diilakukan oleh Hidayati Fajrinadkk (2022) yang meneliti tentang Analisis Determinan Kejadian Diare PadaBalita di Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci, menyatakan terdapathubungan antara pemanfaatan jamban dengan Kejadian Diare Pada Balita diKecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci dimana berdasarkan hasilchi-square diperoleh  p < ?  (0.000  < 0.05)

Hubungan Pemanfaatan Jamban Keluarga dengan Risiko Kejadian Diare

Dari 160 responden yang di wawancara terdapat 115 responden yangtidak memanfaatkan jamban keluarga dengan 73 responden (63.5%) menderitadiare dan 42 responden (36.5%) tidak menderita Diare. Selanjutnya dari45 responden yang memanfaatkan jamban keluarga terdapat 36 responden(80%) yang menderita diare dan 9  responden (20 %) tidak menderitadiare. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0.044,  ( p <0.05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan jambankeluarga dengan risiko kejadian diare pada balita di wilayah PuskesmasMomunu Kabupaten Buol. Jamban sehat yang sebagian besar telah dimilikioleh masyarakat telah dimanfaatkan dengan baik.

Menurut Sengkey dkk (2021) menjelaskan pemanfaatan jamban sehatasangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia,karena jamban dapat mencegah berkembangbiaknya berbagai penyakit yangdisebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik.Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik dan sembarangan dapatmengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi,dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan yang diilakukan oleh Abidin dkk (2022yang meneliti tentang Faktor Air, Sanitasi, dan Higiene terhadapKejadian Diare pada Balita Di Permukiman Kumuh Kota Makassar yangmenyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan jambandengan kejadian diare pada Balita Di Permukiman Kumuh Kota Makassardengan nilai p-value (0.002).

Faktor Risiko Dominan Terhadap Kejadian Diare

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji logistic regresi diperoleh hasil dari tiga belas variabel yang telah diuji, ada 1 variabelyang memperoleh nilai P-value = 0,001 < 0,05 artinya bahwaketersediaan jamban merupakan faktor yang paling dominan terhadapkejadian diare di wilayah Puskesmas Momunu. Jamban sehat merupakanpenyebab utama prevalensi kejadian diare diberbagai wilayah, masyarakatyang secara sengaja buang kotoran disembarang tempat berpotensimenyebabkan terjadinya penularan penyakit kepada masyarakat melaluikotoran yang dibuang sembarang tempat.

Hal ini sejalan sejalan dengan yang diilakukan oleh Hidayati Fajrinadkk (2022) yang meneliti tentang Analisis Determinan Kejadian Diare PadaBalita di Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci, menyatakan terdapathubungan antara kepemilikan jamban dengan Kejadian Diare pada Balita diKecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci dimana berdasarkan hasilchi-square diperoleh  p < ?  (0.000  < 0.05).

KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor-faktor tertentu seperti status gizi, imunisasi, kebiasaan cucitangan, pendapatan, ketersediaan sarana air bersih, pemanfaatan saranaair bersih, ketersediaan jamban keluarga, pemanfaatan jamban keluargaberhubungan dengan risiko kejadian diare pada balita di wilayahPuskesmas Momunu Kabupaten Buol. Variabel yang paling dominan adalahketersediaan jamban keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Adhiningsih, Y. R., Athiyyah, A. F., & Juniastuti, J. 2019. DiareAkut pada Balita di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya. JurnalIlmiah Kesehatan, 1(2).

Aprilia, V., Zulaikha, F., & dkk. 2022. Hubungan Asupan Vitamin Adan Pemberian Asi Eksklusif terhadap kejadian diare pada balita:Literature Riview. Borneo Student Research, 1330.

Anggrayani, D., & Herlina. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu TentangTatalaksana Diare di Rumah dengan Kesembuhan Diare pada Balita diWilayah Puskesmas Pondok Raji. Academia. Edu.

Ardyani, D. (2018). Studi Deskriftif Hemodinamik Pada Pasien DiareAnak Dengan Dehidrasi. 8–31.

Prawati, D. D., & Haqi, D. N. (2019). FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKEJADIAN DIARE DI TAMBAK SARI, KOTA SURABAYA. Jurnal Promkes, 7, 35.

Tuang, A. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Anak. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10, 535.

B, S., & N.B, S. 2012. Diare Akut Pada Anak.Surakarta.

Bumulo, S. 2012. Hubungan Sarana Penyediaan Air Berrsih dan JenisJamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Piloloda Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2012.[Skripsi]. Gorontalo:Universitas Negeri Gorontalo.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana DiarePada Balita, Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Depkes RI. 2017. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:Ditjen PPM dan PL.

Desiyanto, & Djannah. (2013). Efektifitas Mencuci TanganMenggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) TerhadapJumlah Angka Kuman. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(2).

Dinas Kesehatan Kabupaten Buol.  2020. Profil Kesehatan.

Dinkes Peovinsi Sulawesi Tengah.  2020. Profil Kesehatan ProvinsiSulawesi Tengah.

E, H. (n.d.). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan PenatalaksanaanAwal Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Skripsi,3–4.

Fitriani Nurul, dkk. 2021. Analisis Faktor Risiko Terjadinya Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi. MEDIC,Volume 4, nomor 1, Hal: 154-164

Haswari Galuh Tri, 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Purwodadi KabupatenGrobogan. Public Health Perspectives Journal 4 (3) 2019 232 - 239.

Hidayati Fajrina, 2022. Analisis Determinan Kejadian Diare padaBalita di Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci. Jurnal Endurance :Kajian Ilmiah Problema Kesehatan   Vol 7(3)

Ibrahim Ilham, 2021. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten,Indonesia.  Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol. 2 Issue 1page 34 - 43

Irwan.  2021. Metode Penelitian Kesehatan (I. Aziz (ed.)). ZahirPublishing.

Kemenkes RI.  2011a. Buku Saku Lintas Diare (Lima Langkah TuntaskanDiare).

Kemenkes RI. 2011b. Buletin Data dan Kesehatan: Situasi Diare diIndonesia.

Kemenkes RI.  2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil KesehatanIndonesia.

Kemenkes RI.  2018. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Tatalaksana Diare Balita.Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Buku Saku Petugas Kesehatan.

Lapau, B.  2015. Metode Penelitian Kesehatan. Yayasan Pustaka OborIndonesia.

LM, L., CLF, W., A, N., C, V., & RE, B. (2011). Breastfeeding andThe Risk For Diarrhea Morbidity And Mortality. BMC Public Health. 11(3),16.

Malikhah, L. 2012. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu DalamPencegahan Dan Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita DiDesa Hegarmanah Jatinangor. 8–9.

Nuraeni, A.  2012. Hubungan penerapan PHBS Keluarga Dengan KejadianDiare Balita di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang. Depok?: Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia.

Proverawati, & Rahmawati.  2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.Nuha Medika.

Rane Silvia, dkk. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentangDiare Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kelurahan Lubuk BuayaWilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.2017; 6(2)

Rohmah Nikmatur & Syahrul Fitriani, 2017. Hubungan Kebiasaan CuciTangan dan Penggunaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare Balita. JurnalBerkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 1,

Soentpiet Marilina Dkk, 2015. Hubungan Faktor Sosiodemografi DanLingkungan Dengan Diare Pada Anak Balita Di Daerah Aliran SungaiTondano.Jurnal E-Clinic (Ecl), Volume 3, Nomor 3

Sugiyono.  2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. Alfabeta.

Supariasa IDN,  et. a.  2012. Penilaian Status Gizi. EGC.

Susanti, A.  2015. Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diarepada anak di Desa Pulosari Kecamatan Kebakkramat KabupatenKaranganyar.

Tuang Agus, 2021. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan KejadianDiare pada Anak. Jurnal Ilmu Kesehatan Sandi Husada  Volume 10 Nomor2.

Utami Rosiana Putri, 2022. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu denganPraktik Penatalaksanaan Diare pada Balita. Jurnal Riset KesehatanMasyarakat 2022, 1, 4 ISSN: 2807-8209

Valentina Panca Kurnia, dkk. 2020. Hubungan Status Gizi dengan Diarepada Balita di Puskesmas Batu Aji Pada Tahun2020. Research Institutionsand Community Services in Batam University Volume 11, Issue 1

Wahyudi, A. (2014). Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Pengasuh denganKejadian Diare pada Balita di Desa Talaga Kecamatan Ganding KabupatenSumenep. Journal Ilmu Kesehatan, 1(2), 1–5.

Widoyono.  2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahandan Pemberantasannya. Erlangga.

Wijayanti.  2010. Hubungan antara Pemberian Asi Eksklusif DenganAngka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan Di Puskesmas GilinganKecamatan Banjar Sari Surakarta.

Yantu Sintia Salmawati, dkk. 2021. Hubungan Antara Sarana Air Bersihdan Jamban Keluarga dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Waleure.   Jurnal KESMAS, Vol. 10, No. 6, Juni 2021

Published

2023-11-10

How to Cite

Pagisi, W. A. S., Kadir, L., & Tarigan, S. N. (2023). Faktor Risiko Kejadian Diare pada Balita: Studi Observasional di Puskesmas Momunu, Kabupaten Buol. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1203. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1203

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check