Gambaran Efek Samping Obat pada Pasien Antihipertensi Poli Klinik di Salah Satu Rumah Sakit Cimareme

Authors

  • Aprilia Puspita Sari Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia
  • Veny Usviany Politeknik Piksi Ganesha, Indonesia

Keywords:

Drug side effects, Hypertension, Amlodipine

Abstract

Hypertension is a condition of increasing systolic blood pressure greater than 140 mmHg and/or diastolic blood pressure greater than 90 mmHg. This study aims to describe the side effects of using antihypertensive drugs at Cimareme Hospital for the period April 1-30 2023. The research method is a quantitative descriptive method. The data collection technique in completing this Final Project uses a basic data questionnaire with a research sample of 19 respondents and the results of the data obtained will be presented in the form of percentages, tables and diagrams. The results of this study based on gender, age and occupation were the most common patients, namely male sex as many as 13 respondents (68.5%), for adults (37-60 years) 13 respondents (68.5%), and work as a private 10 respondents (52.6%). The most commonly used drugs were Amlodipine 10 mg by 10 respondents (52.7%), furosemide 40 mg by 5 respondents (26.3%), and amlodipine 5 mg by 4 respondents (21%). The most common side effects of hypertensive patients are urinating every night, drowsiness and pain in the ankles. The results of this study showed that the most patients who experienced drug side effects, namely Amlodipine 10 mg, were male, 13 respondents.

PENDAHULUAN

Hipertensi keadaan merupakan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg ( Chobanian dkk 2023, dalam Christy). Penyakit darah tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum diderita oleh banyak masyarakat Indonesia. Penyakit pembunuh paling dahsyat yang sering menjadi momok di sebagian masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan ini telah menyebar sampai ke wilayah pedesaan. Sehingga sangatlah perlu bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi penyebab penyakit darah tinggi atau hipertensi ini. Serta apa saja gejala hipertensi agar kita dapat mengambil langkah preventif, karena bagaimanapun juga penyakit ini sangat berkaitan erat dengan organ penting seperti jantung dan juga pembuluh darah. Hal itu, karena hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan berbagai penyakit lainnya yang dapat menyebabkan kematian setiap tahun terdiagnosis dua juta kasus baru penyakit ini. Pada tahun 2000 saja hipertensi telah mengakibatkan 10,4 juta kali kunjungan ke dokter (Suprapto, 2014). Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding pembuluh arteri atau nadi. Tekanan yang darah ini diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan  serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak sampai ke jaringan seluruh tubuh. Hal ini disebabkan peredaran darah merupakan suatu sistem yang tertutup. Artinya, setelah jaringan akan kembali lagi ke jantung. Jadi, dalam peredaran darah diperlukan ujung suatu tekanan minimum (Bangun, 2005).

Efek samping obat antihipertensi umumnya dikaitkan dengan frekuensi buang air kecil yang berlebihan dan penurunan dorongan seksual (Tedla 2016, dalam Rizki 2020). Efek samping lain yang dilaporkan termasuk pusing, kelelahan, sakit kepala, jantung berdebar dan mual, meskipun ini umumnya tidak cukup mengganggu untuk menyebabkan penghentian obat (Keefe 2016, dalam Rizki 2020).

Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi di masa sekarang ini, pola makan masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan yang berasa asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi juga sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di samping karena adanya faktor keturunan. Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang dan harus diobati seumur hidup. Namun, obat-obatan dari dokter kadang-kadang tidak cukup ampuh untuk mengatasi hipertensi. Pengobatan alternatif seperti mengonsumsi ramuan herbal, mengonsumsi jus penurun hipertensi, dan mengatur diet makanan merupakan cara yang bijaksana untuk mencegah dan mengatasi penyakit hipertensi. Kita sendirilah yang harus bertanggung jawab terhadap munculnya hipertensi dalam riwayat kesehatan kita (Susilo dan Wulandari, 2018).

METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian survei atau lapangan. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan berada langsung pada objeknya yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner alat pengumpulan data pokok. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa angka-angka yang diperoleh melalui skor jawaban.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial dan penelitian ini lebih memusatkan pada asfek-asfek tertentu dan sering menunjukan hubungan antar berbagai variabel.

Pada penelitian ini kuesioner diambil dari penelitian Usviany dan Khoirinisa (2023) yang telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil analisis statistika yang menunjukan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian memiliki nilai r hitung > r tabel (0,220), serta reliabel dengan nilai Croncbach alpha lebih dari 0,6.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di salah satu Rumah Sakit Cimareme, sebagai subjek penelitian adalah pasien yang menderita hipertensi. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 01 - 30 April 2023.

HASIL

Profil Jumlah Presentase (%)
Umur
37 - 60 Tahun 13 68,5
>60 tahun 6 31,5
Total 19 100 %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 13 68,5
Perempuan 6 31,5
Total 19 100 %
Pekerjaan
Tidak bekerja 1 5,3
Buruh 2 10,5
Swasta 10 52,6
Ibu Rumah Tangga 6 31,6
Total 19 100 %
Derajat Tekanan Darah
Prehipertensi 3 15,8
Hipertensi tingkat 1 14 73,7
Hipertensi tingkat 2 2 10,5
Total 19 100 %
Lama Penggunaan
1-6 bulan 9 47,4
1-3 tahun 7 36,8
>3 tahun 3 15,8
Total 19 100 %
Table 1. Karakteristik subjek penelitian

Hasil penelitian (tabel 1) menunjukan bahwa untuk usia terbanyak pasien hipertensi adalah 37-60 tahun (68,5%), jenis kelamin yang lebih banyak menderita hipertensi yaitu laki-laki sebanyak 13 orang (68,5%), untuk derajat tekanan darah pasien hipertensi tertinggi yaitu derajat tingkat 1 sebanyak 14 orang dengan presentase (73,7%), dan lama penggunaan obat terbanyak selama 1-6 bulan, yakni sebanyak 9 orang (47,4%).

Obat yang diberikan Jumlah (orang) Presentase (%)
Amlodipin 5 mg 4 21
Amlodipin 10 mg 10 52,7
Furosemide 40 mg 5 26,3
Total 19 100 %
Table 2. Karakteristik pasien berdasarkan obat hipertensi yang diberikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan obat yang diberikan lebih banyak digunakan yaitu amlodipin 10 mg sebanyak 10 responden (52,7%), untuk furosemide 40 mg sebanyak 5 responden (26,3%), sedangkan amlodipin 5 mg sebanyak 4 responden (21%).

Nama Obat yang diberikan Jumlah Pasien yang Mengalami ESO Jumlah Pasien yang tidak Mengalami ESO
Amlodipin 5 mg 4
Amlodipin 10 mg 9 1
Furosemide 40 mg 5
Total 18 1
Table 3. Profil pasien  ESO

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien yang mengalami efek samping obat terbanyak yaitu amlodipine 10 mg sebanyak 9 responden, untuk furosemide 40 mg sebanyak 5 responden, sedangkan amlodipine 5 mg sebanyak 4 responden dan pasien yang tidak mengalami efek samping obat yaitu amlodipin 10 mg yakni 1 responden.

Efek Samping Jumlah pasien yang mengalami ESO Intensitas Presentase (%)
Batuk kering 0 0 0
Mulut Kering 0 0 0
Konstipasi 0 0 0
Gangguan pengecapan 0 0 0
Kemerahanpada kulit 1 4 7,3
Gatal-gatal 2 7 12,7
Pusing 1 4 7,3
Mengantuk 2 6 10,9
Jantung berdebar 2 6 10,9
Lelah 3 12 21,8
Nyeri perut 1 2 3,6
Mual 0 0 0
BAK tiap malam 3 10 18,2
Pergelangan kaki bengkak 1 4 7,3
Total 16 55 100%
Table 4. Karakteristik pasien berdasarkan gejala efek samping penggunaan amlodipine 5mg

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan gejala efek samping penggunaan obat amlodipin 5 mg yang sering terjadi yaitu lelah (21,8%) dan yang tidak mengalami efek samping obat yaitu batuk kering, mulut kering, konstipasi, gangguan pengecapan serta mual dengan presentase (0%).

Efek Samping Jumlah pasien yang mengalami ESO Intensitas Presentase (%)
Batuk kering 0 0 0
Mulut Kering 2 4 4,9
Konstipasi 1 2 2,5
Gangguan pengecapan 0 0 0
Kemerahanpada kulit 1 3 3,7
Gatal-gatal 3 7 8,7
Pusing 2 6 7,4
Mengantuk 6 18 22,2
Jantung berdebar 1 1 1,2
Lelah 3 5 6,2
Nyeri perut 0 0 0
Mual 0 0 0
BAK tiap malam 9 31 38,3
Pergelangan kaki bengkak 1 4 4,9
Total 29 81 100%
Table 5. Karakteristik pasien berdasarkan gejala efek samping penggunaan amlodipin 10 mg

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan gejala efek samping penggunaan obat amlodipin 10 mg yang sering terjadi yaitu BAK tiap malam (38,3%) dan yang tidak mengalami efek samping obat yaitu batuk kering, gangguan pengecapan, nyeri pada perut serta mual (0%).

Efek Samping Jumlah pasien yang mengalami ESO Intensitas Presentase (%)
Batuk kering 2 6 7,2
Mulut Kering 3 9 11,1
Konstipasi 1 3 3,7
Gangguan pengecapan 0 0 0
Kemerahan pada kulit 0 0 0
Gatal-gatal 2 7 8,7
Pusing 1 4 4,9
Mengantuk 2 7 8,7
Jantung berdebar 3 7 8,7
Lelah 2 7 8,7
Nyeri pada perut 1 3 3,7
Mual 3 7 8,7
BAK tiap malam 3 9 11,1
Pergelangan kaki bengkak 4 12 14,8
Total 27 81 100%
Table 6. Karakteristik pasien berdasarkan gejala efek samping penggunaan furosemide 40 mg

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien hipertensi berdasarkan gejala efek samping penggunaan obat furosemide 40 mg yang sering terjadi yaitu pergalangan kaki bengkak(14,8%), sedangkan yang tidak mengalami efek samping yaitu gangguan pengecapan serta kemerahan pada kulit (0%).

PEMBAHASAN

Menurut hasil penelitian ini menunjukan jenis kelamin terbanyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dengan 13 data dan presentase 68,5%,  faktor risiko hipertensi yaitu gaya hidup pria masa kini yang tidak sehat, konsumsi makanan yang mengandung garam berlebih dan kurangnya olahraga, konsumsi lemak jenuh, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan penggunaan estrogen. Selain faktor tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terkena hipertensi yaitu masih kurangnya pengetahuan dan sikap mengenai hipertensi (Putri 2018, dalam Rahayu).

Pasien pria ini kebanyakan termasuk pada kelompok umur 37-60 tahun dengan presentase (68,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Dipiro 2009, dalam Prasetyo 2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mengenai kejadian hipertensi pada pasien pria ataupun wanita berdasarkan pada usia pasien, dimana jumlah pasien pria yang mengalami hipertensi akan meningkat tajam dari pada pasien wanita pada usia 40-49 tahun.

Dalam penelitian ini terdapat 10 pasien (52,7%) yang menggunakan Amlodipin 10 mg, 5 pasien yang menggunakan Furosemide 40 mg (26,3%), 4 pasien yang menggunakan amlodipin 5 mg (21%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya  yaitu (Andhyka 2019, dalam Rahayu 2021) bahwa pemakaian obat hipertensi golongan CCB (Channel Beta Blocker) terutama Amlodipine lebih tinggi dibandingkan antihipertensi golongan lain. Amlodipin merupakan obat antihipertensi golongan antagonis kalsium yang penggunaanya sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan golongan obat lain seperti diuretik, ACE-inhibitor, ARA II atau beta bloker dalam penatalaksanaan hipertensi.

Menurut hasil penelitian diketahui bahwa pasien terbanyak dalam kategori pekerjaan yakni Swasta sebanyak 10 responden (52,6%) hal ini sejalan dengan singh S 2017, dalam Sulistyowati 2021) bahwa memiliki aktifitas fisik lebih banyak serta cenderung memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan darah naik.

Menurut hasil penelitian diketahui bahwa pasien yang mengalami efek samping obat Amlodipine  yaitu gatal, kemerahan, lelah, sakit kepala  hal ini sejalan dengan yang dilakukan (Sanghavi et al (2017 dan Singh et al 2018, dalam Nugraheni 2021) menyatakan bahwa efek samping yang paling sering terjadi dengan terapi amlodipine meliputi: kemerahan, pergelangan kaki, sakit kepala dan mual. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidak mengertian tentang apa yang harus dilaporkan dan keraguan dalam mengambil keputusan bahwa suatu obat ada penyebab efek samping yang terjadi (Andhyka 2019, dalam Rahayu 2021). Penelitian lain yang dilakukan oleh (Vukadinovic et al 2019, dalam nugraheni 2021) menggunakan meta analisis termasuk sampel acak, dan percobaan dengan placebo menunjukan bahwa pasien mengalami efek samping obat berupa sakit kepala dan edema pada penggunaan Amlodipine.

Menurut hasil penelitian ini diketahui bahwa pasien yang mengalami efek samping obat Furosemide 40 mg yaitu : buang air kecil tiap malam, mulut kering, mual, lelah, pergelangan kaki bengkak hal ini sejalan dengan yang dilakukan (Sweetman, 2009). Beberapa efek samping obat tersebut dapat dinyatakan sebagai efek samping potensial karena penyebabnya tidak hanya karena terapi furosemide seperti contohnya dehidrasi merupakan efek samping Furosemide 40 mg namun dalam hal ini dehidrasi pula dapat disebabkan karena pembatasan asupan cairan pada pasien mual, muntah, pusing juga dapat merupakan efek samping Furosemide 40 mg.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pasien hipertensi pada kategori jenis kelamin terbanyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki, yakni sebanyak 13 responden (68,5%). Pasien hipertensi pada kategori pekerjaan terbanyak adalah pasien dengan pekerjaan Swasta, yakni sebanyak 10 responden (52,6%).  Pasien hipertensi pada kategori usia terbanyak 37-60 tahun, yakni sebanyak 13 responden (68,5%). Terdapat pasien yang mengalami efek samping obat terbanyak yaitu Amlodipine 10 mg yakni 9 responden.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui interaksi penggunaan obat antihipertensi pada lanjut usia dengan obat-obat lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, AP. (2005). Terapi Jus & Ramuan Tradisional Untuk Hipertensi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Christy, Zefaya Angela. “Jenis Obat untuk Penanganan dan Pencegahan Hipertensi”.  Jurnal cendekia ilmiah Vol.1, No.2. (2023) : 1

Nugraheni, Tiyas Putri, dkk. “Resiko Efek Samping Edema terhadap Penggunaan Amlodipin (CCBs) sebagai Antihipertensi: Kajian Literatur”. Jurnal Pendidikan Tembusai Vol. 5, No. 3.(2021): 11349

Prasetyo, Septimawanto Dwi, dkk. “Gambaran Efek Samping Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta Periode Oktober-November 2009”. Majalah Farmaseutik Vol.6, No.2. (2010): 20

Rahayu, Elok Suci, dkk. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Anwar Medika Sidoarjo”. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol. 4, No. 1. (2021): 89

Rizki, Yulia Rafitri. “Gambaran Efek Samping Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit X Tahun 2018”. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 2, No. 1. (2020): 1

Sulistyowati, Yeny (2021) “Determinan Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukamulya Kabupaten Tangeranh Provinsi Bandten tahun 2021”. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat Vol. 7, No. 1:73

Suprapto, Ira Haryani. (2014). Menu Ampuh Atasi Hipertensi. Jakarta: Notebook

Susilo, Yekti dan Wulandari, Ari. (2018). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Kabupaten Sleman: Andi.

Sweetman, Sean C, (2009). Mertindale The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Ediotin Pharmaceutical Press. USA: 2009

Published

2023-11-18

How to Cite

Sari, A. P., & Usviany, V. (2023). Gambaran Efek Samping Obat pada Pasien Antihipertensi Poli Klinik di Salah Satu Rumah Sakit Cimareme. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), e1207. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/1207

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check