Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan Napza pada Remaja di SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat

Authors

  • Suci Wahyuni Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
  • Suro Rahmadhona Tumanggor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
  • Anggina Bancin Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
  • Nabila Isma Zahra Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
  • Reni Agustina Harahap Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia

Keywords:

Drugs abuse, Juvenile, Risky behaviour

Abstract

The problem of juvenile delinquency is one thing that really needs attention, especially in Indonesia. Juvenile who are in their teens begin to be involved in cases of fights, drinking, free sex and drug abuse. This study aims to analyze the description of knowledge and behavior at risk of drug abuse in juvenile at SMA Negeri 1 Salak, Pakpak Bharat Regency. The research method used is quantitative research with a descriptive analytic nature with a cross-sectional approach. The population in this study were all juvenile in class XI SMA Negeri 1 Salak, Pakpak Bharat Regency with a sample of 207 respondents. The sampling technique was carried out using Google Form. The data collected was processed manually and then analyzed univariately using SPSS-20. The results showed that the knowledge of students at SMA Negeri 1 Salak regarding the meaning of risky behavior and drug abuse was in the good category at 71.5%; knowledge about the impact of risky behavior of drug abuse in the good category of 69.6%; knowledge of internal and external factors that influence drug abuse in the good category of 74.4%; application of positive behavior compared to risky behavior of drug abuse in the good category of 71.0%; and family interactions of SMA Negeri 1 Salak students with good category of 53.6%. With an overview of the level knowledge of adolescents in risky behavior of drug abuse, it will have impact on the behavior of the adolescents themselves because knowledge is one of the factors that influence the formation a person of person’s attitude.

PENDAHULUAN

Kenakalan remaja merupakan masalah yang nyata, khususnya di Indonesia. Tindak kriminalitas semakin banyak bermunculan, terutama di kalangan remaja. Remaja mulai terlibat dalam insiden seperti perkelahian, minuman keras, seks bebas, dan penggunaan narkoba (Qanita, 2014). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, remaja adalah siapa saja yang berusia antara 10 dan 19 tahun. Jika diamati lebih dekat, Kartono (1990) mengklasifikasikan remaja menjadi remaja awal berusia 12-15 tahun, remaja menengah berusia 15-18 tahun, dan remaja akhir berusia 18-15 tahun (Nur Ahani dan Doi Astuti, 2018).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan berbeda dengan tahapan kehidupan lainnya. Tanda pertama pubertas adalah pertumbuhan fisik yang pesat. Karena selama periode ini tubuh berada pada tahap pertumbuhan terbaiknya. Kedua, kelompok usia ini aktif mengejar pekerjaan dan prestasi karena masa ini penuh energi. Ketiga, pada tahap ini remaja sangat tertarik dengan lawan jenis. Keempat, remaja yang menunjukkan kemandirian ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu mengambil keputusan dan melakukan aktivitas secara mandiri saat ini. Kelima, merupakan masa transisi, dan pada masa ini seseorang seringkali memiliki keraguan terhadap berbagai masalah yang dihadapinya. Keenam adalah pencarian identitas diri, yang juga dikenal sebagai periode krisis identitas. Pubertas adalah waktu khusus ketika seseorang senang mencoba hal-hal baru. Remaja di usia ini ingin tahu berapa banyak hal yang ada di dunia, apakah itu baik untuk mereka dan apa yang membuat mereka bahagia. Pada akhirnya, masa muda adalah pintu gerbang menuju kedewasaan. Saat remaja sering mencapai pubertas, mereka mulai memperhatikan detail seperti pakaian mereka. Perilaku menjelang dewasa, seperti merokok, minum, dan kata-kata kasar, mungkin muncul belakangan yang dimaknai mengandung contoh buruk. (Kevala Ahiyani dan Doi Astuti, 2018).

Berlandaskan petunjuk dari UNODC  tahun 2020, 269 juta orang memakai Narkotika di bumi tahun 2018, yang merupakan 30% lebih tinggi mulai tahun 2009, 35 juta orang mengalami ganjalan pemakaian Narkotika. Antara tahun 2000 dan 2018, penggunaan narkoba meningkat lebih cepat di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Remaja dan dewasa muda merupakan proporsi terbesar dari pengguna narkoba, tetapi remaja juga memiliki risiko terbesar karena mereka menggunakan lebih dari yang lain dan otak mereka masih berkembang.

BNN mengabarkan bahwa terdapat 851 perkara penyelewengkan narkoba serta obat terlarang di Indonesia tahun 2022. Totalnya bertambah 11,1% diperbandingkan tahun lebih dulu sebanyak 766 perkara. Total terdakwa dalam perkara narkotika sebesar 1.350 orang sepanjang masa. Berlandaskan petunjuk dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI 2021, pemakaian Narotika ada di kawasan pemuda berumur 15-35 tahun serta persentase sebesar 82,4% berpangkat menjadi pengguna, sementara itu 47,1% bertindak menjadi penyebar, serta 31,4% menjadi suruhan. Ketua BNNP Sumut menyampaikan bahwa Sumatera Utara membuat provinsi dengan skor penyelewangan tertinggi di Indonesia. Dalam jangka waktu 1 tahun belum lama, total pemakai serta menyalahgunaan Narkotika di Sumatera Utara memperoleh 1,5 juta orang. Selanjutnya, berlandaskan petunjuk wilayah rentan Narkoba di tahun 2022, didapati 1.192 area situasi kegentingan serta was-was Narkotika di Sumatera Utara. Diperkirakan sebanyak 200-300 anak-anak di kota Medan adalah pengguna Narkoba.

NAPZA tergolong bahan alias zat apabila ikut ke dalam badan bakal menguasai fungsi yang bisa mengganggu badan terpenting benak. Pemicu penyelewengan NAPZA sangat rumit dampak kolerasi berbagai variabel, seperti variabel personal serupa dengan penasaran luar biasa demi membuktikan serta tidak maklum alias berpandangan jauh atas dampak yang akan datang, variabel kawasan sekitar semacam keluarga problematis, kawasan relasi/paguyuban satu diantara yang ada apalagi seluruh penduduk membuat penyelewengan, distributor narkotika serta variabel kesiapan suatu barang narkotika diantaranya narkotika yang gampang untuk dicapai, biaya narkotika yang ekonomis serta tergapai. (BNN, 2011 dalam Efni, 2018).

Minimnya pemahaman ialah satu diantara yang ada pemicu kejadian penyimpangkan NAPZA, sebab anak muda memiliki pemahaman yang tidak luas serta pemahaman yang tidak pas serta akurat (beranggapan abstrak) akan ancaman NAPZA (Wong, 2003 dalam Ririn, 2017). Tingginya alasan kenapa Narkotika disalahgunakan antara lain supaya bisa masuk oleh kawasan sekitar, meringankan stres, meringankan ketakutan, supaya leluasa dari perasaan sedih, meringankan kelelahan, kebosanan serta kemuakan, demi mengalahkan masalah personal, dll (Lydia dan Satya, 2006). Anak muda dasarnya mempunyai derajat penasaran yang luas tampaknya mereka hendak mencoba objek yang modern. Jika tidak, anak muda amat rawan akan hubungan yang menyeleweng akibat minimnya penguasaan pada diri seperti marah serta psikis. Maka dari itu, bukan berarti menjejal kesempatan anak muda mempunyai tingkah yang berani demi mencoba NAPZA (Azmiardi et al., 2015).

Berlandaskan paparan diatas, diperoleh persoalan primer yang terlaksana serta dituangkan dalam rumusan masalah, yakni gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku berisiko dan penyalahgunaan NAPZA di SMA Negeri 1 Salak. Diamati dari persoalan tercantum, hingga pengujian ini berujud buat menganalisis gambaran pengetahuan serta perbuatan berakibat penyimpangkan NAPZA bagi anak sekolah SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional untuk mengambarkan lebih detail mengenai fenomena dalam tingkat pemahaman murid SMAN 1 Salak. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat pada bulan Mei 2023. Populasi penelitian yaitu seluruh remaja SMAN 1 Pakpak Bharat dan sampel penelitian yaitu remaja kelas XI SMAN 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat sebanyak 207 responden.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan diolah secara manual lalu dianalisis secara univariat. Data yang sudah dikumpulkan diolah menggunakan SPSS 20 (Statistical Program for Social Sciences 20). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner skala likert yang dimuat dalam kuisioner pada google form kemudian dibagikan secara online pada grub Whatsapp. Pernyataan pada kuesioner berupa pernyataan positif/favorable  dengan lima pilihan jawaban yaitu skor 5 untuk pilihan jawaban sangat setuju, skor 4 untuk pilihan jawaban setuju, skor 3 untuk pilihan jawaban kurang setuju, skor 2 untuk pilihan jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju. Kuesioner diuji validitasnya dengan Korelasi Product Moment dan uji reliabilitas dilakukan dengan Teknik Koefisien Alpha Cronbach.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengelompokan dilakukan dengan membuat total skor masing-masing komponen. Analisis data dikerjakan melalui sistem mengukur persentase per tiap parameter faktor melalui sistem menghitung selutuh respons informan tiap-tiap detail pertanyaan seimbang melalui poin skor jawaban terus dibagi dengan poin maksimum seluruh detail pertanyaan.

Peroleh persentase kemudian dikategorikan dalam bentuk, menurut Ari Kunto (2019) tolak ukur tingkat pemahaman individu bisa dikategorikan melalui standar:

  1. Tingkat pemahaman kelompok baik jika hasil persentase 76%-100%.
  2. Tingkat pemahaman kelompok cukup jika hasil persentase 56%-75%.
  3. Tingkat pemahaman kelompok kurang jika hasil persentase >56%.

Data selanjutnya dianalisis distribusi frekuensi.

HASIL

Kepribadian informan digambarkan berlandaskan jenis kelamin dan umur menunjukkan hasil sebagai berikut:

Jenis Kelamin Frekuensi %
Pria 94 45.4
Wanita 113 54.6
Total 207 100
Table 1. Pembagian Frekuensi Karakteristik Informan Berlandaskan Jenis Kelamin

Berlandaskan tabel 1 di atas menunjukkan bahwasanya total informan sebanyak 207 siswa (100%) dan sebagian besar merupakan perempuan 54,6%. Sementara informan pria sebesar 94 siswa (45,4%). Bila dianalisis secara mendalam, proporsi skala antara pria serta wanita ialaah 1 : 1, keadaan ini menunjukkan keseimbangan antara jenis kelamin siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Salak.

Usia Frekuensi %
16 79 38.2
17 114 55.1
18 13 6.3
21 1 0.5
Jumlah 207 100
Table 2. Pembagian Frekuensi Karakteristik Informan Berlandaskan Usia

Berlandaskan tabel 2 diatas dapat didapati bahwasanya kepribadian informan berlandaskan usia mempunyai selisih cukup berbekatan, yang mana umur reponden dalam rentang 16-21 tahun. Presentase terbesar pertama pada umur 17 tahun sebanyak 114 siswa (55,1%), presentase terbesar kedua pada usia 16 tahun sebanyak 79 siswa (38,2%), presentase terbesar ketiga pada usia 18 tahun sebanyak 13 siswa (6,3%) dan presentase terkecil pada usia 21 sebanyak 1 siswa (0,5%). Usia responden menggambarkan bahwa responden merupakan kelompok remaja dalam rentang usia 12-25 tahun.

Pengertian Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA Frekuensi %
Baik 148 71.5
Cukup 56 27.1
Kurang 3 1.4
Jumlah 207 100
Table 3. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari Pengertian Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA

Menurut perolehan data penelitian yang di jalankan SMAN 1 Salak (tabel 3), gambaran pengetahuan dari pemahaman mengenai pengertian perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA didapatkan hasil bahwa siswa kelas XI SMAN 1 Salak memiliki tingkat pemahaman yang baik dengan presentase 71,5% dengan frekuensi siswa 148 orang. Sedangkan gambaran tingkat pengetahuan cukup dengan presentase 27,1% dengan frekuensi siswa 56 orang.

Dampak Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA Frekuensi %
Baik 144 69.6
Cukup 58 28.0
Kurang 5 2.4
Total 207 100
Table 4. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari Dampak Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA

Berlandaskan tabel 4 data diatas diperoleh gambaran tingkat pengetahuan siswa dari dampak perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA di SMA Negeri 1 Salak bahwa siswa-siswi memiliki pemgetahuan yang baik dengan presentase 69,6% dengan frekuensi sebanyak 144 siswa. Dan persentase tingkat pengetahuan dari dampak perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA cukup 28,0% dengan frekuensi 58 siswa. Hal ini mengambarkan kepada kita bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Salak mengenai dampak buruk yang terjadi baik secara fisik maupun mental dan sosial.

Variabel Internal serta Eksternal Pemicu Perbuatan Berisiko Penyalahgunaan NAPZA Frekuensi %
Baik 154 74.4
Cukup 49 23.7
Kurang 4 1.9
Jumlah 207 100
Table 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari Faktor Internal serta Eksternal Pemicu Perbuatan Berisiko Penyalahgunaan NAPZA

Menurut tabel penelitian di atas, dari faktor-faktor internal dan eksternal penyebab perilaku beirisiko dan penyalahgunaan NAPZA, didapati hasil untuk tingkat pemahaman dari bidang variabel internal dan eksternal menguasai penyalahgunaan NAPZA anak sekolah SMA Negeri 1 Salak. Dari tabel tersebut didapatkan gambaran bahwa anak sekolah SMAN 1 Salak memiliki pemahaman yang baik mengenai variabel internal serta eksternal penyebab perbuatan beirisiko dan penyalahgunaan NAPZA dengan kategori baik sebanyak 74,4% dengan frekuensi 154 siswa, sedangkan siswa siswa yang memiliki tingkat pengetahuan faktor-faktor internal dan eksternal penyebab perilaku beirisiko dan penyalahgunaan NAPZA dalam kategori kurang sebanyak 1,9%.

Bentuk Penerapan Perilaku Postif Dibanding dengan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA Frekuensi %
Baik 147 71.0
Cukup 58 28.0
Kurang 2 1.0
Total 207 100
Table 6. Pembagian Frekuensi Gambaran Tingkat Pemahaman Berupa Penerapan Perilaku Positif Dibanding dengan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA

Dari hasil penelitian, (tabel 6) diterima hasil untuk nilai pemahaman mulai bentuk penerapan perilaku postif dibanding dengan perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA siswa-siswi SMA Negeri 1 Salak. Didapatkan hasil terbanyak dalam kelompok baik sebesar 147 murid (71%) dan kelompok cukup sebesar 58 murid (28%). Jika dianalisis secara proporsional antara kategori baik dan cukup, maka diperoleh perbandiangan rasio 3:1.

Interaksi Keluarga Frekuensi %
Baik 111 53.6
Kurang Baik 96 46.6
Jumlah 207 100
Table 7. Interaksi Keluarga Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Salak

Berdasarkan tabel 7 hasil pelitian di atas, diperoleh gambaran interaksi keluarga dengan siswa-siswi SMA Negeri 1 Salak dengan distribusi frekuensi yang sudah dikelompokkan membuat 2 bagian, yakni katergori baik serta kurang baik. Penetapan kategori didasarkan median yakni 52. Dari 207 siswa SMAN 1 Salak terdapat 111 siswa yang memiliki interaksi keluarga yang baik (53,6%) sedangkan sisanya 96 responden memiliki interaksi keluarga yang kurang baik (46,6%).

PEMBAHASAN

Pengaruh perkembangan teknologi informasi secara meluas dapat berdampak dalam pemahaman siswa-siswi untuk berpendapat atau beragrumen. Seperti pada data tabel 3, terdapat 56 siswa dengan kategori cukup (27,1%) dan sebanyak 3 siswa dalam kategori pengetahuan yang kurang (1,4%), yang bila dianalisis lebih mendalam didapatkan perbandingan rasio 19:1 antara kategori pengetahuan cukup dan kategori pengetahuan kurang. Keadaan ini membagikan sketsa pada manusia bahwasanya walaupun didapati banyak siswa-siswi dengan kategori pengetahuan yang baik dengan hal yang dimaksud tentang perilaku berisiko penyalagunaan  NAPZA, namun ada lagi murid belum mengetahui betul atau tidak tahu terhadap pemahaman mengenai perilaku berisiko penyalagunaan NAPZA. Hal tersebut dapat diakibatkan dari kurangnya rasa ingin tahu dan kepedulian siswa dalam memahami hal tersebut, hal ini didapatkan dari hasil rekapitulasi pertanyaan mengenai pemahaman perilaku berisiko penyalagunaan NAPZA.

Menurut Notoadmodjo, pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan orang alias reaksi dari seorang kepada tujuan lewat indra dimiliki, proses pengindraan hingga membuat pemahaman dapat dihasut dari tingkat pandangan serta tanggapan kepada tujuan yang diamati. Pemahaman ialah ranah yang diperlukan sebagai pembentukan aktivitas individu. Sebagian besar pemahaman orang diterima lewat mata serta telinga. Pemahaman kepada tujuan memiliki ketajaman alias kualitas beda antara lain, paham, mengetahui, implementasi, penguraian, paduan serta penilaian (Notoadmodjo 2013 dalam Herawati, 2019).

Menurut Ragin (2015 dalam Veriza, 2023) perilaku berisiko merupakan sebuah aktivitas dapat memajukan peobabilitas efek buruk bagi kesehatan, berlandaskan standar Youth Risk Behaviour Surveilance System. Sedangkan menurut Centers for Desease Control (CDC) (2013 dalam Veriza, 2023 ) perbuatan berakibat kepada kesehatan yaitu perbuatan silih berkaitan serta bisa dilawan memberikan sumbangan sebagai pemicu primer individu menderita sakit serta tewas pada anak muda serta cukup umur. Perilaku berisiko adalah perilaku yang mampu membahayakan perspektif psikososial dari perkembangan dan pertumbuhan remaja. Seperti penggunaan rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang, tindakan yang menyebabkan kekerasan dan cedera, makan berpantang juga mengakibatkan wafat, kebudayaan yang leluasa, sikap seks mampu mendatangkan kehamilan serta kewafatan (Terzian et al., 2011 dalam Veriza, 2023).

Salah satu bentuk dari perilaku berisiko adalah penyelewengkan NAPZA yaitu satu bentuk sikap berwatak patologis yang kebanyakan dilangsungkan pribadi memiliki karakter sensitif alias memiliki risiko tinggi serta andaikan dilangsungkan dalam batas waktu khusus dapat mengeluarkan ganjalan biopsikososial dan spritual (Humas BNN, 2019). NAPZA memiliki sifat secara psikoaktif memiliki dampak pada sistem saraf serta kebanyakan dikonsumsi seumpama analgesik (merngurangi rasa sakit) serta membagikan dampak berdasarkan tindakan kejiwaan serta perbuatan dengan dikonsumsi menjadi pengobatan ganjalan psikiatri bidang kedokteran. Obat-obatan terdiri dari tabel obat G, pemakaiannya didampingi melalui takaran saji dalam pengawasan dokter. Dalam dunia farmasi tergolong NAPZA diantaranya cimeng, morphine, metilamfetamina, pil molly, pete, koka, nipam serta lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasution dkk (2019) bahwa anak muda melalui tingkat pemahaman mengenai NAPZA sedang mengarah memakai NAPZA bila diperbandingkan dengan anak muda yang memiliki tingkat pemahaman yang luas. Namun, reaksi tersebut dapat membuat tak teguh jika didapati anak muda melalui tingkat pemahaman rendah mengarah memakai NAPZA.

Dari data tabel 3 murid sudah mengerti atas apa yang ditujukan melalui perilaku berisiko penyalagunaan NAPZA, karena didasarkan pada pemahaman yang benar pada pertanyaan defenisi perilaku berisiko penyalagunaan NAPZA yang benar. Kebanyakan dari siswa mengetahui perilaku berisiko penyalagunaan NAPZA melalui pelajaran di sekolah dan akses internet. Karena rata-rata dari siswa-siswi telah memiliki dan menggunakan telepon android sehingga dapat digunakan sebagai sarana positif dalam mengakses pengetahuan dan menambah wawasan siswa-siswi.

Narkoba ialah barang apabila dipakai bakal membuat akibat serta imbas spesifik bagi badan pengguna, ialah menguasai kepekaan kepada aksi serta tabiat orang. Akibat bisa berbentuk penyejuk, stimulus (tidak rangsangan seks), serta menghasilkan khayalan. Narkoba jadi bahan alias benda memiliki akibat kerja menghipnotis alias bisa mempertsruhkan kesadaran (Soedjono, 2000 dalam Al Adawiyah 2022).

Penyimpangkan NAPZA mampu membagikan pengaruh pada tubuh, kejiawaan dan kemasyarakatan untuk pemakainya. Pengaruh pada tubuh bisa dikeluarkan dari penyimpangkan NAPZA ialah ganjalan saraf, jantung serta nadi, penyakit kulit, ganjalan paru-paru, kadang-kadang pening, munmen, berakibat pada reproduksi anak muda wanita diantaranya peralihan haid. Apabila memakai NAPZA sangat banyak, lalu mengeluarkan hal buruk serupa dengan meninggal (BNN, 2020).

Pengaruh psikologis seperti emosi, perilaku kekerasan, tidak percaya diri, depresi, dan intoksikasi obat serta indikasi usai obat pengguna narkoba dapat mengeluarkan perasaan risau, waswas, ragu-ragu kelewat batas, lemah serta teledor, kaku, kurang percaya, pelamun, membuat bengis serta vulgar, pikiran terdesak serta mengarah melukai tubuh sebagainya (Khasanah, 2022). Sementara pengaruh kemasyarakatan semenjak penyimpangkan NAPZA berbentuk penyakit kejiwaan, diasingkan pada kawasan sekitar, menyusahkan keluarga, memberontak, pikiran jadi terusik serta kala nanti kelam. Pengaruh tubuh, kejiawaan serta kemasyarakatan terhubung, tubuh bakal menjadikan rasa sakit tidak biasa apabila terlaksana berhenti obat, hingga ambisi (kejiwaan) bangkit terlalu tangguh demi menggunakan barang itu. Pertanda ini berhubungan dekat melalui pertanda sosial semacam membodohi keluarga, membobol, tukang marah, justru memperdayai manusia buat memperoleh NAPZA (Assiediqie, 2019).

Dari data tabel 4 tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa siswa-siswi telah mengetahui dampak yang akan terjadi jika menggunakan NAPZA sehingga hal ini akan mampu memberikan efek takut atau tidak ingin mencoba menggunakan NAPZA. Dampak yang diakibatkan oleh penyalahgunaan NAPZA yang dapat merugikan menjadi sebuah peringatan dalam pencegahan pemakaiannya.

Faktor internal penyalahgunaan NAPZA meliputi kepribadiaan atau individu. Faktor dari kepribadian atau individu dapat memberikan pengaruh pada pengguna NAPZA remaja yang mana masalah gangguan mental seperti depresi, kecemasa, bipolar dapat menjadikan remaja sebagai kelompok rentan dalam mencari alternatif penyelesaian rasa sakit melalui NAPZA. Sedangkan faktor eksternal terdiri kawasan relasi atau seangkatan, famili serta alam semesta. Variabel kawasan relasi anak muda merupakan kontrol mulai seangkatan, lingkungan pergaulan mendukung penggunaan NAPZA akan lebih rentan bagi remaja dalam mencoba dan menggunakan NAPZA melalui dorongan teman atau menuruti zaman akan mengunjukkan keceriaan dalam pergaulan. Variabel keluarga dapat berbentuk riwayat keluarga pengguna NAPZA, konflik dalam keluarga, kurangnya kasih sayang dan dukungan emosional dalam keluarga. Variabel alam semesta anak muda bertempat tinggal, remaja bertempat tinggal melalui derajat kejahatan panjang alias keadaan ekonomi berubah-ubah dapat menjadi sensitif dalam merasai tindasan pemakaian NAPZA (Purbanto, 2023).

Faktor-faktor tersebut dapat menjadi hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam penggunaan NAPZA, seperti faktor internal masalah kesehatan mental dengan faktor eksternal keluarga yang tidak mendukung akan menjadi kesatuan faktor yang menambah kerentanan remaja dalam menyalagunaakan NAPZA. Dengan contoh kasus remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental berupa kecemasan hidup dengan keluarga yang tidak memberikan dukungan dan kasih sayang sehingga remaja tersebut merasa tertekan oleh mentalnya sendiri dan sifat acuh dari keluarganya. Sebagai tempat pelarian dan mencari kesembuhan dalam situasi yang dialami maka remaja tersebut menggunakan NAPZA sebagai penenangnya.

Berdasarkan data dari tabel 5, siswa-siswi telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai faktor internal dan eksternal penyalagunaan NAPZA. Dengan memiliki pengetahuan tersebut, nantinya siswa-siswi akan dapat mengeindentifikasikan diri bila berada dalam faktor-faktor tersebut dan tidak salah dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan NAPZA.

Interkasi keluarga memiliki kaitan yang erat dengan perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA yang mana keluarga akan menjadi faktor yang dapat mengurangi potensi remaja dalam penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan searah melalui penelitian dikerjakan dengan Nurdiantami, dkk (2022) sebenarnya bantuan famili memberikan dampak positif dalam perilaku remaja sehingga kebutuhan akan kasih sayang remaja menjadi terpenuhi dan tidak terjerumus ke dalam perilaku berisiko seperti penyalagunaan NAPZA.

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2016 dalam Wijayanti 2019) famili mempunyai 8 kewajiban, yaitu kewajiban keagamaan, tradisi, kasih sayang, penjagaan, reduplikasi, pemasyarakatan serta pemahaman, perniagaan serta pemeliharaan kawasan. Kewajiban cinta kasih dan fungsi perlindungan merupakan faktor penting dalam perkembangan yang akan dimiliki oleh remaja. Saat tersebut remaja berada dan mengalami fase pubertas yang memerlukan dukungan positif dari orang tua dalam mencari dan membentuk jati diri yang baik. Karena itu, remaja nantinya akan senantiasa dalam pengawasan dan merasa terpenuhi rasa kasih sayang dari keluarga sehingga tidak mencari kasih sayang dengan cara yang salah seperti terjerumus ke dalam perilaku berisiko penyalahgunaan narkoba.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali (2020), dukungan sosial baik secara material maupun non material yang diberikan oleh keluarga dapat menguasai aksi anak muda dalam mengahapi kondisi masa akil baliq. Kondisi kesiapan remaja sangat bergantung pada dukungan keluarga dalam menghadapi pubertas sebab famili ialah awal primer dalam pemuasan psikologis sosial yang memberikan serta mengasah kasih sayang dan menerima juga mengakomodasi. Keberhasilan dalam tumbuh kembang remaja dapat dicapai dengan interaksi antara anggota keluarga, yang mana keluarga merupakan unit sosial primer yang memberikan pengaruh dalam proses belajar bersosialisasi bagi individu remaja (Muhtar & Syaiful, 2019). Kemajuan anak muda dapat tercapai secara ideal jika bersama keluarganya sebab tempat pertama remaja dalam mendapatkan pendidikan yaitu lingkungan keluarga. Keluarga yaitu pemimpin utama bagi anak muda, tergolong dalam membimbing serta mengasuh anaknya agar membuat pribadi lebih matang. Dalam fase pubertas, remaja yang suka bergaul dengan teman sebaya dan mulai menunjukkan ketertarikannya pada lawan jenis. Maka, kewajiban susunan harus diselesaikan pada anak muda di babak ini yaitu dapat membentuk serta mempertahankan ikatan yang hangat baik itu bersama seangkatan mau itu pria dengan pria ataupun pria dengan wanita.

Kelompok anak muda rawan akan sikap remaja yaitu kelompok anak muda berdomisili di daerah maju karena desakan tersebut bisa diakibatkan kondisi ekonomi keluarga yang hidup pada daerah yang luas maka dari itu meningkatkan kesempatan anak muda dalam menjangkau dan memperoleh NAPZA yang sangat luas (Nasution dkk, 2019). Keringanan akses penyaluran narkotika dalam satu daerah dapat menyumbang angka tingginya pengguna NAPZA. Hal tersebut berlawanan dengan penelitian sebelumnya bahwa kasus penggunaan NAPZA telah menyebar hingga daerah pedesaan seperti wilayah kecamatann Abiansemal yang merupakan daerah pedesaan di Kabupaten Bandung, artinya tidak hanya di temukan di daerah perkotaan saja (Sugianto,2021). Hal ini tentunya menjadi sebuah permasalahan baru dan menjadi pekerjaan rumah tambahan bagi pemerintah khususnya Badan Narkotika Nasional (BNN).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berlandaskan hasil analisis serta penjelasan adapun rincian lebih dahulu mengenai sketsa pemahaman anak sekolah SMA Negeri 1 Salak kelas XI mengenai perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA, maka bisa disimpulkan antara lain.

  1. Gambaran derajat pemahaman dari sisi wawasan perilaku berisiko dan penyalahgunaan NAPZA siswa-siswi SMA Negeri 1 Salak dengan hasil baik 148 siswa (71,5%).
  2. Gambaran derajat pemahaman siswa dari pengaruh sikap berisiko penyalahgunaan NAPZA  anak sekolah SMA Negeri 1 Salak dengan hasil baik 144 siswa (69,6%).
  3. Gambaran derajat pemahaman siswa dari variabel internal dan eksternal menguasai penyalahgunaan NAPZA anak sekolah SMA Negeri 1 Salak dengan hasil baik 154 siswa (74,4%).

KEKURANGAN KAJIAN

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan penulis masih menyadari kekurangan yang telah dilalukan yaitu tempatr pebelitian termasuk kabupaten pemekaran yang masih baru dan berada di kaki pegunungan sehingga masyarakat dan siswa-siswi disana masih sedikit kasus NAPZA.

elaskan kekurangan dari kajian yang telah dilakukan, sehingga peneliti lain akan dengan mudah menyimpulkan poin yang perlu diperbaiki pada kajian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aldilla, G. (2009). Metodelogi Penelitian dan Kesehatan. Universitas Indonesia, 35–63.

Ali, M. (2020). Dukungan Keluarga Bagi Remaja dalam Menghadapi Pubertas di SMP Negeri 1 Kota Bima. Bima Nursing Journal, 1(2), 97-102.

Assiediqie, A. H., 2019, Pengaruh, Dampak Dan Komplikasi Penyalahgunaan NAPZA, https://rsupsoeradji.id/pengaruhdampak-dan-komplikasi- penyalahgunaan-NAPZA/. Diakses mei 2023.

Azka, F., Prastia, T. N., & Pertiwi, F. D. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui Di Kelurahan Tegalgundil Kota Bogor. Promotor, 3(3), 241-250.

Azmiardi, A., Taufik, M., & Abrori. (2015). Perilaku Berisiko yang Mempengaruhi Tingkat Risiko Penggunaan Narkotika pada Siswa Smk Negeri 1 Singkawang.

Badan Narkotika Nasional, 2020. Bahaya Dan Dampak Negatif Narkoba Bagi Kehidupan,"https://bandungbaratkab.b nn.go.id/bahaya-dan-dampak-negatifnarkoba-bagi kehidupan/ Diakses Mei 2023.

Efni, N. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Penyalahgunaan NAPZA di Kelas IIA Lembaga Pemasyarakatan Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 18(2), 328–334. https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i2.477

Fadhilah, N., Nuryati, E., Epid, M., Ardina, N. R., & Kep, M. (2021). Asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam praktik: NICNOC, SKDI SIKI SLKI. Jakad Media Publishing.

Herawati, C., Kristanti, I., Selviana, M., & Novita, T. (2019). Peran promosi kesehatan terhadap perbaikan pengetahuan, sikap, dan perilaku membuang sampah pada siswa sekolah menengah atas. Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1).

Humas BNN. (2019). Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI). Diakses 8 Mei 2023. https://bnn.go.id/pencegahan-penyalahgunaan-NAPZA/

IDR (Indonesia Drugs Report). 2022. https://puslitdatin.bnn.go.id/konten/unggahan/2022/07/IDR-2022.pdf

Khasanah, W. N., Anshori, R. O., Lestari, P., Aryanti, K., Maulani, Z. N., Farida, R. V., ... & Sianturi, R. (2022). Intervensi Penanganan Psikologis pada Pengguna NAPZA. Jurnal Kesehatan Holistic, 6(2), 1-14.

Lydia, M. (2006). Pencegahan, Penanggulangan, dan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah.

Muhtadin, D. A., Nurdiantami, Y., Fadhil, M. S., Ayudiputri, Z. Z., & Afifah, Z. (2022). Hubungan Karakteristik Remaja dengan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja Awal. PREPOTIF?: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 1722–1729. https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i2.4581

Nasution, S. L., Puspitawati, H., Rizkillah, R., & Puspitasari, M. D. (2019). Pengaruh pengetahuan remaja tentang NAPZA dan HIV serta pengetahuan orang tua tentang program pembangunan keluarga terhadap perilaku penggunaan NAPZA pada remaja. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 12(2), 100-113.

Nur Ahyani, L., & Dwi Astuti, R. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak.

Nurdiantami, Y., Aulia, S. A., Mahardhika, A. P., Antarja, A. P., Novianti, P. A., & Fitrianti, A. D. (2022). Hubungan antara Interaksi Keluarga dengan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(4), 630-636.

Purbanto, H., & Hidayat, B. (2023). Systematic Literature Review: Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja dalam Perspektif Psikologi dan Islam. Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 20(1), 1-13.

Puspaini, R. (2017). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 01 Dumai. Menara Ilmu, xi(78), 122–127.

Sugianto, M. A. (2021). Peluang Dan Tantangan Mewujudkan Desa Bersih Narkoba Di Kabupaten Badung. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian dan Pengembangan, 5(1), 141-149.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

UNODC (United Nations Office Drug on Drug and Crime). 2020. Word Drug Report. https://www.unodc.org/unodc/press/releases/2020/June/media-advisory---global-launch-of-the-2020-world-drug-report.html

Veriza, E., Roza, E., Pahruazi. (2023). Model Intervensi Modifikasi Perilaku Self Estem (MIMSE) dalam Menurunkan Perilaku Berisiko pada Kesehatan Remaja. PT Pena Persada Kerta Utama: Jawa Tengah. Hal:14-15.

Wijayanti, U. T., & Berdame, D. Y. (2019). Implementasi delapan fungsi keluarga di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi, 11(1), 15-29.

Published

2023-07-29

How to Cite

Wahyuni, S., Tumanggor, S. R., Bancin, A., Zahra, N. I., & Harahap, R. A. (2023). Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Berisiko Penyalahgunaan Napza pada Remaja di SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Health Information : Jurnal Penelitian, 15(1), e961. Retrieved from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/hijp/article/view/961

Issue

Section

Journal Supplement

Citation Check

Most read articles by the same author(s)

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.