Evaluasi Efek Samping Obat Antihipertensi pada Pasien di RSAU Dr. M Salamun Periode Juni 2023

Authors

Keywords:

Hipertensi, Obat antihipertensi, Efek samping

Abstract

Antihypertensives are a class of drugs used to lower high blood pressure or hypertension. Antihypertensive drugs commonly used are Amlodipine, Bisoprolol, Candesartan, Captopril, Furosemide. In its use, antihypertensive drugs can cause several side effects. This study was conducted to determine the side effects of antihypertensive drugs in patients in the outpatient installation at RSAU Dr. M Salamun Bandung for the period of June 2023. The research method used was a descriptive survey using questionnaires and direct interviews with patients, and the sample was selected using purposive sampling with the Slovin formula. The results of the study found a number of 292 respondents who met the inclusion criteria. Hypertension patients experienced more by women as many as 174 people (59.6%), compared to men as many as 118 people (40.4%). And based on the age category, there were 164 people (56.1%) aged > 61 years. The highest number of antihypertensive drug use is with a combination of 2 drugs namely Amlodipine + Bisoprolol. There were 185 patients who experienced symptoms of drug side effects. The most common side effects of antihypertensive drugs are: Urinating every night, drowsiness, swollen feet, fatigue, dizziness.

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah pada tubuh kita melebihi batas normal. Diagnosis hipertensi terjadi ketika seseorang memiliki hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukan hasil 140 mmHg tekanan sistol (angka pertama) dan / atau 90 mmHg tekanan diastol (angka kedua) lebih dari 1x kunjungan ke dokter (Manik dan Rahmadani, 2023).

Di Indonesia sendiri angka penderita penyakit hipertensi khususnya orang dewasa mencapai 25,8 – 34,1% pada tahun 2013 -2018 berdasarkan laporan dari Data Riset Kesehatan Dasar (Nugraha, 2022).

Penderita hipertensi biasanya menganggap remeh penyakit hipertensi, karena hanya merasakan gejala hipertensi yang tidak parah. Gejala umum hipertensi biasanya penderita akan merasakan kepala pusing/ kepala nyeri, badan lemas, tengkuk terasa kaku / berat. Meremehkan penyakit hipertensi itu merupakan suatu kesalahan yang besar. Karena hipertensi disebut juga (the silent killer) pembunuh tersembunyi (Kristanti, 2015).

Antihipertensi adalah golongan obat - obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Penggolongan antihipertensi terdiri dari diuretik, ? – reseptor blocker (penghambat alfa), ? – reseptor blocker (penghambat beta, Antagonis Kalsium, ACE inhibitor, Angiotensin II reseptor blocker (ARB), Alpha–2 reseptor agonist, penghambat adrenergic perifer, penghambat renin. Terapi farmakologi antihipertensi kombinasi terdiri dari Kombinasi dua antihipertensi, Kombinasi tiga antihipertensi, Kombinasi empat antihipertensi. (Rahmat dan Emelia, 2022)

Efek samping obat adalah efek yang dapat merugikan dan tidak diinginkan yang terjadi pada manusia untuk pencegahan, diagnosis atau terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisologik (Alnadia dkk, 2019).

Obat Hipertensi yang biasa digunakan di RSAU Dr. M Salamun adalah Amlodipin, Bisoprolol, Candesartan, Captopril, dan Furosemide. Efek samping yang timbul dari mengkonsumsi obat-obatan dapat menyebabkan turunnya kualitas hidup pasien, dari segi fisik maupun ekonomi. Akan tetapi, pelaporan efek samping dari suatu obat di Indonesia ini masih sangat jarang dilakukan oleh pasien (Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan masalah latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang efek samping obat golongan Antihipertensi pada pasien rawat jalan di RSAU dr. M Salamun Bandung.

METODE

Alat dan Bahan Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian pada penelitian ini adalah dengan data primer menggunakan angket / kuesioner berupa pertanyaan tertulis yang sudah di analisis validitas dan reliabilitasnya.

Jenis dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah penelitian dengan metode penelitian survei (survey research method) penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi, terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian non eksperimen.

Penelitian survei ini bersifat deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek samping obat antihipertensi pada pasien hipertensi dan kaitanya dengan umur, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya.

Populasi Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan khususnya di Poli Jantung RSAU Dr M Salamun Bandung yang memiliki riwayat hipertensi.

Sampel pada penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat Antihipertensi khususnya Amlodipin, Bisoprolol, Candesartan, Captopril, Furosemide.

Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin, dengan ukuran jumlah sampel yang diambil oleh peneliti adalah 292 orang responden dan tingkat kepercayaan 99%.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual, setelah data terkumpul diolah dengan cara:

1. Pemeriksaan data (Editing)

2. Pemeriksaan coding (Data yang diperoleh diberi kode untuk memudahkan dalam pembacaan data)

3. Skoring (Data diberikan penilaian untuk memudahkan dalam proses tabulasi)

4. Tabulating (Penyusunan data dalam bentuk tabel)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis di RSAU Dr. M Salamun Bandung mengenai “Efek samping obat Antihipertensi pada pasien di Instalasi rawat jalan di RSAU Dr. M Salamun Bandung periode Juni 2023” maka didapatkan data jumlah responden pasien hipertensi sebanyak 292 orang.

Kategori Usia Jenis Kelamin
P % L %
20-40 Tahun 4 1,4% 3 1,0%
41-60 Tahun 75 25,7% 46 15,8%
>61 Tahun 95 32,5% 69 23,6%
Jumlah 174 59,6% 118 40,4%
Table 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia
Lama Penggunaan Jumlah Responden Persentase
1 Minggu-1 Bulan 9 3%
2 Bulan-11 Bulan 28 10%
1 Tahun - 9 Tahun 185 63%
10 Tahun -19 Tahun 55 19%
>20 Tahun 15 5%
Jumlah 292 100%
Table 2. Responden berdasarkan lama penggunaan obat
Profil Jumlah Responden Persentase
Monoterapi 34 12%
Politerapi 2 121 41%
Politerapi 3 115 39%
Politerapi 4 22 8%
Jumlah 292 100%
Table 3. Responden berdasarkan terapi penggunaan obat antihipertensi

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 174 orang dengan persentase (59,6%) sedangkan laki-laki sebanyak 118 orang dengan persentase (40,4%) . Dan untuk hasil berdasarkan kategori usia yaitu pada usia (>61 tahun) sebanyak 164 orang dengan persentase (56,1%).

Hal ini sama dengan penelitian (Ariani, dkk 2020) Jenis kelamin didominasi perempuan dengan jumlah 43 responden (78,18%) dibandingkan laki-laki yang berjumlah 12 responden (21,82%). Karena pada perempuan akan mengalami peningkatan resiko tinggi hipertensi setelah menopause yaitu usia perempuan di atas 45 tahun. Dan perempuan yang belum menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) akan mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah meningkat.

Efek samping dari obat antihipertensi lebih banyak dialami pada pasien yang menggunakan kombinasi obat (Politerapi) sebanyak 175 orang, dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan kombinasi dengan obat yang lain (Monoterapi) hanya sebanyak 11 orang. Hal ini sama dengan penelitian (Khairiyah, dkk) obat antihipertensi kombinasi terbanyak adalah kombinasi amlodipine dan candesartan sebesar 58,06% .

Obat Antihipertensi Jumlah Responden Persentase
Amlodipine 5 13 38%
Amlodipine 10 14 41%
Candesartan 8 4 12%
Candesartan 16 2 6%
Captopril 12,5 1 3%
Jumlah 34 100%
Table 4. Penggunaan obat antihipertensi Monoterapi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amodipine 5 mg sebanyak 13 orang dan Amlodipine 10 mg sebanyak 14 orang. 20 pasien tidak mengalami ESO, sementara 7 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dialami pasien hipertensi yaitu : mulut kering sebanyak 1 orang dengan persentase (4%) , pusing sebanyak 4 orang dengan persentase (17%), sulit tidur sebanyak 2 orang dengan persentase (8%), mengantuk sebanyak 5 orang dengan persentase (21%), jantung berdebar sebanyak 2 orang dengan persentase (8%), lelah dengan 5 orang dengan persentase (21%), nyeri pada perut sebanyak 1 orang dengan persentase (4%), mual sebanyak 1 orang dengan persentase (4%), BAK tiap malam sebanyak 2 orang dengan persentase (8%), kaki dan pergelangan kaki bengkak sebanyak 1 orang dengan persentase (4%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian (Handayani dkk, 2014) efek samping yang dirasakan oleh responden yakni 13 pasien mengalami bengkak/nyeri pada persendian karena penggunaan amlodipin, 6 pasien mengalami sakit kepala karena penggunaan amlodipin, dan nyeri abdomen (nyeri perut) karena penggunaan amlodipin.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Candesartan gejala efek samping penggunaan Candesartan 8 mg sebanyak 4 orang dan Candesartan 16 mg sebanyak 2 orang. 4 pasien tidak mengalami ESO, sementara 2 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dialami oleh pasien hipertensi yaitu : sulit tidur sebanyak 2 orang dengan persentase 100%.

Hasil ini berbeda dengan efek samping Candesartan berdasarkan (MIMS, 2023) adalah infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala.

Berdasarkan hasil penelitian , terdapat penggunaan Captopril 12,5 mg sebanyak 1 orang. 1 pasien mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : batuk kering sebanyak 1 orang dengan persentase (25%), mulut kering sebanyak 1 orang dengan persentase (25%), konstipasi sebanyak 1 orang dengan persentase (25%), gangguan pengecapan sebanyak 1 orang dengan persentase (25%).

Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan (Diatmika dkk, 2017) menunjukan bahwa efek samping dari penggunaan Captopril yaitu batuk kering (76%), pusing (50%), mulut kering (30%), konstipasi (12%), bercak gatal (8%), gangguan pengecapan (6%), dan yang kemerahan di kulit (4%).

Kombinasi Obat Jumlah Responden Presentase
Amlodipin + Bisoprolol 89 74%
Amlodipin + Candesartan 3 2%
Amlodipine + Captopril 1 1%
Amlodipine + Furosemide 8 7%
Bisoprolol + Candesartan 14 12%
Bisoprolol + Captopril 1 1%
Candesartan + Furosemide 4 3%
Captopril + Furosemide 1 1%
Amlodipine + Bisoprolol + Candesartan 25 22%
Amlodipine + Bisoprolol + Furosemide 69 60%
Amlodipine + Candesartan + Furosemide 1 1%
Bisoprolol + Candesartan + Furosemide 20 17%
Amlodipine + Bisoprolol + Candesartan + Furosemide 22 100%
Jumlah 258 100%
Table 5. Penggunaan obat antihipertensi kombinasi obat
Penggunaan Tidak Mengalami Mengalami Total %
Monoterapi 23 11 34 12%
Politerapi 83 175 258 88%
Jumlah 106 186 292 100%
Table 6. Perbandingan gejala efek samping obat Antihipertensi
Profil Jumlah efek samping Persentase
Monoterapi 30 7%
Kombinasi 2 obat 105 24%
Kombinasi 3 obat 238 54%
Kombinasi 4 obat 64 15%
Jumlah 437 100%
Table 7. Perbandingan persentase efek samping yang timbul

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Bisoprolol sebanyak 89 orang. 50 pasien tidak mengalami ESO, sementara 39 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : mulut kering sebanyak 2 orang dengan persentase (3%), pusing sebanyak 15 orang dengan persentase (18%), sulit tidur sebanyak 10 orang dengan persentase (10%), mengantuk sebanyak 25 orang dengan persentase (32%), jantung berdebar sebanyak 6 orang dengan persentase (8%), lelah sebanyak 9 orang dengan persentase (12%), nyeri pada perut sebanyak 2 orang dengan persentase (3%), mual sebanyak 4 orang dengan persentase (5%), BAK tiap malam sebanyak 2 orang dengan persentase (3%), kaki bengkak sebanyak 3 orang dengan persentase (4%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan (Oktianti dkk, 2022). Pada kombinasi antara Obat Antihipertensi Amlodipin dan Bisoprolol efek samping yang ditemukan adalah sakit kepala, pusing ringan, pingsan dan atau perubahan denyut nadi atau detak jantung.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipin + Candesartan sebanyak 3 orang. 1 pasien tidak mengalami ESO, sementara 2 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : mengantuk 1 orang dengan persentase (50%), lelah sebanyak 1 orang dengan persentase (100%).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Dian dkk, 2022) pasien yang mendapatkan terapi kombinasi Amlodipin + Candesartan mengalami efek samping sebanyak 13% dari 31 pasien. Keluhan efek samping yang dirasakan pasien berupa pusing.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Captopril sebanyak 1 orang. 1 pasien tersebut mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan pasien hipertensi yaitu : batuk kering sebanyak 1 orang dengan persentase (100%).

Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan (Ahadiah dkk, 2019) pada terapi kombinasi dengan 2 golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan CCB (Amlodipin) dengan ACEI (Captopril) sebanyak 25,3%. Efek samping yang paling sering ditemui adalah edema perifer (pembengkakkan pada pergelangan kaki) karena Amlodipin, sedangkan efek samping Captopril batuk kering dan penurunan fungsi ginjal secara akut, serta hiperkalemia (tinggi kalium di dalam tubuh).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Furosemide sebanyak 8 orang. 8 tersebut mengalami ESO. Gejala yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : mengantuk sebanyak 2 orang dengan persentase (14%), lelah sebanyak 2 orang dengan persentase (14%), BAK tiap malam sebanyak 8 orang dengan persentase (57%), kaki dan pergelangan kaki bengkak sebanyak 2 orang dengan persentase (14%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan (Syakri dkk, 2017) kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah Amlodipin + Furosemide yaitu sebanyak 4 pasien mengalami efek samping sakit kepala, lemas dan pusing.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Bisoprolol + Candesartan sebanyak 14 orang. 12 pasien tidak mengalami ESO, sementara 2 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : Pusing sebanyak 1 orang dengan persentase (20%), Sulit Tidur sebanyak 2 orang dengan persentase (40%), Mengantuk sebanyak 1 orang dengan persentase (20%), Lelah sebanyak 1 orang dengan persentase (20%).

Hal ini sedikit sama dengan teori efek samping berdasarkan (MIMS, 2023) bahwa efek samping dari Bisoprolol adalah : bradikardia (detak jantung melambat), gagal jantung, astenia (lelah / lemas otot), pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, hipotensi (tekanan darah rendah). Sedangkan efek samping dari Candesartan adalah Infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Bisoprolol + Captopril sebanayak 1 orang. 1 pasien tersebut mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : batuk kering sebanyak 1 orang dengan persentase (100%)

Hal ini berbeda dengan teori efek samping berdasarkan (MIMS, 2023) bahwa efek samping dari Bisoprolol adalah : bradikardia (detak jantung melambat), gagal jantung, astenia (lelah / lemas otot), pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, hipotensi (tekanan darah rendah). Sedangkan efek samping Captopril sedikit sama dengan hasil penelitian yang dilakukan (Diatmika dkk, 2017) menunjukan bahwa efek samping dari penggunaan kaptopril yaitu batuk kering (76%), pusing (50%), mulut kering (30%), konstipasi (12%), bercak gatal (8%), gangguan pengecapan (6%), dan yang kemerahan di kulit (4%).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Candesartan + Furosemide sebanyak 4 orang. 4 pasien tersebut mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : BAK tiap malam sebanyak 4 orang dengan persentase (100%).

Hasil ini berbeda dengan teori efek samping Candesartan berdasarkan (MIMS, 2023) adalah infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala. Sedangkan efek samping terapi Furosemid berdasarkan penelitian (Mawakit, 2017) dilihat dari kadar elektrolit yaitu; 7 pasien (17%) mengalami kejadian hiponatremia ringan (kadar natrium rendah dalam darah), 10 pasien (25%) mengalami hipokalemia (kadar kalium rendah dalam tubuh) sebanyak 4 pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipin + Bisoprolol + Candesartan sebanyak 25 orang. 7 pasien tidak mengalami ESO, sementara 18 pasien mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : mulut kering sebanyak 1 orang dengan persentase (3%), pusing sebanyak 3 orang dengan persentase (10%), sulit tidur sebanyak 7 orang dengan persentase (23%), mengantuk sebanyak 11 orang dengan persentase (35%), jantung berdebar sebanyak 2 orang dengan persentase (6%), lelah sebanyak 1 orang dengan persentase (3%), nyeri pada perut sebanyak 1 orang dengan persentase (3%), mual sebanyak 1 orang dengan persentase (3%), kaki dan pergelangan kaki bengkak sebanyak 4 orang dengan persentase (13%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian (Handayani dkk, 2014) efek samping yang dirasakan oleh responden yakni 13 pasien mengalami bengkak/nyeri pada persendian karena penggunaan amlodipin, 6 pasien mengalami sakit kepala karena penggunaan amlodipin, dan nyeri abdomen karena penggunaan amlodipin. Hal ini sedikit sama dengan teori efek samping berdasarkan (MIMS, 2023) bahwa efek samping dari Bisoprolol adalah : bradikardia (detak jantung melambat), gagal jantung, astenia (lelah / lemas otot), pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, hipotensi (tekanan darah rendah). Sedangkan efek samping dari Candesartan adalah Infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Bisoprolol + Furosemide sebanyak 69 orang. 8 pasien tidak mengalami ESO, sementara61 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : batuk kering sebanyak 2 orang dengan persentase (1%), mulut kering sebanyak 6 orang dengan persentase (3%), Kemerahan pada kulit sebanyak 3 orang dengan persentase (2%), gatal-gatal sebanyak 5 orang dengan persentase (3%), pusing sebanyak 8 orang dengan Persentase (4%), sulit tidur sebanyak 24 Orang dengan persentase (13%), mengantuk sebanyak 24 orang dengan persentase (13%), jantung berdebar sebanyak 8 orang dengan persentase (4%), lelah sebanyak 14 orang dengan persentase (8%), nyeri pada perut sebanyak 7 orang dengan persentase (4%), mual sebanyak 7 orang dengan persentase (4%), BAK Tiap malam sebanyak 57 orang dengan persentase (32%), Kaki bengkak sebanyak 14 orang dengan persentanse (8%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian (Handayani dkk, 2014) efek samping yang dirasakan oleh responden yakni 13 pasien mengalami bengkak/nyeri pada persendian karena penggunaan amlodipin, 6 pasien mengalami sakit kepala karena penggunaan amlodipin, dan nyeri abdomen karena penggunaan amlodipin. Hal ini sedikit sama dengan teori efek samping berdasarkan (MIMS, 2023) bahwa efek samping dari Bisoprolol adalah : bradikardia (detak jantung melambat), gagal jantung, astenia (lelah / lemas otot), pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, hipotensi (tekanan darah rendah). Sedangkan efek samping terapi Furosemid berdasarkan penelitian (Mawakit, 2017) dilihat dari kadar elektrolit yaitu; 7 pasien (17%) mengalami kejadian hiponatremia (kadar natrium rendah dalam darah) ringan, 10 pasien (25%) mengalami hipokalemia (kalium dalam tubuh rendah) sebanyak 4 pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Candesartan + Furosemide sebanyak 1 orang. 1 pasien tersebut mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : BAK tiap malam sebanyak 1 orang dengan persentase (100%).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Dian dkk, 2022) pasien yang mendapatkan terapi kombinasi Amlodipin + Candesartan mengalami efek samping sebanyak 13% dari 31 pasien. Keluhan efek samping yang dirasakan pasien berupa pusing. Sedangkan efek samping terapi Furosemid berdasarkan penelitian (Mawakit, 2017) dilihat dari kadar elektrolit yaitu; 7 pasien (17%) mengalami kejadian hiponatremia ringan (kadar natrium rendah dalam darah), 10 pasien (25%) mengalami hipokalemia (kadar kalium rendah dalam tubuh) 4 pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Candesartan + Furosemide sebanyak 20 orang. 1 pasien tidak mengalami ESO, sementara 19 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : pusing sebanyak 1 orang dengan persentase (4%), hidung tersumbat sebanyak 1 orang dengan persentase (4%), sulit tidur sebanyak 2 orang dengan persentase (7%), jantung berdebar sebanyak 1 orang dengan persentase (4%), lelah sebanyak 3 orang dengan persentase (11%), BAK tiap malam sebanyak 19 orang dengan persentase (70%).

Hal ini sedikit sama dengan teori efek samping berdasarkan (MIMS, 2023) bahwa efek samping dari Bisoprolol adalah : bradikardia (detak jantung melambat), gagal jantung, astenia (lelah / lemas otot), pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, konstipasi, hipotensi (tekanan darah rendah). Sedangkan efek samping dari Candesartan adalah Infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala. Sedangkan efek samping terapi Furosemid berdasarkan penelitian (Mawakit, 2017) dilihat dari kadar elektrolit yaitu; 7 pasien (17%) mengalami kejadian hiponatremia ringan (kadar natrium rendah dalam darah) , 10 pasien (25%) mengalami hipokalemia (kadar kalium dalam tubuh rendah), 4 pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penggunaan Amlodipine + Bisoprolol + Candesartan + Furosemide sebanyak 22 orang. 4 pasien tidak mengalami ESO, sementara 18 pasien lainnya mengalami ESO. Gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien hipertensi yaitu : mulut kering sebanyak 3 orang dengan persentase (5%), konstipasi sebanyak 1 orang dengan persentase (2%), gatal-gatal sebanyak 1 orang dengan persentase (2%), pusing sebanyak 5 orang dengan persentase (8%), hidung tersumbat sebanyak 1 orang dengan persentase (2%), sulit tidur sebanyak 9 orang dengan persentase (14%), mengantuk sebanyak 8 orang dengan persentase (13%), lelah sebanyak 5 orang dengan persentase (8%), BAK tiap malam sebanyak 16 orang dengan persentase (25%), kaki dan pergelangan kaki bengkak sebanyak 10 orang dengan persentase (16%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan (Oktianti dkk, 2022). Pada kombinasi anatara Obat Antihipertensi Amlodipin dan Bisoprolol efek samping yang ditemukan adalah sakit kepala, pusing ringan, pingsan dan atau perubahan denyut nadi atau detak jantung. Hasil ini berbeda dengan teori efek samping Candesartan berdasarkan (MIMS, 2023) adalah infeksi saluran nafas, nyeri punggung, gejala seperti flu, pusing, sakit kepala. Sedangkan efek samping terapi Furosemid berdasarkan penelitian (Mawakit, 2017) dilihat dari kadar elektrolit yaitu; 7 pasien (17%) mengalami kejadian hiponatremia ringan (kadar natrium rendah dalam darah), 10 pasien (25%) mengalami hipokalemia (kadar kalium dalam tubuh rendah) 4 pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang.

Terapi hipertensi dengan politerapi (kombinasi) obat dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek samping yang minimal. Kombinasi antihipertensi dengan dosis rendah akan lebih efektif mengurangi timbulnya efek samping jika dibandingkan menggunakan antihipertensi tunggal dengan dosis yang tinggi. (Febri, dkk 2020)

Pemilihan pengobatan politerapi (kombinasi) dilakukan apabila perubahan gaya hidup pasien dengan pengobatan monoterapi tidak mampu menurunkan tekanan darah pasien. Peningkatan dosis dan penambahan obat antihipertensi golongan lain juga dapat dilakukan apabila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan. Pemilihan antihipertensi golongan lain dipilih yang memiliki minimum efek samping dan interaksi obat. (Febri, dkk 2020)

Setelah dilakukan penelitian, dari pembahasan efek samping obat diatas, dapat disimpulkan bahwa efek samping dari penggunaan obat Antihipertensi adalah Monoterapi jumlah efek samping sebanyak 30 persentase (7%), Kombinasi 2 obat efek samping sebanyak 105 persentase (24%), Kombinasi 3 obat efek samping sebanyak 238 persentase (54%), Kombinasi 4 obat efek samping sebanyak 64 persentase (15%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Pasien hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan. Dan berdasarkan umur pasien lebih banyak diatas 61 tahun. Obat yang banyak digunakan pasien adalah peresepan obat antihipertensi dengan 2 kombinasi obat yaitu Amlodipin + Bisoprolol. Efek samping obat antihipertensi yang paling sering terjadi yaitu : BAK tiap malam, mengantuk, kaki bengkak, lelah, pusing. Saran sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek samping obat Antihipertensi secara berkala. Serta dapat melakukan penyuluhan kepada pasien tentang efek samping obat dari penggunaan Antihipertensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadiah, N., Eddy, S.H., & Handayani, N. (2019). Evaluasi Kesesuaian Obat dan Dosis Antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Kota Tasikmalaya. DOI: 10.37160. Tasikmalaya.

Alnadia, R., Purwanti, N.U., & Susanti, R. (2019). Evaluasi rasionalitas dan efek samping obat antihipertensi di Puskesmas Singkawang Periode Januari - Juni. Jurnal Kesehatan Indonesia. Kalimantan Barat.

Ariani, Novia, Rizki, F.D., & Niah, R. (2020). Tingkat pengetahuan Pasien Tentang Efek Samping Obat Captopril Dan Amlodipine Di Puskesmas Sungai JINGAH. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 5(2), 230-239.

Dian, P.A., Haryanto, S.F.X., & Andriani, H.G. (2022). Evaluasi Antihipertensi Amlodipin dan Kombinai Amlodipin Dengan Candesartan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Beserta Komorbid. SAINSBERTEK Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi Vol 3 No. 1 - FARMASI, Malang.

Diatmika, I. K. D. P., Gusti Ayu Artini, & Desak Ketut Ernawati. (2018). Profil efek samping kaptopril pada pasien hipertensi di Puskesmas Denpasar Timur I periode Oktober 2017. E-Jurnal Medika Udayana, 7(5), 2221-225.

Febri, N.A., Munif, Y.N., & Ayu, P.D. (2020). Gambaran Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap di RSUD Panembahan Senopati. Lumbung Farmasi, Jurnal Ilmu Kefarmasian. Yogyakarta.

Handayani, D., S, Rusli. R., & Ibrahim. A. (2015). Analisis Karakteristik dan kejadian drug related problems pada pasien hipertensi dipuskesmas Temindang Samarinda. Jurnal Sains Kesehatan (J. Sains Kes., 1(2), 75-81.

Kemenkes RI. (2021). Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal Ginjal, dan Stroke. [WWW Document]. URL https://www.kemkes.go.id/article/view/21050600005/hipertensi-penyebab-utama-penyakit-jantung-gagal-ginjal-dan-stroke.html (diakses 5.12.23).

Khairiyah, U., Akib., Y.M., & Umilia, P.N. (2022). Pola Penggunaan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit. Journal Syifa Sciences and Clinical Research, Pontianak.

Kristanti, P. (2015). Efektifitas dan Efek Samping Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Calyptra J. Ilm. Mhs. Univ. Surabaya, 4, 1–13.

Manik, U.C., & Rahmadani. (2023). Kejadian Efek Samping Kaptopril Di Salah Satu Apotek Di Kota Medan Pada Bulan Juni-Juli Tahun 2022. Forte J., 3, 08–16.

Mawaqit, M., & Ndaru, S. (2017). Pola Penggunaan Durosemid dan perubahan Elektrolit Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit X Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Farmasi, 13, Yogyakarta.

Nugraha, I.B.A. (2022). Memperingati World Hypertension Day 2022, Apa yang dapat Kita Lakukan sebagai Praktisi Kesehatan [WWW Document]. Kementrian Kesehat. Direktorat Jendral Pelayanan Kesehat. URL https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1643/memperingati-world-hypertension-day-2022-apa-yang-dapat-kita-lakukan-sebagai-praktisi-kesehatan (diakses 5.13.23).

Oktianti, D., Putri, S.W.P., & Retno, W.D. (2022). Identifikasi Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit X Denpasar Periode Oktober - Desember 2021. Inpharmed Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal).

Rahmat, P., & Emelia, R. (2022). Pola Peresepan Obat Antihipertensi Trehadap Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSAU Dr. M Salamun. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1), 133-140. Bandung.

Syakri, Syamsuri, Muhammad Fitrah, & Nurjayanti. (2009). Evaluasi Farmakologi Vilians Terhadap Pengobatan Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa. Jurnal Farmasi UIN Alauddin. Makassar.

MIMS. (2023). Bhuana Ilmu Populer. Edisi 24.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta, Jakarta.

Sugiyono. (2022). Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Published

2023-09-20

How to Cite

Rizka Amalia, A., & Usviany , V. (2023). Evaluasi Efek Samping Obat Antihipertensi pada Pasien di RSAU Dr. M Salamun Periode Juni 2023. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1117. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1117

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check