Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Saat Persalinan : Systematic Review

Authors

  • Dwi Ratnawaty Hakim Universitas Sriwijaya, Indonesia
  • Yuanita Windusari Universitas Sriwijaya, Indonesia
  • Novrika Sari Universitas Sriwijaya, Indonesia
  • Nur Alam Fajar Universitas Sriwijaya, Indonesia

Keywords:

APD, Bidan, Pengetahuan, Persalinan, Sikap

Abstract

The risk of infection transmission during childbirth to midwives is still observed to be high. Prevention by using standards personal protective equipment tends to be less adhered to by midwives. The compliance is associated with the level of knowledge and attitudes of midwives. This study will discuss the relationship between knowledge and attitudes of midwives as predisposing factors for compliance of PPE during childbirth. This systematic literature review (SLR) uses Google Scholar and PUBMED in accordance with keywords and PRISMA guidelines. Data was extracted into Microsoft Excel and analyzed descriptively. 9 cross-sectional articles included in this SLR and most of the studies stated that the knowledge and attitudes of midwives were significantly related to compliance of PPE during childbirth assistance. Knowledge will be a control for midwives to have a positive attitude, especially in wearing complete PPE. Several studies also report that these two factors don’t relate each other because it can be influenced by low levels of knowledge and attitudes as well as external factors such as discomfort when wearing PPE. Therefore, the knowledge and attitude factors of a midwife are still dominant in influencing the level of compliance of PPE during childbirth assistance.

Dwi Ratnawaty Hakim1, Yuanita Windusari2,Novrika Sari3, Nur Alam Fajar4

1 dwi.hakim16@gmail.com

2 ywindusari@Unsri.ac.id

3 novrikasari@fkm.unsri.ac.id

4 nuralamfajar@fkm.unsri.ac.id

PENDAHULUAN

Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan9 seperti bidan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penularan 9penyakit berkaitan kontak langsung 9dengan cairan tubuh pasien. Hal ini dapat berupa infeksi melalui darah, cairan vagina, 9 air mani, cairan ketuban, dan 9cairan tubuh lainnya. Maka dari itu, setiap petugas yang bekerja di lingkungan dengan risiko tersebut 9sangat berisiko tertular apabila9 tidak melakukan prosedur pencegahan infeksi (Sinuhaji, 2021; Istiqamah, 2020).

Bidan sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan terdepan dengan risiko tertular penyakit dari pasien HIV/AIDS dan hepatitis. Angka kejadian HIV dan AIDS pada ibu hamil terus meningkat (Andriani, 2018). Suatu observasi 9dan wawancara terhadap 58 bidan di Iran 9menemukan bahwa 82,2% mengalami tertusuk jarum suntik. Survei lainnya selama9 enam bulan menunjukkan 74% bidan pernah9 menyentuh 9darah pasien dengan tangan kosong, 51% terkena9 percikan darah atau cairan9 tubuh ke wajah, 24% mengalami tertusuk jarum suntik dan9 hanya 55% bidan yang melakukan9 prosedur pencegahan standar (Amiri-Farahani et al., 2022; Renjani et al., 2020).

Cara paling efektif untuk memutus rantai masuknya penyakit adalah dengan mengendalikan penularan virus. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memegang prinsip pencegahan infeksi khususnya prosedur pencegahan standar (Renjani et al., 2020a). Prosedur pencegahan standar berkaitan dengan serangkaian praktik pencegahan infeksi selama kontak dengan pasien, terlepas dari diagnosis yang dicurigai maupun dikonfirmasi, atau status infeksi yang diperkirakan. Hal ini dirancang untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui darah dan patogen yang berasal dari elemen tubuh manusia (H. Hidayah, 2020; Rahmadona et al., 2014a). Prosedur pencegahan standar telah diadopsi di seluruh dunia dengan beragam modifikasi sejak pertama kali dikenalkan (Adebayo et al., 2015). WHO melaporkan bahwa 1.400.000 orang di seluruh dunia menderita komplikasi terkait Healthcare-Associated Infection (HAI). HAI dikaitkan dengan peningkatan durasi rawat inap, kematian tidak diinginkan, dan dampak ekonomi dan psikososial terhadap orang-orang yang terkena dampak, disamping keluarga dan komunitas sekitarnya (WHO, 2022). Tingkat infeksi dari rumah sakit yang tidak dapat dihindari di negara-negara berkembang akibat perawatan medis diperkirakan sekitar lebih dari 40%. Peningkatan kematian bayi setelah lahir di negara-negara berkembang disebabkan oleh infeksi yang didapat di rumah sakit yang merupakan salah satu penyebab utama sebagaimana diungkapkan oleh beberapa penelitian (WHO, 2016). Infeksi nosokomial, seperti endometritis, infeksi panggul pasca operasi, infeksi saluran kemih, sepsis neonatal, dll., merupakan komplikasi serius pada persalinan normal. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan menyimpulkan kenaikan kasus HIV dari 2010-2015 sebesar 140 kasus sedangkan kenaikan 2 kali lipat terpantau pada kasus hepatitis B. Terjadinya infeksi pasca operasi mendekati 38%. Infeksi pada lokasi bedah sebagai kontaminasi nosokomial ketiga terbanyak disebabkan dari sumber ginekologi dan obstetri (Faro & Faro, 2008).

Menurut WHO (2016), prosedur pencegahan standar terdiri dari sanitasi tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara rutin, penerapan teknik sterile no-touch, dekontaminasi-sterilisasi peralatan selama perawatan pasien, peraturan lingkungan (misalnya, permukaan pembersihan), isolasi limbah kecuali benda tajam, dan karantina pasien sesuai dengan tingkat kondisi sebagai sumber penularan infeksi. Meskipun prosedur ini telah diadopsi secara luas oleh berbagai organisasi, terdapat kesenjangan dalam penerapannya oleh petugas kesehatan dan cedera perkutan akibat tertusuk jarum suntik dan instrumen tajam yang semakin meningkat (Kevitt & Hayes, 2015; Powers & Armellino, 2016).

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan perlengkapan pelindung pekerja dari paparan  potensi bahaya 9pada lingkungan kerja, baik kecelakaan9 maupun penyakit akibat kerja (Alfanti & Sawitri, 2017). Bidan wajib menggunakan APD selama pelayanan kebidanan untuk mengurangi potensi bahaya di lingkungan kerja. Bidan sangat 9berisiko tertular infeksi dari ibu hamil seperti HIV/AIDS, virus hepatitis C, dan9 virus hepatitis B (Kemenkes RI, 2019; Suprapto, 2020). Hal ini berkaitan dengan tindakan medis yang berkontak9 darah dan cairan 9tubuh pasien melalui percikan pada mukosa mata, mulut,9 dan hidung (Hidayah, 2020).

Faktor predisposisi yang mempengaruhi kelengkapan9 penggunaan APD pada bidan diantaranya9 pengetahuan dan sikap. Idealnya APD akan baik bila pengetahuan dan sikap bidan terhadapnya juga baik (Alfanti & Sawitri, 2017; Istiqamah, 2020). Demikian pula perilaku yang berdasarkan ilmu pengetahuan akan lebih bertahan lama (Adebayo et al., 2015). Karena tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan APD pada 9bidan dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan 9penyakit akibat kerja serta terhindar 9dari infeksi. Kajian literatur ini akan membahas mengenai pengetahuan dan sikap bidan sebagai faktor predisposisi dari kepatuhan penggunaan alat 9pelindung diri saat persalinan.

METODE

Studi ini akan mengumpulkan beberapa studi penelitian dan merangkumnya untuk menjawab pertanyaan penelitian menggunakan seleksi terstruktur yang dikenal sebagai tinjauan literatur sistematis/systematic literature review (SLR) (Triandini et al., 2019). Hasil utama penelitian ini adalah merangkum secara deskriptif hubungan sikap dan pengetahuan bidan terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dalam pertolongan pengiriman dari studi-studi yang terinklusi.

Studi ini menggunakan database Google Scholar dan PUBMED. Rentang waktu pencarian yang digunakan antara tahun 2013-2023. Istilah dan kata kunci yang diterapkan dalam Bahasa Indonesia: [Bidan AND (Sikap OR Pengetahuan) AND (Alat Pelindung Diri OR APD) AND persalinan] serta dalam Bahasa Inggris: [Midwives AND (knowledge OR attitude) AND (personal protective equipment OR PPE OR precaution) AND (Labor OR Childbirth OR Birthing)] atau dengan kata kunci yang serupa. Tinjauan ini dilaporkan sesuai dengan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Untuk dimasukkan dalam tinjauan ini, penelitian harus melibatkan bidan sebagai peserta dan fokus pada pengetahuan dan sikap mereka terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dalam pertolongan persalinan yang dilakukan di Indonesia.  Kriteria ekslusi diantaranya artikel penelitian non-primer, artikel yang tidak dalam bentuk teks lengkap, dan artikel yang tidak dipublikasikan dalam bahasa Inggris maupun Indonesia.

Data diambil dari penelitian yang telah terpilih sesuai pedoman PRISMA yang dilakukan. Ekstraksi data sesuai prosedur standar dengan Miscrosoft excel. Data studi ini meliputi: nama penulis pertama, tahun publikasi, jenis desain penelitian, lokasi penelitian termasuk wilayah, partisipan (populasi/ukuran sampel).

HASIL

Hasil Penyaringan Studi penelitian mengidentifikasi sebanyak 620 studi melalui pencarian database elektronik (Google Scholar dan PUBMED) sesuai diagram PRISMA. Setelah itu, 248 studi duplikat disaring dan 375 studi lainnya tereklusi saat seleksi judul dan abstrak. Selanjutnya, 18 studi terkeklusi setelah membaca teks lengkap. Akhirnya, 9 studi cross-sectional digunakan dalam telaah sistematis ini (Gambar 1).

Figure 1. Penyaringan Artikel Penelitian dengan PRISMA

Figure 2. Hasil Pencarian Studi

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan Bidan terhadap Kepatuhan Penggunaan APD dalam Pertolongan Persalinan

Hasil penelitian sesuai tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% bidan memiliki pengetahuan baik mengenai penggunaan APD dan hasil statistik chi-square menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD dalam pertolongan persalinan (Rahmadona et al., 2014; Asmara, 2020; Renjani et al., 2020; Sari, 2021). Sari et al., (2021) menyatakan bahwa sebagian besar bidan patuh menggunakan APD karena dapat mencegah terkena mikro organisme dan cedera selama persalinan.  Asmah et al (2021) menambahkan bahwa pengetahuan dapat meningkatkan 17 kali lebih tinggi dari tingkat kepatuhan penggunaan APD. Selain itu, penelitian Noveri (2012) diketahui bahwa 15 responden yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai proporsi praktek yang baik lebih besar yaitu sebesar 53,3%. Sedangkan 16 responden yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai proporsi praktek kurang dari 93,8%. Berdasarkan uji statistik chi-square diketahui p value sebesar 0,006. Bila nilai P < ? (0,05) berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan bidan tentang prosedur pencegahan standar dalam pertolongan persalinan dengan pemahaman bahwa semakin tinggi ilmunya, semakin baik pula sikap dan perilaku yang ditunjukkan

Pengetahuan akan membentuk suatu keyakinan, sehingga bidan dapat menerapkan praktik yang baik sesuai dengan keyakinan dan pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh bidan melalui pendidikan formal dan informal meningkatkan kesadaran bidan untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuannya baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam menentukan tindakan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pertolongan persalinan. Dengan kata lain, pengetahuan akan menjadi kontrol bagi bidan untuk berperilaku baik khususnya dalam melaksanakan prosedur pencegahan standar.

Pengetahuan bidan tentang APD sudah cukup baik seperti mengetahui pengertian APD, manfaatnya saat bekerja, dan standar APD (Novelia et al., 2021). Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Dewi (2022) melaporkan sebanyak 50% bidan berpengetahuan tinggi dan Novelia (2021) juga menemukan hampir seluruh bidan memiliki pengetahuan yang baik (97 bidan; 95,1%). Namun, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD dalam pertolongan pengiriman pada kedua penelitian tersebut. Walaupun tingkat pengetahuan seorang bidan sudah baik, kenyataan di lapangan masih terdapat bidan yang tidak menggunakan APD standar saat pertolongan persalinan terhadap pasien seperti masker, sarung tangan, apron, penutup kepala dan sepatu tertutup (Dewi & Widowati, 2022; Renjani et al., 2020). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu mereka memahami bahwa APD digunakan dalam kondisi darurat misalnya pada pasien yang menderita penyakit menular, serta keterbatasan APD yang disediakan oleh pihak puskesmas (Novelia et al., 2021).

Hubungan Sikap Bidan terhadap Kepatuhan Penggunaan APD dalam Pertolongan Persalinan

Sikap merupakan suatu reaksi atau tanggapan yang masih tertutup dari diri seseorang terhadap suatu rangsangan atau objek. Keadaan dan kesiapan mental yang diatur melalui pengalaman, memberikan pengaruh dinamis atau terarah respon individu terhadap semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap menunjukkan kesesuaian reaksi terhadap rangsangan tertentu (Novelia et al., 2021). Hal ini juga sejalan dengan Apriluana et al (2016) bahwa kepatuhan terhadap APD lengkap sesuai SOP merupakan respon dari sikap bidan yang positif. Penelitian lain menyatakan bahwa faktor sikap bidan yang positif berhubungan dalam peningkatan kepatuhan terhadap APD lengkap sebesar 30 kali lipat dari keadaan awal (Asmara, 2020). Faktor lainnya terkait dengan seiring dengan pengetahuan APD yang baik untuk melindungi operator dan pasien akan selaras dengan kepatuhan dalam memakai atribut tersebut secara lengkap selama pengiriman, seperti penutup kepala, kacamata goggles, masker, sarung tangan, celemek dan sepatu boots (Adyani, 2021).

Sikap bidan yang positif juga tidak menjamin adanya kepatuhan yang baik terhadap penggunaan APD selama persalinan (Novelia et al., 2021). Terdapat faktor eksternal yang dapat berpengaruh pada hal tersebut, seperti ketidaknyamanan bekerja dengan APD, 9sarana dan prasarana yang minimal9 maupun pihak puskesmas yang9 kurang motivasi dan pengawasan (Janah & Sari, 2021; Renjani et al., 2020). Faktor ketidaknyamanan saat digunakan juga dilaporkan Yuliana (2016) dimana bidan lebih patuh menggunakan APD lengkap saat kala I dibandingkan kala II dan III karena APD wajib pada fase tersebut hanya headcap, masker dan handscoon. Selain itu, rendahnya sikap positif seorang bidan terhadap APD didominasi karena alasan terbiasa bekerja tanpa APD lengkap dan menolak jika diberi sanksi terkait hal tersebut (Dewi & Widowati, 2022; Sari, 2021). Hal yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara sikap dan kepatuhan penggunaan APD adalah faktor pengalaman pribadi dan faktor emosional. Pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat dapat membentuk sikap dengan landasan kokoh. Dalam hal ini, faktor emosional yang terlibat menjadi penyataan dari sikap yang tercipta (Rhamawan 2022). Pengalaman buruk mungkin menjadi latar belakang seseorang untuk bersikap negatif terhadap APD lengkap yang ditunjukkan dengan ketidaknyamanan bahkan sangat menentang kebijakan peraturan kepatuhan APD.

KESIMPULAN

Faktor pengetahuan dan sikap seorang bidan masih dominan untuk memengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD dalam pertolongan persalinan. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor-faktor tersebut, namun masih perlu adanya perhatian khusus dari setiap fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan APD melalui pelatihan lebih lanjut. Selain itu, studi ini dapat menjadi dasar dilakukan studi lain yang lebih mendalam dengan pembahasan lebih luas dapat dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh pengetahuan dan sikap bidan sebagai faktor predisposisi dari penggunaan alat pelindung diri dalam pertolongan persalinan salah satunya melalui meta-analisis

DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, O., Labiran, A., & Imarhiagbe, L. (2015). Standard Precautions in Clinical Practices: A Review. International Journal of Health Sciences & Research (Www.Ijhsr.Org) International Journal of Health Sciences and Research, 5215(9).

Alfanti, G., & Sawitri, D. R. (2017). Safety climate and construction workers’ compliance on the use of personal protective equipment in construction project Jakarta. Advanced Science Letters, 23(4). https://doi.org/10.1166/asl.2017.9106

Amiri-Farahani, L., Gharacheh, M., Sadeghzadeh, N., Peyravi, H., & Pezaro, S. (2022). Iranian midwives’ lived experiences of providing continuous midwife-led intrapartum care: a qualitative study. BMC Pregnancy and Childbirth, 22(1). https://doi.org/10.1186/s12884-022-05040-z

Andriani, L. (2018). Penerapan Universal Precaution Untuk Pencegahan Penularan HIV-AIDS. Jurnal Media Kesehatan, 7(1). https://doi.org/10.33088/jmk.v7i1.225

Br Sinuhaji, L. N. (2021). Relationship Between Respondent Characteristics With Implementation Of Public Infection Prevention By Midwife In UPTD Puskesmas Mompang District Panyabungan District Mandiling In 2021. Science Midwifery, 9(2). https://doi.org/10.35335/midwifery.v9i2.956

Dewi, I. F. S., & Widowati, E. (2022). Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan APD dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD Tenaga Kesehatan. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 6(3).

Faro, C., & Faro, S. (2008). Postoperative Pelvic Infections. Infectious Disease Clinics of North America. Infectious Disease Clinics of North America.

Hidayah, H. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bidan Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Dalam Pertolongan Persalinan Normal di RSKDIA Siti Fatimah dan RSKDIA Pertiwi Makassar Tahun 2020: . Jurnal Ilmiah Amanah Akademika, 3(1), 51–56.

Istiqamah, I. (2020). The relationship of Attitude with the compliance of Midwives in the prevention of infection in Aid Delivery in Balangan Hospital. https://doi.org/10.4108/eai.23-11-2019.2298340

Janah, E. N., & Sari, E. D. (2021). Relationship of Nurse’s Knowledge AndAttitude With Compliance the Use of Personal Protection Tools in The Pandemic Period COVID-19. Jurnal Kesehatan Mahardika, 8(1). https://doi.org/10.54867/jkm.v8i1.11

Kemenkes RI. (2019). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir. In Kementerian Kesehatan RI.

Kevitt, F., & Hayes, B. (2015). Sharps injuries in a teaching hospital: Changes over a decade. Occupational Medicine, 65(2). https://doi.org/10.1093/occmed/kqu182

Novelia, S., Lubis, R., Murniati, R., & Carolin, B. T. (2021). Practices of Midwives in the Use of Personal Protective Equipment when Aid Labor during the COVID-19 Pandemic. Nursing and Health Sciences Journal (NHSJ), 1(2). https://doi.org/10.53713/nhs.v1i2.45

Powers, D., & Armellino, D. (2016). Factors Influencing Nurse Complaince with standard precautions. American Journal of Infection Control, 44(1), 4–7.

Rahmadona, R., Serudji, J., & Erwani, E. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Bidan dalam Pencegahan Risiko Penularan HIV/AIDS pada Pertolongan Persalinan Normal di Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3). https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.191

Reni Asmara Ariga, S.Kp., M. A. R. S. J. (2020). Buku Ajar Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan. In SELL Journal (Vol. 5, Issue 1).

Renjani, R. S., Handriani, E., Nuzul, R. Z. A., & Suanda, J. (2020). The factors related to the midwife’s universal precaution practice in childbirth assistance in delivery room Tgk. Chik Ditiro Hospital Sigli. AIP Conference Proceedings, 2291. https://doi.org/10.1063/5.0027589

Sari, A. F. (2021). Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Covid-19 pada Petugas Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 2(2).

Suprapto, S. (2020). Nurse Compliance using Basic Personal Protective Equipment in Providing Health Services Nursing Actions. International Journal of Medicine and Public Health, 10(3). https://doi.org/10.5530/ijmedph.2020.3.25

WHO. (2016). Standard precautions in health care. Https://Www.Who.Int/Docs/Default-Source/Documents/Health-Topics/Standard-Precautions-in-Health-Care.Pdf.

WHO. (2022). WHO launches first ever global report on infection prevention and control. Https://Www.Who.Int/News/Item/06-05-2022-Who-Launches-First-Ever-Global-Report-on-Infection-Prevention-and-Control.

Published

2023-12-10

How to Cite

Hakim, D. R., Windusari, Y., Sari, N., & Fajar, N. A. (2023). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Saat Persalinan : Systematic Review. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1340. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1340

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>